Hari Santri
Peringati Hari Santri, Walkot Subulusalam dan Pejabat Pakai Sarung
”Ini dalam rangka mendukung Subulussalam menjadi kota santri,” kata Affan Bintang kepada Serambinews.com beberapa waktu lalu.
Penulis: Khalidin | Editor: Nur Nihayati
Selanjutnya Menteri mengatakan, untuk Keempat, santri yang dididik dalam semangat kemandirian. Kelima, tumbuhnya gerakan komunitas kesenian dan sastra di pesantren juga jadi alasan lain mengapa keindahan, harmoni dan kedamaian bisa tumbuh dalam kehidupan santri. Lalu yang keenam santri juga berproses dalam iklim diskusi yang sehat. Ketujuh, pesantren juga mengakomodasi para santri untuk mengembangkan kearifan lokal untuk menghadapi tantangan arus zaman yang semakin pragmatis dan materialis.
Kedelapan, prinsip maslahat (kepentingan umum) merupakan pegangan yang sudah tidak bisa ditawar lagi oleh kalangan pesantren. Terakhir, penanaman spiritual dalam kegiatan pesantren di mana tidak melulu perihal fikih yang didalami, tapi juga aspek tazkiyatunnafs, yaitu proses pembersihan hati, yang dilakukan lewat amalan zikir dan puasa, tandasnya lagi.
Diakhir sambutannya, Lukman Hakim mengingatkan bahwa hal yang patut disyukuri adalah hadirnya UU No. 18 tahun 2019 yang mengatur fungsi tambahan pesantren yang tidak lagi sekadar lembaga pendidikan, namun juga sebagai tempat untuk mengembangkan fungsi dakwah dan pengabdian masyarakat,” tutup Menteri Agama
Sementara Walkot Subulusalam Affan Alfian Bintang juga menyelipkan komitmen mereka dalam memimpin Kota Subulussalam ke depan.
Dikatakan di bawah kepemimpinannya bersama Salmaza, bertekad akan menjadikan Kota Subulussalam menjadi kota santri. “Kami ingin tekan-kan kembali bahwa di kepemimpinan saya bersama Salmaza, kami berkomitmen menjadikan Kota Subulussalam ini menjadi Kota Santri,” pungkas Affan Bintang. (*)