Wanita Inspiratif
Kisah Sukses First Lady Subulussalam Pernah Jadi Kernet Angkot Hingga Pimpinan DPRK
Mariani membuktikan bahwa melalui manis-getirnya berumah tangga itu bisa jadi ajang untuk saling menguatkan.
Penulis: Khalidin | Editor: Taufik Hidayat
Mariani dan Affan Bintang yang semula kekeuh akhirnya luluh dan merestui niat sang anak maju dengan catatan tetap melanjutkan pendidikan. Sebab, Ade Fadly diharapkan akan menjadi dokter spesialis penyakit dalam.
Mariani sendiri menyatakan akan menyiapkan diri membantu kerja suami. Dia tidak bisa membiarkan suami bekerja keras sendirian dalam membangun Subulussalam.
Sebab, kata Mariani pekerjaan yang dihadapi sang suami tidak mudah karena ada 80 ribuan jiwa rakyat di sana harus mendapat pengayoman dan pelayanan.
”Saya ingin total membantu suami, kalau kemarin ikut pemilu dan terpilih maka waktu saya tidak dapat focus di dewan sehingga akan mengganggu kinerja,” ujar Mariani menjelaskan alasannya tidak calon anggota DPRK atau DPRA pada pemilu lalu.
Sederet perjalanan usaha dan karier politik Affan Bintang bersama sang istri Mariani Harahap tentu tidak diraih dengan berpangku tangan semata tapi ada tetesan keringat dan air mata.
“Menikah di saat kita dan calon pasangan sudah mapan, tentu impian semua orang. Tapi, ketika takdir mengharuskan kita dan pasangan untuk berjuang bersama, lantas apakah harus berhenti? Kita harus berani untuk mendesain takdir bukan pasrah atas takdir perihnya hidup bisa diubah menjadi anugerahah,” papar Mariani memberikan motivasi dalam mencapai sebuah kesuksesan hidup.
Mariani juga memberikan alasan betapa istri sebenarnya sebagai pondasi kuat dalam mendukung keberhasilan suami untuk meraih seluruh mimpi.
Istri, kata Mariani sebenarnya bukan sekadar factor pelengkap melainkan juga penentu kesuksesan suami di masa depan.
Pun demikian saat sudah berhasil, bukan berarti suami lantas mencampakkan sang istri. Jangan hanya, lanjut Mariani istri hanya dimanfaatkan kala sedang berjuang tapi dipinggirkan saat sebuah impian telah diraih.
Dia mencontohkan, sang suami baik posisi pengusaha, pimpinan partai hingga pejabat berdiskusi dengannya. Ini, kata Mariani berarti posisi sang istri tetap dihargai.
Meskipun keputusan tertinggi sebenarnya tetap ada pada sang suami. Diakui adakalanya sang suami mengarahkan mengubunginya tapi dia akan kembali menanyakan kepada sang suami untuk memutuskan. Artinya, ada komunikasi timbal balik antara dia dan suami dan keputusan terakhir tetap sama suami.
Alasan suami melibatkan istri selain menghargai sang pasangan juga untuk menjaga perasaan konsumen, pelanggan atau masyarakat jika sekiranya aspirasi mereka tak mampu dipenuhi. Affan Bintang tak ingin pelanggan atau warga binaannya tersinggung jika langsung menolak mentah-mentah.
Dia mengakui adanya desas-desus seolah suaminya Affan Bintang berada dibawah ‘bendera’ istri. Padahal, diskusi yang mereka jalin sebagai hubungan erat pasangan keluarga mengingat rumah tangga tersebut dibangun berdua bukan sendiri secara otoriter.
Kalaupun suami meminta pendapat dan istri memberikan masukan menurut Mariani hal lumrah asalkan tidak ada intervensi.
”Masa pas berjuang istri dibawa kemana-mana tapi setelah berhasil haruskah berdiam di sudut rumah, tentu ada beberapa peran yang perlu kehadiran sosok istri. Malah Negara juga membuat suami jadi kepala daerah maka istri sebagai Ketua TP PKK dan Dekranasda serta lembaga lain, ini pertanda peran istri tetap ada termasuk pemerintahan,” ungkap Mariani
Ketika ditanya motto hidup yang dipakai, Mariani menjawab agar senantiasa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Dia melanjutkan, untuk perempuan di Subulusalam sejatinya punya talenta yang mesti dioptimalkan. Dalam berkontribusi di segala bidang, kata Mariani, hal yang terpenting adalah tidak setengah-setengah atau all out 100 persen sebagai sebuah bentuk pengabdian.
Menjadi apa pun, atau profesi apapun, menurut kelahiran Medan, 10 Agustus 1973 ini harus ditekuni total dengan menunjukkan hasil maksimal. Sebab dari hasil kerja itulah memunculkan implementasi diri.
Karena itu, kaum perempuan harus punya keinginan kuat, jangan lagi menunggu 'durian runtuh' atau berkah dan kesempatan.
"Kesempatan, peluang apa pun, tidak akan datang sendiri, tetapi harus dicari, dikejar, dengan kemampuan dan modal yang dimiliki kaum perempuan, jadi lakukan sekarang, jangan tunggu besok,” pesan Mariani.(*)