Breaking News

Tukang Becak Diupah Rp 500 Ribu Buang Bangkai Babi ke Sungai, Begini Pengakuan saat Ditangkap Polisi

Petugas melakukan pembuntutan dan ketika pelaku akan membuang bangkai babi langsung dilakukan penangkapan.

DOK POLRESTABES MEDAN VIA TRIBUN MEDAN
Tukang becak ditangkap polisi saat hendak membuang bangkai babi di parit di Desa Helvetia, Medan, Sumatera Utara, Minggu (17/11/2019) dini hari. 

SERAMBINEWS.COM, MEDAN - Akhir-akhir ini beberapa daerah dihebohkan dengan temuan bangkai-bangkai babi di sungai. Polisi menangkap seorang tukang becak saat hendak membuang bangkai babi.

Ia ditangkap saat membawa dua bangkai babi pada Minggu (17/11/2019) dini hari.

Pengemudi becak motor ini hendak membuang bangkai babi ke aliran parit, Desa Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.

Adapun identitas pelaku yakni, Sinar Hati Bulolo (59) warga Jalan Turi, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Labuhan.

Kasat Reskrim Polrestabes Medan Kompol Eko Hartanto mengatakan, Tim Pegasus Polsek Sunggal menindak-lanjuti atas ditemukan 2 (dua) ekor bangkai babi yang di parit dusun II, Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deliserdang.

"Tim Pegasus melakukan penyelidikan dan pengintaian terhadap pelaku pembuang bangkai babi di wilayah Desa Helvetia, Kecamatan Sunggal Deliserdang. Berdasarkan informasi yang diterima, bahwa pengemudi becak bermotor membawa bangkai babi," ujarnya.

Pertarungan Kobra Menewaskan Piton, Tubuh Ular Piton Ditelan Habis Oleh Raja Kobra

Menegangkan Duel Maut Raja Kobra dan Ular Piton, Sang Kobra Telan Habis Tubuh Piton

Fakta-fakta King Kobra Telan Habis Ular Piton, Racunnya Mematikan Hingga Mampu Lumpuhkan Gajah

Menindaklanjuti informasi tersebut, lanjut Kasat, petugas melakukan pembuntutan dan ketika pelaku akan membuang bangkai babi langsung dilakukan penangkapan.

"Anggota memeriksa ke dalam becak bermotor dan ditemukan ada goni yang dua ekor bangkai babi. Petugas kami kemudian membawa pelaku ke mapolsek Sunggal untuk dilakukan pemeriksaan," ungkapnya.

Dari hasil penangkapan tersebut, petugas berhasil amankan barang bukti berupa dua ekor bangkai babi dan satu unit becak bermotor.

Dari keterangan pelaku, lanjut Kompol Eko Hartanto, bahwa ia mengaku disuruh pemilik bangkai babi untuk membuangnya.

"Pengakuan pelaku ia tidak mengenal pemilik ternak. Ia mengaku bahwa bangkai tersebut dibawa dari Jalan Karya 7, Desa Helvetia, Kecamatan Sunggal Deliserdang. Pelaku dijanjikan uang Rp 500 ribu," pungkasnya.

Bangkai Babi Masuk Aceh

Masyarakat Kota Subulussalam dihebohkan dengan banyaknya bangkai babi hanyut di Sungai Souraya dalam beberapa hari terakhir.

Berat dugaan bangkai babi tersebut mati akibat terpapar penyakit atau virus kolera.

Sudah beberapa hari ini banyak bangkai babi yang hanyut di sungai Souraya,” kata Andong Maha, warga Desa Sigrun, Kecamatan Sultan Daulat, kepada Serambinews.com, Kamis (14/11/2019).

Kabar terkini soal bangkai babi yang hanyut di Sungai Souraya, videonya diposting di akun facebook warga Subulussalam.

Dalam video berdurasi 1,24 menit itu terlihat kondisi sungai Souraya tampak keruh dan menguning.

Video kiriman warga ini diabadikan dari atas jembatan Gelombang atau penghubung Desa Suka Maju dengan Sigrun.

“Itu kiriman teman saya, kejadian di Gelombang,” kata Yathie, pemilik akun facebook yang memposting bangkai babi hanyut di sungai.

VIDEO - Bangkai Babi Dari Sumatera Utara Masuk Sungai Aceh Singkil, Diduga Terjangkit Virus Kolera

Dalam video warga tampak heboh menyaksikan banyaknya bangkai babi hanyut di sungai yang membelah Desa Suka Maju dengan Sigrun ini.

Warga menyatakan bangkai babi berwarna putih tersebut sudah busuk.

Warga pun meyakini jika babi yang mati merupakan ternak bukan babi hutan.

Sebab, warna babi hutan biasa hitam sedangkan ternak putih.”Ini kami yakini babi ternak dan diduga sudah terpapar kolera,” tambah Andong.

Menurut Andong kejadian bangkai babi hanyut tersebut sudah berlangsung hampir seminggu terakhir.

Namun bangkai babi yang hanyut tidak sekaligus atau terjadi interval beberapa jam.

Dikatakan, bisa saja dalam beberapa menit hanyut lima ekor bangkai babi lalu beberapa jam kemudian hanyut lagi beberapa ekor.

Beberapa bangkai babi dewasa bahkan telah busuk dan pecah. Ada pula bangkai babi yang tersangkut di jarring para nelayan tradisional di sungai Souraya itu.

Intinya, kata Andong, setiap hari ada saja bangkai babi yang hanyut sehingga warga menduka kuat kalau hal tersebut disebabkan virus kolera.

Sementara masyarakat Subulussalam juga mulai saling berkabar agar sementara waktu tidak mengonsumsi ikan air tawar.

