Predator Anak Dominan Orang Dekat
Korban predator anak terus meningkat setiap tahunnya di Aceh Singkil, terutama selama tiga tahun terakhir. Ironisnya, pelaku pencabulan
* Kasusnya Meningkat Setiap Tahun
SINGKIL - Korban predator anak terus meningkat setiap tahunnya di Aceh Singkil, terutama selama tiga tahun terakhir. Ironisnya, pelaku pencabulan terhadap anak di bawah umur tersebut didominasi orang dekat korban, seperti tetangga dan orang yang dikenal korban, bahkan terkadang orang tua angkat korban.
Asy'ary, seorang pekerja sosial di Aceh Singkil kepada Serambi, Minggu (22/9), mengungkapkan, korban pencabulan terhadap anak di bawah umur di kabupaten itu sampai September 2019, sudah ada 10 kasus. Jumlah ini, sebutnya, bertambah tiga kasus dari tahun 2018, yang secara keseluruhan hanya tujuh kasus. Malah, dua tahun lalu atau tahun 2017, cuma terjadi empat kasus pencabulan anak di Singkil.
Menurut Asy'ary, data ini berdasarkan jumlah korban yang mendapat pendampingan pihaknya. Sebab itu, ia memprediksi masih banyak kasus lain yang tak terungkap dengan berbagai alasan. "Di lapangan bisa saja jumlahnya lebih banyak lagi, namun luput dari perhatian karena orang tua korban tak mau melapor dan alasan lain," kata Ary-- panggilan akrab Asy'Ary.
Masih berdasarkan data yang dimiliki pekerja sosial itu, korban predator anak rata-rata masih berusia 14 tahun ke bawah. Sedangkan modus yang dilakukan pelaku dalam menyasar target umumnya dengan memberikan iming-iming hadiah dan bujuk rayu.
“Namun ada juga yang melakukan pengancaman. Pengancaman dilakukan terhadap korban agar tidak bercerita ke orangtuanya. Ada juga pengancaman agar korban bersedia melayani nafsu bejat pelaku," tukasnya.
Ary yang mengaku sudah empat tahun menjadi pekerja sosial ini mengungkapkan, ada beberapa kesulitan yang dihadapi korban predator anak untuk memulihkan traumanya, terutama bagi korban yang berasal dari keluarga tidak mampu. Sebabnya, Aceh Singkil belum memiliki dokter psikiater sehingga korban harus dirujuk ke luar daerah yang ada dokter psikiaternya.
“Kalau dirujuk, problemnya korban tidak memiliki biaya. Ada kasus, lantaran tak ada biaya pernah ada korban saya bonceng pakai sepeda motor buat laporan ke polisi. Kalau butuh biaya besar, saya minta bantu dinas sosial," terangnya.
Korban predator anak selain dari keluarga miskin, ada juga yang memiliki keterbelakangan mental. Kondisi ini kerap dimanfaatkan pelaku untuk menghindar dari jeratan hukum dengan dalih berdamai. Padahal, apapun alasannya para predator ini sudah merusak masa depan anak-anak serta mengganggu mental anak.
PentingnyaPeran Serta Orang Tua
LEBIH lanjut, Asy'ary memaparkan, untuk mencegah terus bertambahnya korban predator anak, Pemkab Aceh Singkil harus turun tangan meningkatkan sosialisasi ke masyarakat tentang betapa pentingnya peran serta orang tua dalam menjaga dan mengawasi pergaulan serta lingkungan anak-anak mereka.
Bahkan khusus kepada para orang tua, pekerja sosial Aceh Singkil ini menekankan, orang tua harus memberikan perhatian sepanjang waktu ke anak mereka sehingga mereka selalu terayomi. "Jangan biarkan anak main sama orang dewasa tanpa didampingi orang tua," pungkas Ary.(de)