Berita Aceh Barat Daya

Puluhan Hektare Tanaman Padi di Ladang Susoh Abdya Kerap Gagal Tanam, Ini Masalahnya

“Petani harus menanam dua sampai empat kali setiap musim tanam,” kata Keuchik Gampong Ladang, Khairizal

Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Nur Nihayati
SERAMBINEWS.COM/ZAINUN YUSUF
Areal sawah lokasi Dusun Ujong Tempat, Desa Ladang, Susoh, Abdya, kerap terendam air pasang akibat muara Sangkalan (Pantai Bali) tertimbun pasir hempasan ombak besar, Rabu (2/10/2019). 

“Petani harus menanam dua sampai empat kali setiap musim tanam,” kata Keuchik Gampong Ladang, Khairizal

Laporan Zainun Yusuf| Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM,BLANGPIDIE- Puluhan hektare (ha) lahan sawah lokasi Dusun Ujong Tempat, Desa Ladang, termasuk sebagian kecil di Desa Padang Panjang, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), kerap terendam air pasang surut.

Padi yang sudah ditanam mati setelah  terendam pasang selama 5 sampai 7 hari.

“Petani harus menanam dua sampai empat kali setiap musim tanam,” kata Keuchik Gampong Ladang, Khairizal kepada Serambinews.com, Rabu (2/10/2019).

Baca: BREAKING NEWS - Nelayan Simeulue Cut Ditemukan tak Bernyawa, Setelah Sehari Menghilang

Keuchik mengaku sangat kasihan terhadap nasib petani yang menggarap lahan sawah lokasi ujong tempat.

Sebab, air pasang baru surut, setelah petani berkerja keras membuka mulut muara Sangkalan (Pantai Bali) yang tertimbun pasir hempasan gelombang.

Baca: Sempat Tak Direstui, Viral Curhatan Ibu Dihalangi Datang ke Pernikahan Anak, Lihat Ekspresi Menantu

Pekerjaan membuka mulut kuala dilakukan secara manual butuh waktu satu sampai dua hari.

Namun, saat terjadi ombak besar, terutama pada musim barat, maka mulut muara Sangkalan dipastikan tersumbat lagi.   

Keuchik Khairizal menjelaskan akibat lahan areal sawah sering terendam air pasang maka padi yang sudah ditanam mati sehingga harus ditanam kembali.

Baca: Harga Cabai di Pidie Rp 32.000/ Kilogram, Panen Terakhir Petani

Seperti yang dialami petani MT Gadu 2019, sekarang ini.

Peristiwa sangat merugikan petani daerahnya terjadi tidak kurang 10 tahun terakhir.

Peristiwa pasang surut dikatakan semakin parah setelah dibangun tanggul pengaman tebing muara Sangkalan tahun 2013 lalu.

Sebab, tebing dari material bonhgkahan batu besar (batu gajah) dibangun sangat tanggung atau tidak sampai ke laut.      

Dampaknya, mulut muara Kuala Sangkalan sangat mudah tersumbat pasir yang dihempas gelombang.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved