Peremajaan Kopi

Dinas Pertanian dan Pangan Pidie Remajakan Lahan Kopi di Tangse

Pemerintah Kabupaten Pidie melalui Dinas Pertanian dan Pangan Pidie melakukan peremajaan lahan kopi telah mati suri untuk diproduksi kembali.

Penulis: Nur Nihayati | Editor: Ansari Hasyim

Laporan Nur Nihayati I Pidie

SERAMBINEWS.COM,SIGLI - Pemerintah Kabupaten Pidie melalui Dinas Pertanian dan Pangan Pidie melakukan peremajaan lahan kopi telah mati suri untuk diproduksi kembali.

Targetnya kopi arabika yang pernah jaya akan dihidupkan lagi.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Pidie Ir Syarkawi MSi mengaku lahan kopi akan dihidupkan lagi di wilayah Tangse dengan anggaran Rp 154 juta APBK Pidie tahun 2019.

"Ada beberapa titik di Tangse salah satu di Pulo Seunong dan beberapa desa lainnya," terangnya.

Sebelumnya dalam waktu dekat pihaknya mengundang tim peneliti lahan kopi ini asal Jember, Jawa Timur.

"Tim ini kita minta untuk meneliti kondisi lahan dan mana yang bisa kita perbaiki," ujarnya.

Baca: Besok, 171 Gampong di Aceh Besar Pilih Keuchik Serentak

Baca: Warga Pedalaman Aceh Timur Keluhkan Mahalnya Harga Gas Elpiji 3 Kilogram

Baca: Ghazali Abbas: DPRA Jangan Sibuk Urus Dana Hibah yang Belum Cair, Tapi Lupakan Dana Hibah Rp 650

Untuk diketahui dari 10.000 ha lebih sekitar 4.104 hektare kebun kopi jenis robusta milik petani dalam 12 kecamatan di Kabupaten Pidie mengalami kerusakan.

Kerusakan terparah terdapat di Kecamatan Tangse seluas 2.166 hektare, akibat gangguan hewan liar, khususnya kawanan gajah.

Sesuai data 2018, luas kebun kopi robusta di Pidie mencapai 10.287 hektare, tersebar di 12 kecamatan.

Luas areal tanaman kopi yang paling banyak rusak di Kecamatan Tangse 2.166 hektare, Geumpang 994 hektare dan 745 hektare.

Berikutnya, Mila 80 hektare, Tiro Truseb 27 hektare, Padang Tiji 20 hektare, Titeu 19 hektare, Glumpang Tiga 13 hektare, Keumala 11 hektare, Sakti 9 hektare, Mutiara Timur 4 hektare dan Delima 2 hektare.

Disebutkan, penyebab tanaman kopi rusak karena kurang perawatan petani atau umur tanaman telah tua, diserang hama dan juga gangguan gajah liar.

Dia mengatakan dampak kerusakan tersebut telah ikut mempengaruhi produksi kopi di setiap kecamatan.

Menurutnya, saat ini pihaknya terus melakukan peremajaan kopi robusta dengan luas areal tidak sebanding dengan kerusakan tanaman komoditi tersebut, akibat terbatas anggaran.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved