Badminton Asia Championships 2019
Rahasia Endo/Watanabe Kalahkan Marcus/Kevin di Final Kejuaraan Asia dan Kata Pelatih soal Minions
Endo/Watanabe juara Badminton Asia Championships 2019 setelah mengalahkan ganda putra terbaik Indonesia dan peringkat 1 dunia, Marcus/Kevin.
Penulis: Safriadi Syahbuddin | Editor: Safriadi Syahbuddin
Rahasia Endo/Watanabe Kalahkan Marcus/Kevin di Final Kejuaraan Asia dan Kata Pelatih Soal Minions
SERAMBINEWS.COM - Pasangan ganda putra Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe keluar sebagai juara Badminton Asia Championships 2019, Minggu (28/4/2019).
Endo/Watanabe juara setelah mengalahkan ganda putra terbaik Indonesia dan peringkat 1 dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Pada partai final yang berlangsung di Wuhan Sport Center, Wuhan, China, Endo/Watanabe menang dua set langsung dengan skor 21-18, 21-3.
Kemenangan Endo/Watanabe sekaligus memastikan Jepang sebagai juara umum dengan meraih tiga gelar juara, yaitu sektor tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putra.
Baca: Hasil Lengkap Final Badminton Asia Championships 2019 - Marcus/Kevin Kalah Tragis, Jepang Juara Umum
Lalu apa rahasia Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe bisa mengalahkan Marcus/Kevin di final Kejuaraan Bulutangkis Asia 2019?
Pasangan Jepang beda generasi ini ternyata fokus pada pertahanan mereka, agar bisa mengembalikan bola atau serangan-serangan Marcus/Kevin.
"Kami hanya mencoba untuk terus mengembalikan bola saja. Mungkin karena tidak bisa menembus pertahanan kami, mereka (Kevin/Marcus) frustrasi dan kehilangan konsentrasi," ujar Watanabe usai pertandingan seperti dikutip dari Badminton Indonesia.
Sementara Hiroyuki Endo menambahkan, bisa mengalahkan Marcus/Kevin merupakan hal yang sangat penting bagi mereka.
Menurutnya, pada partai final kemarin Marcus/Kevin sedang tidak tampuil 100 persen.
“Jadi yang paling penting itu adalah pertemuan kami selanjutnya, apakah kami bisa menang lagi dari mereka atau tidak?" tambah Endo.
Baca: Undian Piala Sudirman 2019, Indonesia Satu Grup Bersama Denmark dan Inggris, Ini Kata Susy Susanti
Kemenangan Endo/Watanabe di di final Badminton Asia Championships 2019 merupakan kemenangan pertama mereka atas The Minions.
Pada dua pertandingan sebelumnya, Endo/Watanabe kalah dari Marcus/Kevin.
Di French Open 2018, Marcus/Kevin menang dengan skor 21-14, 22-20, dan di Hong Kong Open 2018, Marcus/Kevin menang lagi dengan skor 21-14, 21-15.
Performa The Minions
Aryono Miranat, Asisten Pelatih Ganda Putra PBSI yang mendampingi Marcus/Kevin di Badminton Asia Championships 2019 menilai adanya penurunan performa anak didiknya itu.
Marcus/Kevin yang merajai sebagian besar turnamen elite dalam dua tahun, harus puasa gelar pada empat turnamen beruntun.
Keempat turnamen tersebut adalah All England Open, Malaysia Open, Singapore Open dan Badminton Asia Championships 2019.
Sejauh ini, Marcus/Kevin sudah mengantongi dua gelar dari enam turnamen BWF yang mereka ikut, yaitu Malaysia Masters dan Daihatsu Indonesia Masters.
Mereka juga masih kokoh bertengger di peringkat satu dunia, meski tanpa gelar di empat turnamen terakhir.
Kekalahan beruntun Marcus/Kevin membuat Aryono Miranat buka suara. Menurut Aryono, meski masih bertengger di peringkat 1 dunia, Marcus/Kevin tidak boleh lengah.
Berikut petikan wawancara dengan Aryono Miranat yang dikutip dari website resmi PBSI:
Bagaimana komentar Coach Aryono mengenai hasil pertandingan final dan penampilan Kevin/Marcus hari ini?
Lawan memang lebih bagus dari segi strategi permainan dan defense mereka kuat. Sedangkan menurut saya, penampilan Kevin/Marcus memang secara garis besar menurun, dari dua-duanya, baik Kevin maupun Marcus.
Penurunannya dari segi teknik atau non-teknik?
Kevin/Marcus punya nilai plus dari fighting spirit yang luar biasa, mentalnya, dan menurut saya ini sekarang sudah menurun.
Apa yang terjadi di game kedua?
Semua bermula dari game pertama, sudah ketinggalan jauh 1-8, lalu bisa menyusul. Kalau ketinggalan terlalu jauh itu sebenarnya sudah berat, ditambah lagi sudah balik leading tapi nggak berhasil tambah poin lagi dan malah kalah.
Dari posisi tertekan dan bisa nyusul, itu kan melelahkan, dan performanya jadi menurun. Game pertama kalah, dari segi mental sudah turun.
Di game kedua, Kevin/Marcus sudah mau bangkit, tapi lawan sudah 'ditembak' juga nggak 'mati-mati', jadi Kevin/Marcus agak frustrasi. Di game pertama kalah, pada saat sudah balik memimpin dan menyerang tapi lawan nggak mati-mati, ya tenaganya pasti habis.
Apakah ada upaya mengubah permainan di game kedua?
Sudah, karena menyerang tidak tembus, coba main bertahan, tapi pertahanannya tidak kuat juga. Sudah coba ubah pola main dengan banyak mengarahkan bola ke area belakang lawan dan tidak main kencang-kencang saja, tapi tetap tidak bisa tembus.
Pertahanan lawan memang rapat, tapi dari Kevin/Marcus nya juga tidak yakin, main defense mati, nyerang nggak tembus.
Bagaimana evaluasi coach Aryono untuk tim ganda putra di BAC ini?
Ini sudah mau pengumpulan poin ke olimpiade, ini jadi warning buat kami, bukan hanya Kevin/Marcus tapi juga Fajar (Alfian)/Rian (Ardianto). Kevin/Marcus walaupun sekarang masih rangking satu tapi tetap tidak boleh lengah, latihannya harus lebih keras lagi.
Apakah Kevin/Marcus terbebani dengan titel rangking satu dunia dan harus menang tiap bertanding?
Kalau bicara soal beban seperti ini sih dari dulu ya, karena mereka selalu jadi andalan. Dulu mereka kalau mau menang, dapat kemenangan juga nggak gampang kok, tapi mereka punya fighting spirit yang luar biasa, mentalnya nggak mau kalah.(*)