Selain itu, sebagian masyarakat yang berada di bantaran Sungai Souraya atau DAS sebenarnya mengonsumsi air tersebut.

Imbauan jangan makan ikan sementara mengemuka di dunia maya atau media sosial facebook.

Camat Rundeng, Irwan Faisal yang dihubungi Serambinews.com, membenarkan wilayahnya juga ditemukan bangkai babi yang hanyut.

Namun jumlah bangkai babi yng hanyut tersebut tidak sekaligus. Terkadang kata Faisal, ada lima ekor bangkai babi hanyut.

Kondisi sungai Souraya yang melintas di Kecamatan Rundeng saat ini dalam keadaan keruh dan menguning.

“Di Rundeng juga ada bangkai babi yang hanyut. Kadang lima ekor, gak menentu," kata Faisal yang berjanji akan mengimbau warganya untuk tidak mengonsumsi air sungai.

Sungai Souraya yang membentang membelah sebagian besar Kota Subulussalam hingga ke Kabupaten Aceh Singkil ini berulu di Aceh Tenggara atau sering disebut sungai Alas.

Selain itu, beberapa kawasan Dairi, Sumatera Utara juga terkoneksi ke Sungai Souraya termasuk sungai kecil atau kali yang ada di sana.

Ini dibuktikan kejadi akhir 2018 lalu di mana korban banjir bandang dua desa di Kecamatan Silima Pungga-punga, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara hanyut ke sungai Souraya. Karenanya, bangkai babi yang hanyut ini diduga berasal dari Kabupaten Dairi atau lainnya.(*)

Bahaya Buang Bangkai Babi

Pembuangan bangkai ke sungai, selain mencemari lingkungan juga dianggap dapat mencemari kualitas dari air. 

Hal ini juga dikhawatirkan akan berpotensi memicu berbagai penyakit infeksi yang bisa menjangkit manusia. 

Dikutip dari Tribun Medan, dr Restuti Hidayani Saragih, Sp.PD, FINASIM, M.H.(Kes), mengatakan, Meskipun Hog Cholera atau Classical Swine Fever (CSF) tidak menular dari babi ke manusia.

"Namun tindakan pembuangan bangkai babi terinfeksi akan menyebabkan pencemaran air yang dapat menimbulkan atau berpotensi mengakibatkan gejala penyakit infeksi lainnya pada manusia. Seperti diare, demam, penyakit kulit, dan lainnya terutama pada warga di sekitar aliran sungai," ujarnya, Jumat (15/11/2019).

Lanjut dosen di Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU ini, mengatakan, hog cholera itu sendiri merupakan penyakit infeksi pada babi, yang sebetulnya hanya menjangkiti babi yang sangat menular. 

Adapun tingkat kesakitannya (morbiditas) dan kematiannya (mortalitas) hampir mencapai 100 persen.

"Penyebabnya adalah infeksi Pestivirus yang masuk dalam famili Flaviviridae. Terdapat bermacam-macam strain virus ini dengan tingkat virulensi mulai dari rendah, sedang sampai dengan virulensi tinggi yang dapat menyebabkan wabah," jelasnya.

Tidak hanya di aliran sungai, beberapa bangkai babi juga ditemukan di darat, seperti yang terjadi di kawasan Helvetia pada Jumat (15/11/2019) pagi.

Hingga kini pelaku-pelaku pembuangan bangkai babi masih belum berhasil diungkapkan pihak kepolisian.

Terkait pencemaran yang berupa virus virus dan penyakit ini endemis di Asia, serta juga ada didapati di beberapa belahan dunia lain Restuti menegaskan, hog cholera tidak bisa menjangkiti manusia dan juga tidak dapat ditularkan dari babi ke manusia. 

"Dagingnya yang dimakan juga tidak akan menularkan pada manusia," katanya.

Namun untuk pencegahan penyakit, kata Restuti, upaya-upaya kontrol penyakit ini umumnya dilakukan oleh berbagai negara adalah melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak babi dengan virus yang dilemahkan (attenuated vaccine). 

Kemudian melarang atau mengontrol dengan sangat ketat impor hewan babi yang hidup, impor daging babi segar, impor daging babi yang tidak diproses dengan pemanasan yang adekuat, juga impor bahan-bahan biologi terkait babi, misalnya embrio dan cairan semen babi.

"Mau nya ada penegasan untuk larangan peternak memberi makan babi dengan makanan sisa, sampah makanan yang tidak dimasak, melarang pembuangan sampah yang dilakukan melalui kapal di pelabuhan. Kemudian dalam tahap eradikasi di tempat terjangkit wabah, hewan babi yang terpapar dan yang terinfeksi harus dimusnahkan dan dikuburkan atau dibakar. Pergerakan babi di area yang terjangkit juga dibatasi serta dilakukan tindakan disinfeksi terhadap tempat dan fasilitas yang terjangkit," jelasnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, berdasarkan data yang diperolehnya, saat ini wabah hog cholera telah terjadi di 11 Kabupaten di Sumatera Utara. 

Di mana ditemukan 4.682 ekor babi yang mati karena hog cholera, dari jumlah populasi babi di Sumut sebanyak 1,2 juta ekor.(*)

BACA JUGA BERITA POPULER

Ini 16 Negara yang Sudah Lolos ke Euro 2020, 4 Tim Lagi Diperebutkan 8 Negara Termasuk Portugal

Teror Sperma Gegerkan Tasikmalaya, Pelaku Targetkan Wajah Wanita Hingga Dilakukan di Tempat Ramai

Fakta-fakta Unik Aceh, Wanita dengan Mahar Termahal Hingga Punya Aturan Khusus

Terungkap Masa Lalu Polisi yang Tiduri 2 Istri Orang, Poroti Selingkuhan hingga Mantan Tahanan

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved