Berita Papua

Setelah 7 Tahun, Dokter Fajri Eto’o Bisa Shalat Jumat Perdana di Pedalaman Papua

Fajri, pemuda kelahiran Beureunuen Kabupaten Pidie ini adalah dokter jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama, Aceh Besar.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Facebook/Fajri Eto'o Al-Safan Al-Koroway
Dokter Fajri Nurjamil bersama warga suku Asmat di Pesisir Pantai Selatan Papua, pada acara Pesta Budaya Suku Asmat, November 2018. 

Itu yang saya alami sekarang selama menjalankan tugas di tahun ke 7 untuk Tanah Papua. Apa yang saya alami ini membuat saya berat untuk meninggalkan mereka

SERAMBINEWS.COM - Wajah Dokter Fajri Nurjamil (33) terlihat cerah dan gembira.

Ia tak henti-hentinya menebarkan senyum saat berbicara di depan kamera telepon genggamnya.

Hari itu, Jumat (23/8/2019), pemuda kelahiran Beureunuen, Kabupaten Pidie, Aceh, yang saat ini bertugas sebagai dokter PTT di Puskesmas Kolf Braza ini akan melaksanakan shalat perdananya di pedalaman Papua, tepatnya di Distrik Suator, Kabupaten Asmat.

Jarak dari Kolf Braza ke Suator ini sekitar 32 kilometer, dan hanya bisa ditempuh dengan speedboad atau perahu ketinting.

Butuh waktu antara 1 hingga 2 jam perjalanan, tergantung kekuatan mesin boat dan kondisi air sungai.

Dari Google Maps, terlihat Distrik Kolofbraza, tempat Dokter Fajri bertugas ini berada di bagian tengah Pulau Papua.

Sungai menjadi satu-satunya jalur transportasi ke distrik-distrik tetangga.

Distrik Kolofbraza ini berjarak sekitar 104 kilometer ke Agats, ibu kota Kabupaten Asmat yang berada di tepi laut Arafura, dan 344 kilometer ke Jayapura, ibu kota Provinsi Papua.

Fajri merekam moment jumatannya ke Suator dalam sebuah video yang direkam dengan hp di tangannya.

Video itu baru bisa diupload ke dinding Facebooknya saat Fajri tiba di Distrik Suator yang sinyal internetnya lumayan bagus.

Alhamdulillah, tahun ke 7 di pedalaman Papua baru bisa menjalankan ibadah shalat Jum'atan perdana ketika lagi berada di pedalaman..

Kebetulan di Distrik tetangga kita di wilayah Distrik Suator ada Mesjid nya,” tulis Dokter Fajri dalam status yang mengiringi video itu.

Baca: Aceh dan Papua Kerangka Indonesia

Baca: Terlahir dari Keluarga Pendiri OPM

Dalam perjalanan itu, Fajri didampingi dua perempuan berjilbab yang merupakan rekannya sesama dokter.

“(perahu) Ketinting di sana, dia baru ke luar,” kata Fajri menunjuk ke arah sebuah perahu yang mendekat ke dermaga kayu tempat Dokter Fajri dan dua rekannya berada.

“Saksikan perjalanan kita dengan ketinting guys, Assalamualaikum,” kata Fajri yang terus menebarkan senyum.

Sejenak, Fajri dan dua rekannya melepas alas kaki, menjinjingnya sambil berjalan melewati lumpur tebal di bawah dermaga kayu.

Dua warga Papua yang berada dalam perahu ketinting membantu mereka.

Selanjutnya, perahu berlari kencang.

Dokter Fajri dan dua rekannya terlihat sangat gembira.

Suaranya timbul tenggelam di antara deru mesin ketinting.

Fajri, pemuda kelahiran Beureunuen Kabupaten Pidie ini adalah dokter jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama, Aceh Besar.

Ia mulai bertugas di Papua dengan status dokter program PTT (Pegawai Tidak Tetap) Kemenkes RI, sejak 1 Juni 2013.

Sebelumnya, dia sempat mengabdi sebagai dokter bhakti di Puskesmas Delima, di Gampong Aree, Pidie, Aceh.

Dokter Fajri bertolak ke Papua bersama dua rekannya yaitu, dokter Hidayat lulusan dari Fakultas Kedokteran Unaya dan dokter Dewi lulusan dari Fakultas Unsyiah.

Dokter Fajri mendapat tugas di wilayah Kabupaten Asmat.

Dokter Hidayat ditempatkan di Kabupaten Puncak.

Dokter Dewi di Kabupaten Yahukimo.

Baca: Kisah Dokter Asal Pidie Aceh di Asmat Papua, Antara Kemanusiaan dan Rasa Rindu Anak Istri

Baca: Kisah Dokter menjadi Juru Damai Aceh Dibukukan

Baca: Viral! Kisah Dokter Cantik yang Bertugas di Pedalaman Papua, Jalan Sejauh 16 KM: Ingin Negara Tahu

Kepada Serambinews.com, yang menghubunginya melalui Facebook Messenger, Jumat (30/8/2019), Fajri bercerita, saat ini dia bertugas Puskesmas Kolofbraza.

Pelayanan puskesmas ini meliputi dua distrik, yaitu Distrik Kolofbraza dan Distrik Koroway Bulanop.

“Jumatan pertama saya minggu yang lalu, saya ikut menumpang dengan pedagang menggunakan perahu ketinting yang lagi berbelanja di wilayah Distrik Suator. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk perjalanan turun ke Distrik Suator,” kata pemuda hitam manis ini.

“Jumatan kedua saya hari ini (30/8/2019), Alhamdulillah bisa menumpang ikut speedboatnya Bapak pendeta dari Distrik Kolofbraza yang lagi berkunjung ke Distrik Suator,” tambah dia.

Dia bercerita, warga muslim di Kolf Braza yang ingin melaksanakan Shalat Jumat, harus menyusuri sungai untuk mencapai lokasi masjid terdekat di Distrik Suator.

Jika menggunakan speedboat 40 Pk, seperti milik pendeta yang ditumpangi Fajri pada Jumat (30/8) lalu, maka butuh waktu sekitar 45  menit sampai 1 jam.

Sementara jika menggunakan perahu ketinting milik para nelayan, seperti yang ditumpangi Fajri pada hari Jumat sebelumnya, bisa memakan waktu 1,5 jam sampai 2 jam perjalanan.

Peta Pulau Papua.
Peta Pulau Papua. (Google Maps)

Dulu, kata Fajri, saat bertugas pertama di Puskesmas Primapun di Distrik Safan (pertengahan 2013), dia biasa melaksanakan shalat Jumat ke Kota Agats, ibu kota kabupaten Asmat atau ke Distrik Pantai Kasuari.

Agats dan Kasuari ini adalah wilayah pesisir yang sudah tersentuh kehidupan modern.

Sehingga praktis, baru pada Agustus 2019 ini, Dokter Fajri melaksanakan Jumat perdana di pedalaman Papua.

“Perjalanan dari Distrik Safan ke ke Agats sekitar 3 jam 30 menit jika menggunakan Speedboat 85 PK. Dengan catatan laut tenang, karena melewati rute laut Arafura. Jika dengan armada loangboat fiber 40 PK butuh waktu sekitar 5 sampai 6 jam, tergantung cuaca di laut," kata Fajri.

Pada awal tahun 2015, Fajri pindah tugas ke wilayah lembah pegunungan di Puskesmas Suru-Suru di Distrik Suru-Suru.

Di tempat tugas kedua ini yang sangat jauh dari ibu kota Kabupaten Asmat ini juga tidak ada masjid.

“Jadi kalau mau shalat Jumat atau shalat Id (hari raya), harus turun ke kota kabupaten Asmat, butuh waktu sekitar 6 sampai 8 jam, tergantung kondisi air di kali (sungai)," ujarnya.

Baca: Sejarah Hari Ini, 30 Tahun Lalu Persiraja Juara Piala Perserikatan, Begini Faktanya

Kita baku sodara

Selama 7 tahun berada di pedalaman Asmat, Fajri Nurjamil semakin akrab dengan alam Papua.

Perawakan dan gaya bicaranya, seperti sering terlihat saat dia siaran langsung di Facebook, benar-benar mirip warga Papua.

Safan dan Koroway yang merupakan nama dua distrik tempat tugasnya di pedalaman Papua pun ditabalkan pada nama belakang dua buah cintanya dengan , yaitu Faiqa Shadira Al Safan dan Fathia Hanifa Al Koroway.

Fajri yang memiliki wajah mirip Etoo, pesepakbola asal Kamerun, juga menyematkan nama Safan dan Koroway ini di akun Facebook miliknya.

Jadilah Facebook dia bernama Fajri Eto'o Al-Safan Al-Koroway.

Profesinya sebagai dokter, plus sikapnya yang ramah dan bersahaja, membuat Fajri dicintai masyarakat Papua.

“Alhamdulillah, masyarakat di pedalaman Papua sangat membantu dan melindungi saya bersama rekan-rekan,” ujarnya.

“Selama kita berada di pedalaman papua dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan untuk mereka, walaupun kami berbeda suku, agama dan daerah kami berasal, kami di sini saling baku lihat, baku jaga, baku melindungi, dan kita baku sodara seperti sodara kita sendiri di kampung halaman,” tulis Fajri.

Baca: Pertempuran Sengit Operasi Seroja di Timor Timur, Menyusun Taktik Memburu Presiden Fretilin

Baca: TERKINI Kerusuhan Papua: Aktivitas Sudah Normal, Ratusan Calon Polisi Bersihkan Puing Sisa Kerusuhan

“Itu yang saya alami sekarang selama menjalankan tugas di tahun ke 7 untuk Tanah Papua. Apa yang saya alami ini membuat saya berat untuk meninggalkan mereka,” imbuhnya.

Ia melanjutkan, seandainya Provinsi Aceh berdekatan dengan Papua, seperti Aceh dengan Sumatera Utara, ia akan memboyong istri dan anak-anaknya untuk pindah kampung halaman, agar bisa melayani kesehatan warga Papua selama-lamanya.

“Tapi sayangnya jauh sekali, antara ufuk barat dan ufuk timur,” pungkas Fajri sembari meminta doa agar tahun depan bisa nyoba test sekolah spesialis.

"Jika kita bahas cerita saya dalam perjalanan saya untuk tanah papua, tidak akan ada habis-habisnya ceritanya Bang. Butuh waktu yang sangat panjang.. Hehee,” pungkas Fajri mengakhiri ceritanya kepada Serambinews.com.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved