Masjid Agung Tamiang Terbengkalai, Sebagian Material Mulai Dicuri

Pembangunan Masjid Agung Aceh Tamiang di Kampung Kebun Tanahterban, Karangbaru telah terbengkalai, hanya masih

Editor: bakri
DOK/ASRIZAL ASNAWI
Asrizal Asnawi saat meninjau lokasi pembangunan Masjid Agung Aceh Tamiang, Senin (11/11/2019). Pembangunan yang sudah mangkrak lebih 10 tahun ini harus dilanjutkan untuk mempertegas Aceh Tamiang sebagai daerah syariah. 

KUALASIMPANG - Pembangunan Masjid Agung Aceh Tamiang di Kampung Kebun Tanahterban, Karangbaru telah terbengkalai, hanya masih berupa pondasi sejak dibangunsekitar 10 tahun lalu. Ironisnya, besi pondasi mulai dicuri oleh orang tak bertanggungjawab, sehingga banyak yang sudah hilang.

Hal ini diketahui oleh anggota DPRA, Asrizal Asnawi saat meninjau lokasi Masjid Agung pada Senin (11/11).  Menurut politisi PAN ini, besi ulir yang sudah dibangun sebagai pondasi masjid sejak 10 tahun lalu sudah banyak yang hilang dengan cara dipotong memotong hampir setinggi dua meter lebih.

"Saya perkirakan, jumlah besi pondasi Masjid Agung yang dicuri sekitar lima ton, karena ukurannya besar," kata Asrizal.  Dalam kasus ini Asrizal tidak bisa menyalahkan Buyung, warga yang dipercayakan menjaga area pembangunan masjid, bahkan Buyung disebutnya cukup memprihatinkan karena harus merogoh uang sendiri untuk menyambung instalasi listrik di Masjid Agung yang sempat diputus PLN.

"Instalasi listrik yang dipasang awal-awal pembangunan sudah diputus karena menunggak Rp 3 juta, tetapi Buyung sudah memasang sendiri dan kena Rp 1 juta," ujarnya.  Mirisnya, selama diamanahkan menjaga areal masjid sejak sembilan lalu, Buyung mengaku tidak pernah diberi upah. 

"Jadi bagaimana orang yang dipercayakan untuk menjaga tidak diupah, padahal sudah dijanjikan, sehingga tidak perlu disalahkan dia, bila kemudian ada aksi pencurian," terangnya.  Dalam kesempatan itu, Asrizal juga meminta Pemkab Aceh Tamiang mempertegas status lahan pembangunan Masjid Agung yang ternyata berada di HGU perkebunan sawit PT Padang Palma Permai.   "Seharusnya dikeluarkan dari HGU. Saya rasa perusahaan harus ikhlas dan mendukung karena ini untuk kepentingan publik," tukasnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif WaLii, Muhammad Suhaji menjelaskan pengumpulan koin untuk Masjid Agung Aceh Tamiang akan terus dilanjutkan hingga ada perkembangan dari pemerintah daerah.  Komitmen ini disampaikan Suhaji di hadapan Asrizal Asnawi, anggota DPRA yang secara khusus datang Aceh Tamiang untuk memberi dukungan atas aksi yang dilakukannya bersama aktivis lain, Senin (11/11). 

"Kami tidak bermaksud apa-apa, kecuali hanya ingin daerah kelahiran kami memiliki masjid megah, layaknya kabupaten lain di Aceh," kata Suhaji.   Dia mencontohkan Masjid Agung At-taqwa di Kutacane yang telah menjadi ikon baru dan Aceh Tamiang yang digembar-gemborkan sebagai daerah syariah Islam juga memiliki masjid megah. 

Suhaji mengaku tidak bisa menerima alasan pemerintah daerah yang harus mencoret anggaran kelanjutan pembangunan masjid pada tahun ini, akibat defisit anggaran. Pasalnya pembangunan di intansi vertikal yang dinilai tidak menyentuh langsung dengan kepentingan publik terus berlanjut.

"Seandainya memang defisit, mengapa harus Masjid Agung dicoret. Ini yang belum bisa kami terima," ujarnya.   Dia berharap Pemerintah Aceh bersedia turun tangan untuk menyelesaikan pembangunan masjid ini. "Yang kami dengar, Pemerintah Aceh memiliki program membantu pembangunan masjid di daerah. Kalau memang ada, kami berharap tahun ini dialokasikan ke Aceh Tamiang," ujarnya.

Pengumpulan koin ini dipusatkan di Simpang Kelana, Kota Kualasimpang sejak Jumat (8/11) dan sampai hari ketiga, penggalangan dana ini terhenti sementara akibat hujan deras dan sebagian aktivis memiliki kegiatan di kampus. "Seluruh uang yang terkumpul akan kami serahkan ke DPRK Aceh Tamiang," beber Suhaji.(mad)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved