Menelusuri Jejak Nabi Muhammad SAW

Setiap bulan Rabiulawwal tiba, umat Islam di dunia menyambutnya dengan suka cita. Karena di bulan tersebut tokoh sejagat dilahirkan

Editor: hasyim
zoom-inlihat foto Menelusuri Jejak Nabi Muhammad SAW
IST
Dr. Munawar A. Djalil, MA Pegiat Dakwah, PNS di Lingkungan Pemerintah Aceh

Dr. Munawar A. Djalil, MA Pegiat Dakwah, Tinggal di Blang Beringin Gampong Cot Masjid, Banda Aceh

Setiap bulan Rabiulawwal tiba, umat Islam di dunia menyambutnya dengan suka cita. Karena di bulan tersebut tokoh sejagat dilahirkan. Nabi Muhammad SAW adalah pelaku yang mengukir sejarah peradaban manusia yang harus selalu dikenang. Mustahil memang kalau sejarah diperlakukan sebagai rentetan kejadian tanpa pelaku.

Ia tidak dapat mengabaikan peranan tokoh agama seperti Nabi Muhammad SAW. Fakta membuktikan bahwa bangkitnya agama, sekte. aliran dan kultur modern dan lain-lain selalu bersumber dan bergerak dari satu pribadi tokohnya. Maka sangat tidak mungkin sebuah drama besar melupakan tokoh utamanya.

Syahdan, Nabi Muhammad SAW selalu mengaku cuma manusia biasa, sebagai pemberi ingat tanpa mukjizat selain Alquran. Namun namanya dijiplak jutaan orang, kata ditiru dan lakunya diteladani, Alquran yang dibawanya menjadi bacaan paling laris. Inilah barangkali keajaiban terbesar dalam dunia modern masa kini, yang berasal dari seorang yang mengaku tidak mampu membuat keajaiban, namun Beliau  telah mengukir sejarah.

Tidak ada gambaran semarak mengenai siapa pun dalam sejarah manusia yang menyamai lukisan umat Islam atas Muhammad SAW. Karena Ia adalah sumber pembawa harapan, bukti terbesar intervensi Allah untuk menyelamatkan manusia. Ajarannya dimulai dari diagnosis Alquran atas akar dari segala konflik umat manusia: benar atau salah, baik dan buruk, kehancuran atau kebangkitan. Ia memberi resep yang diperlukan berupa kebenaran dan hidayah serta jalan untuk kebahagiaan.

Semakin lama lukisan atas Nabi Muhammad SAW telah menjurus menjadi legenda. Rekaman kisah hidupnya penuh dengan cerita ajaib. Mulai dari saat Beliau masih dalam kandungan, menjelang dan saat kelahiran, masa kanak, dewasa sampai wafatnya. Dari satu segi semua legenda ini barangkali adalah sebuah persembahan rasa kagum untuk sebuah prestasi yang demikian gemilang.

Dari sisi lain, merupakan sunnatullah orang besar memang selalu dikejar legenda, malah makin besar ia, makin lama waktu lewat, maka makin tebal dan kuatlah legenda itu melekat.

Berbeda dengan Nabi lain, Muhammad SAW lahir dalam sorotan sejarah yang terang. Ia adalah tokoh historis yang eksistensinya jelas ada. Orang mencatat riwayat hidupnya secara rinci, mulai dari siapa "bidan" yang membantu kelahirannya, berapa utas uban Beliau di hari tua, bagaimana ia menghembus nafasnya yang terakhir serta segala sesuatu yang terjadi di antara kedua ufuk hidup itu.

Tentunya sumber yang peling otentik untuk menelusuri jejak Nabi Muhammad SAW adalah Alquran yang bagaimanapun juga dari satu sudut ikut merekam perjuangannya, tanggapan lawan dan kawannya, debat dan argumen para musuhnya dan mungkin tersirat pergulatan pikiran serta perasaannya menghadapi semua itu.

Sekalipun begitu Alquran memang berisi semua ajaran yang diwahyukan kepadanya, tetapi ia bukan riwayat hidup Rasul, banyak rincian kehidupan pribadi, keluarga, sahabat, lawan maupun suasana zaman itu yang belum memuaskan rasa ingin tahu pemeluk ajarannya. Maka orang lalu berpaling kepada sejarah, kendati terjadi revolusi dari budaya lisan menjadi budaya tulisan, namun sikap hati ke arah itu menjadi penggalang.

Menurut kalangan orientalis barat, di antaranya yang paling ternama, Goldziher, Sprenger dan Noldeher, upaya menelusuri jejak Nabi Muhammad SAW dengan penulisan sejarahnya, setidaknya timbul karena pengaruh pergaulan kaum Muslim dengan orang-orang Yahudi dan Kristen.

Namun kata, Andrae, seorang orientalis Jerman, kontak dengan kalangan itu mendorong timbulnya kegiatan pengumpulan cerita-cerita tentang Muhammad SAW yang kemudian membentuk legenda-legenda di sekitar tokoh ini.

Teori lain mengatakan penulisan biografi Muhammad SAW sebagai usaha mencari jejaknya diilhami oleh tradisi kaum Parsi. Kisah Muhammad SAW dalam tradisi Islam disebut "Sirah". Istilah jamaknya adalah "Siyar" yaitu kumpulan cerita yang dikenal tentang kehidupan raja-raja Parsi.

Sungguh demikian seorang orientalis dan sejarawan Prancis Lammens dalam suatu studi kritisnya dia menyatakan bahwa usaha menelusuri jejak Nabi Muhammad SAW dengan mempelajari kehidupan Nabi itu didorong oleh dan dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Alquran. Menurut Lammens Alquran yang diwahyukan melalui kata-kata Rasul itu diturunkan secara berangsur-angsur (priodik).

Namun struktur Alquran itu tidak disusun secara kronologis sesuai dengan waktu turunnnya ayat, melainkan dengan petunjuk Nabi sendiri. Dari upaya memahami ayat-ayat Alquran menurut kontek sejarahnya itulah kemudian timbul gagasan dan tindakan kongkrit untuk menelusuri jejak Beliau sebagai Rasul.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved