Merinding! Begini Proses Membersihan Jenazah Mumi di Tanah Toraja, Dilakukan 3 Tahun Sekali
Sebuah prosesi adat masyarakat Toraja dalam memperlakukan jenazah yang sudah menjadi mumi dibagikan ke Instagram dan sekilas membuat merinding.
SERAMBINEWS.COM - Sebuah prosesi adat masyarakat Toraja dalam memperlakukan jenazah yang sudah menjadi mumi dibagikan ke Instagram dan sekilas membuat merinding.
Prosesi yang tidak biasa itu membuat bulu kuduk merinding.
Video yang dibagikan akun Instagram @Toraya_maballo pada Selasa (13/8/2019) lalu itu memperlihatkan dua jenazah yang sudah menjadi mumi tengah dirawat oleh masyarakat sekitar.
Terlihat kedua jenazah yang berlainan jenis kelamin itu diposisikan berdiri dan dibersihkan oleh 3 orang pria.
Kedua jenazah itu terlihat sudah berubah bentuk menjadi mumi dengan warna kecoklatan.
Namun kedua jenazah terlihat masih mengenakan pakaian bawah.
Akun tersebut menjelaskan hal tersebut merupakan prosesi dan tradisi rutin yang dilakukan masyarakat suku Toraja.
“Beginilah proses atau tradisi yang rutin dilakukan setiap 3 tahun sekali oleh masyarakat suku toraja khususnya di daerah Pangala' dan Baruppu dan sekitarnya,” tulis @Toraya_maballo.
Nama tradisi itu disebut Ma’Nenek dimana jenazah dibersihkan dan diganti pakaiannya.
Ternyata tidak bisa sembarangan dalam membersihkan jenazah-jenazah tersebut. Ada bulan khusus yang diperbolehkan untuk membersihkan jenazah.
Yakni setelah masa panen padi telah usai biasanya bulan Agustus-September.
Adapun lokasi pengambilan video tersebut berada di Pangala’ Rinding Allo, Toraja Utara.
Dikutip dari Kompas.com, ritual Ma'nene atau mengganti pakaian mayat sebutan masyarakat Toraja, diawali dengan berkunjung ke lokasi pekuburan leluhur mereka yang dinamakan patane di desa atau Lembang Paton, Kecamatan Sariale, yang jaraknya berkisar 28 kilometer dari Rantepao, ibu kota Kabupaten Toraja Utara.
Di Patene, mayat moyang (leluhur) mereka yang telah berumur ratusan tahun tersimpan dalam keadaan utuh, karena sebelumnya diberi bahan pengawet.
Prosesi Ma'nene dilakukan pihak keluarga dengan membersihkan mayat leluhur yang telah berusia ratusan tahun, dengan melepas pakaian lama yang digunakan.
Lalu seluruh badan mayat dibersihkan dengan menggunakan kuwas.
Setelah itu, jenazah tersebut kemudian dipakaikan dengan pakaian baru.
Mayat pria memakai jas lengkap dengan stelan dasi hingga kaca mata.
Sebelum membuka pintu kuburan Patane dan mengangkat peti mayat untuk dibersihkan, tetua adat dengan sebutan Ne' Tomina Lumba, terlebih dahulu membacakan doa dalam Bahasa Toraja kuno, memohon izin kepada leluhur agar masyarakat mendapat rahmat keberkahan setiap musim tanam hingga panen berlimpah.
Ne'tomina merupakan gelar adat yang diberikan kepada tetua kampung, dimana artinya adalah orang yang dituakan juga imam atau pendeta.
Pieter Rayub, tokoh masyarakat Lembang Poton yang juga keluarga pelaksana ritual Ma'nene menuturkan, prosesi adat Ma'nene sudah berlangsung sejak zaman dahulu.
Waktu pelaksanaannya berdasarkan kesepakatan bersama keluarga dan tetua adat melalui musyawarah desa. Ritual ini disepakati digelar 3 tahun sekali.
Tujuannya agar keluarga yang berada di perantauan bisa datang menjenguk orang tua atau Nene To'dolo (moyang mereka), juga untuk mempererat hubungan tali silaturahmi orang perantauan dengan orang tua yang masih hidup atau yang sudah meninggal agar lebih mengingat kampung halamannya.
"Prosesi adat Ma'nene kami gelar dalam 3 tahun sekali berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah Lembang. Selain itu, kegiatan ini bertujuan mempererat tali silaturahmi keluarga yang berada jauh di perantauan," ungkap Piter Rayub, saat mengelar prosesi adat Ma'nene pada Jumat (24/8/2012).
Menurutnya, Ma'nene digelar sebelum musim tanam dimulai atau sesudah memotong padi, yang hasil panennya digunakan dalam prosesi tersebut.
Prosesi mengganti pakaian satu mayat tidaklah lama, hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Usai mengganti pakaian mayat leluhur, masyarakat kampung di Lembang Poton kemudian berkumpul mengikuti acara makan bersama.
Makanan yang disajikan adalah hasil sumbangan setiap keluarga keturunan leluhur yang melaksanakan kegiatan prosesi adat Ma'nene.
Usai makan bersama, acara dilanjut dengan tradisi Sisemmba', bertujuan menjalin keakraban serta silaturahmi antara keluarga perantau dengan yang berada di kampung halaman.
Baca: Dituding Netizen Keseringan Pamer Anak di Medsos, Siti Nurhaliza: 11 Tahun Saya Menanti Jadi Ibu
Baca: Batubara Cemari Pantai Peunaga Pasie di Aceh Barat
Baca: Tak Hanya Polisi dan TNI, Tim Jibom Juga Ikut Mengamankan Pelantikan Anggota Dewan Aceh Utara
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Bikin Merinding, Begini Proses Membersihkan Jenazah yang Sudah Jadi Mumi, Dilakukan 3 Tahun Sekali