Berita Aceh Singkil
Menerobos Gelombang Malam, Mengantar Makanan ke Kapal Samudra Pasai di Perbatasan Aceh
"Demi kemanusian walau malam, kita usahakan mengirim bahan makanan. Kalau tidak stok makanan mereka habis," kata Mohd Ichsan
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Dede Rosadi | Aceh Singkil
Kapten Kapal Samudra Pasai, Krisno Sumampouw serta 20 orang krunya sumringah, melihat speed boat pembawa bantuan makanan dan BBM datang.
Menggunakan seutas tali dengan penerang senter beras serta logistik lainnya dinaikan ke kapal.
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Azan magrib baru saja selesai berkumandang, David sekuat tenaga menarik speed boat Lumba-lumba ke luar dari tambatan menuju perairan dalam, Sabtu (24/8/2019).
Kru speed boat milik Dinas Perikanan Aceh Singkil, itu memiliki postur tinggi berotot. Ia hanya meminta Serambinews.com meneranginya menggunakan senter.
Sementara Kapten Speed Boat Lumba-lumba, Anwar Tanjung yang merupakan anggota Rapi JZ 01 RKC, mengatur arah haluan. Malam itu ombak di laut sedang berkecamuk.
Baca: 13 Tahun Lumpuh Layu, Wahyu Ramdani dari Aceh Timur Belum Tersentuh Perhatian

Namun, atas nama kemanusian, tetap harus bergerak menerobos gelombang malam mengantar makanan serta bahan bakar minyak (BBM) ke Kapal Samudra Pasai yang telah tiga hari rusak mesin di dekat perbatasan Aceh-Sumatera Utara.
Tepatnya di atas Pulau Panjang, Singkil Utara, Aceh Singkil atau sekitar 23 mil dari daratan Singkil.
Di dermaga Pelabuhan Pendaratan Ikan Anak Laut yang berjarak 800 meter dari tempat speed boat Lumba-lumba ditambatkan, sudah menunggu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Singkil, Mohd Ichsan, personel Satgas Search And Rescue (SAR) Kepulauan Banyak, Yudistira.
Mereka menyiapkan makanan serta BBM yang akan dipasok ke Kapal Samudra Pasai.
Selesai memasukan barang bawaan ke speed boat, perjalanan menerobos gelombang dalam gelap malam dimulai.
Baca: Pasar Induk Cureh Bireuen Berlumpur Saat Musim Hujan, Pedagang dan Pembeli Mengeluh
Berulang kali semburan pecahan ombak menerjang ke ruang dalam speed boat.
"Kencang angin, ombaknya kasar (besar)," kata Kapten Anwar alias Raja Keong Ciput (RKC) mengingatkan.
Mual mulai menyerang perut, terus diayun gelombang.
Beruntung dalam rombongan tim penolong ada M Study.
Lelaki berbadan tambun itu, memberikan pijatan menggunakan balsem mengusir mabuk laut.
Sekitar pukul 22.30 WIB cahaya terang lampu kapal Samudra Pasai terlihat.
Begitu mendekat, dari atas kapal bermuatan 7.500 ton semen itu, Kapten Kapal Samudra Pasai, Krisno Sumampouw serta 20 orang krunya sumringah menyambut kedatangan bala bantuan.
Baca: Terjatuh di Penginapan, Jamaah Haji asal Aceh Besar Meninggal di Mekkah
Menggunakan seutas tali dengan penerang senter beras serta logistik lainnya dinaikan ke kapal.
Hentakan ombak sempat mengganggu pemindahan muatan. Berkat kegigihan barang bisa dipindahkan.
"Sudah tiga hari ada gangguan mesin. Kami juga membutuhkan makanan," kata Kapten Kapal Samudra Pasai, Krisno Sumampouw.
Kapal bermuatan 7.500 ton semen ini, dalam perjalanan Padang, Sumatera Barat menuju pelabuhan Malahayati, Banda Aceh.
Berada di lautan di luar jadwal, membuat stok makanan dan BBM kapal menipis.
Berdasarkan hitungan Kapten Krisno Sumampouw jika tidak ada pasokan, persedian makanan di kapalnya hanya cukup sampai, Minggu (25/8/2019) pagi.
Baca: Setelah Jalani Operasi Tumor Perut di RSUZA, Gepeng yang Dirujuk Dinsos Aceh Timur Mulai Membaik

Dalam situasi genting, Kapten Kapal Samudra Pasai, Krisno Sumampouw, berhasil mengontak Yudistira personel Satgas SAR Kepulauan Banyak.
Informasi itu segera diteruskan kepada Kepala Pelaksana BPBD Aceh Singkil, Mohd Ichsan.
Tim sempat kesulitan mencari BBM jenis solar yang dibutuhkan.
Sehingga memasuki malam baru bisa dilakukan pengiriman.
"Demi kemanusian walau malam, kita usahakan mengirim bahan makanan. Kalau tidak stok makanan mereka habis," kata Mohd Ichsan.
Melepas tim penolong kembali ke daratan Kapten Krisno Sumampouw, menyampaikan terimakasih.
"Respon cepat seperti inilah yang dibutuhkan kami para pelaut," ujar Kapten Krisno yang sejak 1979 telah berkeliling dunia membawa kapal kargo.(*)
Baca: Prajurit TNI Meninggal Jelang Nikah, Kisah Cinta Diar dan Lettu Angga Terjalin Selama 7 Tahun