Ribuan Babi di Sumatera Utara Mati Akibat Terjangkit Virus Hog Cholera, Bisakah Menular ke Manusia?
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara Azhar Harahap mengatakan, virus hog cholera menyebar dengan cepat pada babi ternak.
Ribuan Babi Mati di Sumatera Utara Terjangkit Virus Hog Cholera, Bisakah Menular ke Manusia?
SERAMBINEWS.COM - Sebanyak 4.682 ekor babi mati di 11 kabupaten di Sumatera Utara hingga Kamis (7/11/2019).
Disebutkan kematian ribuan babi ini terkait dengan virus hog cholera atau kolera babi.
Bangkai babi ini kerap ditemukan mengambang di sungai dan menimbulkan bau tak sedap.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara Azhar Harahap mengatakan, virus hog cholera menyebar dengan cepat pada babi ternak.
Virus hog cholera pada ternak babi belum dapat diobati dan pemberian vaksin hanya sebagai upaya pencegahan. Begitu juga dengan pemberian desinfektan dan vitamin.
• Rapai Geleng Susoh Juara I Festival Budaya Daerah Abdya, Ini Hadiah dan Juara II Hingga Harapan III
• Pendaftaran CPNS 2019 – Berikut Contoh Surat Lamaran dan Surat Pernyataan CPNS 2019
• VIRAL Video Penampakan Ikan Berwajah Manusia, Ini Fakta Ilmiahnya
"Populasi babi di Sumut ada 1,2 juta. 4.682 ekor mati karena hog cholera," kata Azhar.
Lantas, apa itu hog cholera?
Hog cholera atau kolera babi - juga dikenal dengan sebutan demam babi klasik - merupakan penyakit sangat fatal yang menyerang babi, karena bisa mematikan.
Penyakit ini disebabkan oleh falvivirus, yakni virus demam babi klasik dari genus Pestivirus.
Dilansir Encyclopedia Britannica, penyakit babi kolera ditularkan dari babi yang terinfeksi ke babi lain, lewat agen pengangkut.
Sebagai contoh, penularan dapat terjadi ketika ada proses pemindahan ternak babi dari satu peternakan ke peternakan lai atau sampah yang digunakan untuk pakan babi yang terkotaminasi.

Seekor babi di dalam kandang di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban menunjukkah wajahnya sebelum disemprot desinfektan pada Jumat siang (8/11/2019). Di Serdang Bedagai sudah 500 babi yang mati, dari total populasi 31.000 ekor.Kompas.com/Dewantoro
• Daftar Formasi CPNS 2019 untuk Lulusan SMA dan SMK, Pendaftaran di sscasn.bkn.go.id
• Biasa Dijadikan Bumbu, Campuran Kunyit & Lada Hitam Ternyata Bisa Cegah Kanker hingga Redam Stres
• Bergelimang Harta hingga Tak Punya Kesibukan, Nia Ramadhani: Makan Es Krim Aja Buat Tambah Kegiatan
Selain itu, sepatu, pakaian, pisau, peralatan rumah tangga, maupun kendaraan yang digunakan dalam mengelola ternak babi juga bisa menjadi pengantar virus.
Dalam rentang waktu empat hari sampai tiga minggu setelah terpapar virus, babi akan mengalami demam tinggi.
Tanda-tanda lain agak bervariasi, mulai dari hilang nafsu makan, depresi, mata memerah dan kering, muntah, diare, batuk, hingga sulit bernapas.
Pada babi yang memiliki warna terang, biasanya akan nampak ruam kulit. Selain itu, selaput lendir dan tengggorokan dapat meradang, hingga mengalami leukopenia (rendahnya jumlah sel darah putih) parah.
Lama kelamaan babi lebih banyak berbaring dan enggan bergerak. Terkadang, babi akan berjalan dengan cara yang aneh, yakni punggung melengkung. Jika sudah parah, babi tak bisa bangkit, koma, dan akhirnya mati.
Penanganan
Pemberian vaksin anti babi kolera pada tahap awal muncul gejala mungkin dapat efektif membantu, tapi sedikit yang pulih.
Kematian babi karena babi kolera bisa terjadi dalam hitungan hari.
Penyebaran
Penyakit babi kolera banyak muncul di Eropa, Asia, Amerika Latin, hingga Afrika.
Untuk Amerika Serikat, negara itu sudah bebas dari penyakit babi kolera.
• Istri Minggat Bareng Teman Facebook, Suami Temukan Kain Putih Berisi Tanah Kuburan di Tumpukan Baju

Seekor bangkai babi melintas di Sungai Bedagai, di Kecamatan Tanjung Beringin, Serdang Bedagai, Jumat pagi tadi (8/11/2019). Warga mengeluhkan karena baunya menyengat. Di Serdang Bedagai, sudah ada 500 ekor babi yang mati dari total populasi 31.000 ekor.Kompas.com/Dewantoro
Bila ada wabah penyakit babi kolera, wajib untuk dilaporkan. Sementara itu, hewan yang terinfeksi babi wajib disembelih dan kawasan hewan yang sakit seharusnya dikarantina.
Kontrol utama penyakit babi kolera bisa dilakukan dengan cara vaksinasi.
Apakah bisa menginfeksi manusia?
Untuk diketahui, hog cholera tidak menginfeksi manusia dan tidak akan berbahaya jika dagingnya dikonsumsi kita.
"Aman, tidak bahaya bagi manusia," ungkap Azhar.
Selain Azhar, Kepala Balai Veteriner Medan Agustia juga menyampaikan hal yang sama.
"Iya, masih bisa dikonsumsi tapi harus dimasak dulu. Kenapa masih bisa dikonsumsi karena tidak zoonosis, tidak menular kepada manusia, tapi pig to pig," ujar Agustia.
Agustia menambahkan, untuk menghindari penyebaran lebih luas, perlu ada perlakuan di lapangan yang harus mengikuti standar.
Pertama, masyarakat tidak membeli ternak babi yang harganya murah.
Kedua, masyarakat juga harus menerapkan bio sekuriti, yakni tidak saling menjenguk ternak yang sakit.
Ketiga, bangkai babi tidak dibuang ke sungai atau ke hutan melainkan dikubur.
Keempat, perlu dilakukan pengetatan lalu lintas ternak dan menjaga sanitasi kandang. (Gloria Setyvani)
Artikel ini telah tayang di Intisari-online.com dengan judul 4 Ribu Babi Mati di Sumatera Utara karena Hog Cholera, Bisakah Menular ke Manusia?