Kini Ada Sunat Tanpa Jarum Suntik, Hilangkan Nyeri dan Trauma
Sunat merupakan salah satu ritual keagamaan yang dialami oleh hampir seluruh anak laki-laki di Indonesia, khususnya yang beragama Islam.
SERAMBINEWS.COM – Sunat merupakan salah satu ritual keagamaan yang dialami oleh hampir seluruh anak laki-laki di Indonesia, khususnya yang beragama Islam.
Di sisi lain, saat ini prosesi sunat telah dipandang sebagai suatu kebutuhan medis, bukan sekedar ritual keagamaan semata.
Hal ini karena sunat memiliki beragam manfaat, di antaranya mengurangi risiko infeksi saluran kemih, penularan penyakit menular seksual, mencegah kanker kelamin, dan terjadinya radang penis.
Sunat merupakan proses pemotongan kulit penis di bagian ujung yang melindungi glans (kepala penis).
Kulit ini dikenal dengan istilah prepusium.
Jika tidak dipotong, maka prepusium dapat menjadi lokasi penumpukan smegma, yakni kombinasi dari sel kulit mati, minyak, keringat, dan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan berbagai penyakit.
Namun, yang menjadi kendala pada prosesi sunatan adalah rasa nyeri yang dialami anak, terutama pada saat pemberian anestesi (obat pereda rasa sakit) melalui jarum suntik.
Bahkan, penggunaan jarum suntik ini disinyalir dapat memicu trauma dan rasa takut berkepanjangan pada anak.
Metode pemberian obat bius
Semula, secara tradisional sunat dilakukan tanpa obat bius.
“Pada zaman dahulu, anak disuruh berendam di sungai pada pagi hari hingga terasa baal (mati rasa), karena terjadi penyusutan pembuluh darah, sehingga nanti pada saat disunat tidak terjadi pendarahan dan tidak terlalu sakit,” ungkap dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, pendiri Rumah Sunat dr. Mahdian pada jumpa media di Jakarta, Selasa (18/6/2019).
"Ini memunculkan mitos bahwa sunat harus dilakukan pagi hari," imbuhnya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, prosedur sunatan mengalami kemajuan. Salah satunya adalah metode pemberian obat bius.
Saat ini, terdapat dua metode yang umum dijumpai di klinik sunat, yaitu anestesi infiltrasi dan anestesi block.
Anestesi infiltrasi bertujuan untuk menimbulkan rasa kebal pada ujung-ujung saraf melalui injeksi pada jaringan sekitar bagian yang akan dipotong, sehingga menimbulkan mati rasa pada jaringan kulit dan jaringan dalam di sekitarnya.
Anestesi infiltrasi membutuhkan beberapa kali penyuntikan obat bius di lokasi berbeda.
Sementara itu, anestesi block atau penile block technique bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit pada seluruh jaringan kulit, dan hanya membutuhkan dua kali penyuntikan saja.
Hal ini menjadikan anestesi block relatif lebih tidak nyeri dibanding anestesi infiltrasi.
Meski demikian, keduanya masih menggunakan jarum suntik sebagai media pemberian obat bius.
Sunat tanpa jarum suntik
Kabar baiknya, saat ini pemberian obat bius dapat dilakukan tanpa menggunakan jarum suntik sama sekali, yakni melalui needle free injection.
Pemberian obat anestesi tanpa jarum ini dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang dinamakan "confort in", yang berbentuk seperti pompa mini dan memanfaatkan tekanan yang dihasilkan oleh mekanisme tenaga pegas berkecepatan tinggi, sehingga dapat menghasilkan semburan obat bius yang dapat menembus kulit hingga mencapai saraf dorsal di penis.
Penggunaan alat ini diklaim tidak menimbulkan rasa sakit pada anak.
“Sensasi yang dirasakan anak jauh tidak nyeri dibanding disuntik, terutama karena suntik menggunakan sekitar cukup banyak obat bius dan harus menembus kulit cukup dalam, sedangkan dengan menggunakan noozle (confort in) ini rasanya seperti disemprot air dingin saja,” papar Mahdian.
Alat confort in ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu alat semprot cairan anestesi atau noozle, injektor, dan pompa.
Injektor yang menggunakan pegas memiliki kekuatan yang dapat disesuaikan, sedangkan noozle bersifat sekali pakai sehingga mencegah terjadinya kontaminasi.
Penggunaan alat ini dapat membuat anak lebih tenang dan merasa nyaman tanpa rasa takut atau cemas saat mengalami prosesi sunat.
Hal ini baik bagi kondisi psikologis anak serta mencegah terbentuknya trauma atau fobia jarum suntik yang berkepanjangan.
Selain meniadakan rasa sakit, penggunaan teknologi tanpa jarum ini juga memiliki manfaat lain, yakni mengurangi trauma, mencegah kontaminasi infeksi silang, dan mencegah timbulnya hematoma, atau bengkak darah berwarna kebiruan yang dapat muncul pasca pendarahan.
Kapan Usia Ideal Sunat Pada Anak?
Sunat merupakan langkah yang dialami oleh sebagian besar anak laki-laki di Indonesia.
Saat ini, Indonesia menempati posisi puncak sebagai negara dengan pelaksanaan sunat terbanyak setiap tahunnya.
Namun, terdapat pertanyaan yang selalu menghantui terkait proses sunatan ini, khususnya bagi orangtua: Kapan sebenarnya usia yang tepat bagi anak untuk disunat?
Terdapat berbagai kebiasaan yang berbeda pada budaya tertentu mengenai waktu sunat.
Pada beberapa daerah, seperti Jawa Barat, umumnya prosesi sunat dilakukan sebelum anak memasuki sekolah dasar.
Namun, ada pula yang menganggap bahwa sunat sebaiknya dilakukan saat menjelang pubertas.
Lantas, kapan waktu sunat yang ideal dari perspektif medis?
“Sunat baiknya lebih cepat dilakukan lebih baik, tapi saran saya pada usia 40 hari pasca kelahiran,” ujar dr Mahdian Nur Nasution, SpBS, pendiri Rumah Sunat dr. Mahdian yang ditemui pada acara jumpa media di Jakarta, Selasa (18/6/2019).
Mahdian menjelaskan bahwa pada usia ini, anak belum memiliki rasa takut sehingga mudah dikendalikan dan juga belum memahami rasa takut sehingga tidak akan terjadi trauma.
Di sisi lain, anak juga masih mengalami pertumbuhan sel yang sangat cepat.
“Pada usia bayi, pertumbuhan dan regenerasi sel paling cepat terjadi. Artinya, jika terjadi luka, maka luka akan cepat menutup kembali dan anak cepat sembuh. Selain itu, tidak ada trauma psikologis,” lanjutnya.
Seiring pertumbuhan dan perkembangan anak, maka kemampuan regenerasi ini akan semakin berkurang.
“Pada prinsipnya, semakin dewasa dilakukan sunat, maka proses pemulihannya akan semakin lama,” ungkap Mahdian.
Lalu bagaimana jika anak Anda telah berusia lebih dari 40 hari?
Jika anak masih bayi, maka disarankan dilakukan sunat sebelum anak dapat merangkak dan tengkurap, atau sebelum usia enam bulan.
Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan keamanan bagi sang anak.
“Saat anak sudah cukup besar, misal usia satu hingga satu setengah tahun, biasanya anak akan aktif dan punya rasa ingin tahu yang tinggi. Saat disunat di usia ini, takutnya anak akan menggaruk-garuk bekas sunat atau bergerak bebas sehingga luka rawan infeksi,” jelas Mahdian.
Namun, jika anak Anda sudah terlanjur berusia lebih tua dan telah masuk sekolah dasar; maka Mahdian menyarankan agar memberi pengertian pada anak terlebih dahulu mengenai pentingnya sunat dan juga memberikan rasa aman bagi anak agar tidak takut dan khawatir pada saat sunat.
Pada usia ini, anak telah memiliki kesadaran dan dapat menerima penjelasan dari kedua orangtuanya.
Selain itu, saat ini telah berkembang teknologi sunat tanpa menggunakan jarum suntik, sehingga anak tidak akan lagi merasakan sakit saat disunat.
Baca: Polisi Tangkap Pasangan Suami Istri, Diduga Pelaku Pembunuhan Karyawati Bank Syariah Mandiri
Baca: Polisi Tangkap Pasangan Suami Istri, Diduga Pelaku Pembunuhan Karyawati Bank Syariah Mandiri
Baca: Nakhoda Kapal Pencuri Ikan di Perairan Aceh Terancam Penjara 6 Tahun
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hilangkan Nyeri dan Trauma, Kini Ada Sunat Tanpa Jarum Suntik"