Cuaca ekstrem
Cuaca belum Kondusif, Rute KMP Teluk Sinabang Dialihkan ke Labuhanhaji
Padahal semestinya jadwal hari ini, Kamis (29/8/2019), KMP Teluk Sinabang akan berlayar dari Simeulue ke Pelabuhan Penyeberangan Samatiga, Aceh Barat
Penulis: Sari Muliyasno | Editor: Mursal Ismail
Pelabuhan Samatiga mulai difungsikan pada Agustus 2016 atau sekitar tiga tahun lalu, dengan membuka rute pelayaran Sinabang-Meulaboh dengan menggunakan KMP Teluk Sinabang.
Sebelum tsunami, pelayaran untuk rute tersebut dilayani melalui Pelabuhan Suak Indrapuri, Kecamatan Johan Pahlawan, namun pelabuhan itu hancur dihantam tsunami pada 2004.
Kepala Dinas Perhubungan Aceh Barat, Tarfin SSos, saat dikonfirmasi Serambi, mengakui masih banyak fasilitas yang perlu dilengkapi di Pelabuhan Penyeberangan Samatiga.
Fasilitas tersebut, antara lain breakwater, timbangan, serta bangunan tempat berjalan penumpang.
“Terhadap sejumlah fasilitas kita berharap dukungan dari Dinas Perhubungan Aceh,” ujar Tarfin.
Terkait pembangunan breakwater, pihaknya mengaku sudah menurunkan tim dari Universitas Syiah Kuala dan Dinas Perhubungan Aceh untuk menilai kelayakan pembangunannya.
Hasilnya nanti akan menjadi bahan evaluasi sehingga diharapkan apa yang menjadi kebutuhan mendesak di Pelabuhan Samatiga bisa secepatnya direalisasi.
Sementara itu, sekitar 40 truk terlihat masih menumpuk di Pelabuhan Samatiga menanti datangnya KMP Teluk Sinabang. Truk-truk yang memuat berbagai barang itu sudah bertahan di pelabuhan sejak sepekan lalu.
Sebelumnya, jumlah truk yang mengantre lebih banyak lagi, namun karena KMP Teluk Sinabang Selasa kemarin mengalihkan lokasi sandaran ke Aceh Selatan, sebagian truk berpindah ke Pelabuhan Labuhan Haji.
“Ada sekitar 40 unit yang masih bertahan,” ujar Kepala UPTD Pelabuhan Penyeberangan di Samatiga, Romi Masri.
Perlu dievaluasi
Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Simeulue, Kasirman, mengatakan, rute pelayaran Simeulue ke Samatiga perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak.
Terutama di saat cuaca ekstrem yang disertai gelombang tinggi melanda perairan di wilayah pantai barat dan selatan Aceh.
“Perlu ada perhatian serius, karena bukan hanya mengancam keselamatan penumpang, tetapi juga merusak kapal,” ucapnya.
Untuk itu, Kasirman berharap jalur laut yang menghubungkan Simeulue dengan Aceh Barat perlu dievaluasi bersama oleh semua pihak.