Pernikahan Wali Kota Langsa
Menikah di Masjid Darul Falah, Wali Kota Langsa Usman Abdullah dan Nadia Anwar Berstatus Suami Istri
Wali Kota Langsa, Tgk Usman Abdullah SE dan Nadia Anwar, Jumat (15/2019) tepat pukul 08.20 WIB sah menjadi suami isteri.
Alasan tidak menerima apapun agar tidak terkesan ria, karena resepsi ini adalah bentuk tasyakuran.
Wali Kota Langsa hanya mengharapkan doa restu dari para undangan, agar dapat mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Sosok Istri Toke Seuem
Catatan Serambinews.com, ini adalah pernikahan kedua Usman Abdullah.
Istri pertama pria yang kerap disapa Toke Seuem ini, yaitu Marliza Muchtar (39) meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas di kawasan Gampong Bukit Selamat, Kecamatan Sungai Raya, Aceh Timur, Minggu (11/10/2015) silam.
Baca: Istri dan Anak Wali Kota Langsa Meninggal Tabrakan
Baca: Putra Walikota Sembuh Total
Setelah hampir empat tahun menduda, Toke Seuem akhirnya menemukan kembali jodohnya.
Perempuan bernama Nadia Anwar yang kini telah resmi menjadi istri Toke Seuem adalah anak keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan (almarhum) Anwar H Raja Rasyied dan Mardiah.
Nadia Anwar dilahirkan di Lhoknibong, Kabupaten Aceh Timur 19 Juli 1997.
Selama ini Nadia Anwar bersama ibu dan berapa saudara kandungnya, tinggal di Gampong Paya Bujok Teungoh, Kecamatan Langsa Baro.
Ayah Nadia, almarhum Anwar H Raja Rasyied atau lebih dikenal War Raja, merupakan mantan petinggi GAM yang sangat disegani di wilayah Lhoknibong, Aceh Timur.
Penelusuran Serambinews.com dari berbagai sumber, War Raja termasuk satu dari beberapa komandan lapangan GAM Wilayah Peureulak yang bertemu dengan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Abdullah Puteh, yang didampingi anggota DPRD dan Bupati Aceh Timur Azman Usmanuddin.

Baca: Dua Remaja Ganteng Penghafal Alquran Ini Ternyata Putra Wali Kota Banda Aceh
Pertemuan yang berlangsung pada tanggal 24 Desember 2002 ini merupakan pertemuan pertama kali gubernur Aceh dengan pimpinan lapangan GAM, setelah penandatanganan penghentian permusuhan antara Pemerintah Indonesia dan GAM.
Perjanjian damai yang difasilitasi oleh Henry Dunant Center (HDC) itu ditandatangani pada, 9 Desember 2002 di Jenewa.
Dalam pertemuan tersebut, Abdullah Puteh berharap aksi saling serang dan tembak antara TNI dan GAM segera dihentikan.
Ia juga meminta GAM dan TNI menahan diri.