Kisah Inspiratif
Wanita Pemulung Ini Naik Haji Setelah 26 Tahun Menabung Hasil Jual Botol Bekas dan Pasir
Tanpa ada yang tahu, Maryani menabung hasil penjualan botol bekas dan pasir untuk mewujudkan keinginannya pergi berhaji.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Sejak itu, ia bekerja sebagai pemulung pada waktu fajar, hingga panggilan untuk sholat pukul 5 pagi setiap pagi.
Wanita 64 tahun itu mengumpulkan jung-jung seperti gelas plastik bekas, botol dan kardus yang bisa dijual.
"Setelah hujan lebat, saya juga mengumpulkan pasir untuk dijual," tambahnya.
Ketika ia tinggal di sekitar tepi Sungai Ciliwung, sungai utama yang mengalir melalui Jakarta, ia sering menggali dan menimbun pasir dari sungai dan menjual tiang pancang sebagai bahan bangunan. Dia bisa mengumpulkan setidaknya lima karung pasir sehari dan menjualnya seharga 8.000 rupiah ($ 0,56) per karung.
Pada 2012, setelah kerja kerasnya selama hampir dua dekade, tabungan Maryani mencapai 25 juta rupiah ($ 1.750), pembayaran minimum pertama yang diperlukan untuk mendaftar haji di Indonesia pada waktu itu.
Sejak itu, ia telah bekerja keras mengumpulkan sampah dan pasir untuk melunasi sisa biaya 10 juta rupiah ($ 699,82).
Dia menyimpan rahasia tabungan haji dari keluarga dan kerabatnya selama bertahun-tahun.
Bahkan anak-anaknya tidak tahu bahwa selama ini ibu mereka mengumpulkan sampah dan pasir untuk membayar biaya ziarah.
Maryani hanya memberi tahu anak-anaknya pada April tahun ini, setelah menerima berita tentang jadwal keberangkatannya dari Kementerian Agama.
Para tetangga yang akhirnya mendengar tentang rencana Maryani ingin tahu mengapa anak-anaknya membiarkan Maryani mencari selama bertahun-tahun untuk pergi haji.
"Bagaimana saya bisa membantu ibu saya, saya juga tidak tahu dia mengumpulkan uang untuk pergi berziarah," kata salah satu anaknya, Dany Mulyana yang bekerja sebagai petugas parkir.
Maryani mengakui bahwa 26 tahun adalah periode yang sangat lama, tetapi dia mengatakan dia tidak pernah khawatir kapan dia akan bisa pergi ke tanah suci.
"Yang paling penting adalah saya menabung. Saya tidak pernah menyerah, selalu penuh semangat dan tidak pernah merasa lelah," tambahnya.
Maryani tidak menjual barang-barang yang dia kumpulkan segera tetapi menjualnya setelah menumpuknya selama setahun.
"Setelah terjual, saya akan mendapatkan sekitar 1,2 juta rupiah ($ 84) per tahun. Saya akan menghemat satu juta ($ 70) dan menghabiskan sisanya," katanya.
Sedangkan untuk pengeluaran sehari-hari, Maryani didukung oleh anak-anaknya, yang sebagian besar sudah menikah dan hidup terpisah.(*)