Pertama Kalinya, RSUZA Banda Aceh Berhasil Operasi Cangkok Ginjal Istri untuk Suami
Untuk pertama kalinya, Tim Cangkok Ginjal Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUZA) dibantu para ahli dari Jakarta, berhasil melakukan operasi
Penulis: Eddy Fitriadi | Editor: Jalimin
Pertama Kalinya, RSUZA Banda Aceh Berhasil Operasi Cangkok Ginjal Istri untuk Suami
Laporan Eddy Fitriady | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Untuk pertama kalinya, Tim Cangkok Ginjal Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUZA) dibantu para ahli dari Jakarta, berhasil melakukan operasi transplantasi (cangkok) ginjal dari istri ke suami di rumah sakit itu, Senin, 29 Juli lalu.
Wanita YR (29) mendonorkan ginjalnya untuk sang suami SR (41) yang sejak empat tahun lalu mengalami gagal ginjal. Pasangan suami-istri (pasutri) tersebut kini masih menjalani perawatan pascaoperasi di RS tersebut.
Informasi itu diungkapkan Ketua Tim Cangkok Ginjal RSUZA, dr Abdullah SpPD-KGH FINASIM kepada Serambinews.com, Rabu (31/7/2019) di Banda Aceh.
Disebutkan, operasi cangkok ginjal itu melibatkan Tim RSUZA yang terdiri atas Spesialis Konsultan Ginjal Hipertensi (KGH), spesialis bedah urologi, anestesi (pembiusan), serta di-backup oleh ahli radiologi dan psikolog.
Kapan Beasiswa S1 dan S2 Pemkab Pidie Tahun 2019 Disalurkan? Ini Kata Plt Sekda
Anggota DPRA Minta Pemerintah Aceh Dampingi Proses Hukum Annisa, TKW yang Disiksa di Malaysia
Museum Lhokseumawe Gelar Festival, Ini Rangkaian Kegiatannya
Abdullah mengatakan, SR yang sejak empat tahun lalu mengalami gagal ginjal akibat hipertensi kini sudah terbebas dari cuci darah.
“Alhamdulillah, kami berhasil melakukan operasi cangkok ginjal keempat di RSUZA. Hingga kini, baik pendonor maupun penerimanya sehat dan dalam masa pemulihan,” ujarnya.
Menurut dia, donor ginjal antara suami-istri ini merupakan kasus terbaru yang ditangani pihaknya, setelah sebelumnya menangani donor antarsaudara kandung.
“Hal ini bisa dilakukan setelah mengecek kecocokan mereka lewat pemeriksaan di Jakarta. Kami bisa melakukan pencangkokan ginjal kalau persentase kecocokannya 20 sampai 30 persen,” jelas dia, dan menyebut pemeriksaan sebelum operasi itu memakan waktu hingga enam bulan.
Konsultan Ginjal Hipertensi (KGH) ini menerangkan, operasi tersebut dilakukan secara bersamaan, agar ginjal sehat bisa dipindahkan ke si penerima sesegera mungkin.
Sementara pascaoperasi, lanjutnya, penerima donor (recipient) wajib memakan obat imunosupresan untuk mencegah penolakan dari tubuhnya seumur hidup.
“Ginjal dari pendonor merupakan benda asing bagi tubuhnya, meskipun dari orang terdekat. Maka dari itu imunosupresan harus terus dikonsumsi oleh recipient,” ucapnya.
Abdullah menambahkan, tak ada yang perlu dikhawatirkan dari operasi cangkok ginjal.
Baca: Gilang Pradana, Anak Pedagang Asongan di Banda Aceh Lulus Akpol Tahun Ini
Sebab sebelum dipastikan layak untuk dioperasi, pendonor dan penerima sudah menjalani screening secara menyeluruh, termasuk dengan melihat faktor risikonya.
“Yang harus dihindari jika pasien punya riwayat hipertensi dan diabetes. Ini jadi salah satu penilaian dalam screening, selain psikologis pasien. Prinsipnya, kita jangan sampai membebankan pendonor,” pungkasnya.(*)