Fadhil Rahmi: Prioritaskan Beasiswa Tahfiz untuk Alumni Dayah  

Anggota DPD RI, Fadhil Rahmi Lc menyampaikan, seharusnya program beasiswa S1 dan S2 tahfiz Alquran Luar Negeri

Editor: bakri
SERAMBINEWS.COM/HENDRI
Anggota DPD RI, Fadhil Rahmi saat berkunjung ke Kantor Harian Serambi Indonesia di Banda Aceh, Selasa (15/10/2019). Kunjungan itu diterima Pemimpin Perusahaan Serambi Indonesia, Mohd Din, dan News Manager, Bukhari M Ali. 

BANDA ACEH - Anggota DPD RI, Fadhil Rahmi Lc menyampaikan, seharusnya program beasiswa S1 dan S2 tahfiz Alquran Luar Negeri yang sedang dibuka saat ini oleh Pemerintah Aceh melalui Badan Peningkatan Sumber Daya Manusia (BPSDM) diprioritaskan untuk alumni dayah atau aliyah. Menurut Fadhil, para alumni tersebut berpotensi mendapatkan beasiswa itu, karena secara umum para alumni dayah rata-rata melanjutkan pendidikannya ke Timur Tengah, terutama ke Universitas Al Azhar, Mesir.

Hal itu disampaikannya saat berkunjung ke Kantor Harian Serambi Indonesia, di Banda Aceh, Selasa (15/10). Kunjungan silaturahmi tersebut diterima oleh Pemimpin Perusahaan Serambi Indonesia, Mohd Din, News Manager Bukhari M Ali, Manajer Sirkulasi Saiful Bahri, dan Wakil Manajer Iklan, Kurniadi.

Dikatakan Fadhil, tahun ini ada 49 orang asal Aceh yang lulus ke Timur Tengah, empat di antaranya lulus beasiswa, sementara 45 orang lainnya lulus non beasiswa.  "Posisi mereka sedang persiapan berangkat, kasihan mereka harus urus syarat lagi dari awal karena BPSDM minta syarat wajib ada LOA dan toafl 500. Padahal, sangat terbuka peluang untuk integrasi program BPSDM dengan Kemenag. BPSDM tinggal membiayai yang lulus secara nasional saja, tanpa perlu susah buat tes khusus lagi," ungkap Fadhil.

Mantan Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh ini juga menilai syarat yang mewajibkan Letter of Acception (LOA) dan toafl 500 pada program beasiswa itu menandakan BPSDM tidak update dengan info terkait sistem pendidikan ke Timur Tengah atau memang tidak membuka kesempatan untuk yang mau melanjutkan  pendidikan ke Timur Tengah.

"Karena LOA di Timur Tengah berbeda dengan LOA di negara lain. Mereka yang 49 orang itu dan ratusan lainnya  seluruh Indonesia satupun belum punya LOA. Universitas Al Azhar untuk LOA-nya didapatkan kalau sudah ada di sana dan prosesnya itu lama," sebut Fadhil.

Ia menambahkan, di Mesir surat keterangan kuliah itu didapat ketika sudah berada di negara tersebut, dan mahasiswa mengambilnya sendiri ke universitas atau fakultas. "Enggak ada istilah dapat surat keterangan kuliah kalau kita masih di luar Mesir. Para calon mahasiswa itu cukup dengan surat keterangan lulus dari Kemenag untuk mengurus visa dan syarat masuk Mesir, bukan LOA. Khususnya ke Al Azhar, karena mayoritas tujuannya ke sana," ujarnya.

Dalam hal ini, Fadhil menilai Pemerintah Aceh harus mengevaluasi ulang beasiswa tahfidz S1 dan S2 ke luar negeri. Perlu ada orang yang berkompeten dalam mengelola ataupun mengurusi urusan beasiswa tahfiz ke luar negeri, khususnya ke Timur Tengah.

Selama ini juga banyak putra-putri Aceh yang ke luar negeri, khususnya ke Universitas Al Azhar, Mesir. Selama beberapa tahun, pihaknya di IKAT juga memfasilitasi putra-putri Aceh yang ingin melanjutkan pendidikan ke negara itu. "Banyak dari mereka yang lulus seleksi nasional dan bisa berangkat ke Timur Tengah, tapi  mereka itu lulus non beasiswa, selama ini seperti itu," demikian Fadhil Rahmi. (una)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved