Laut China Selatan Punya Cadangan Minyak Lebih Melimpah, Pantas China Ngotot Ingin Menguasainya

Tanpa ampun, China telah mengklaim dengan mudah wilayah perairan penuh sengketa ini, tetapi apa pasal?

Editor: Faisal Zamzami
PANGANIBAN REEF
Menara penangkal serangan udara dan serangan rudal di pulau Spratly, dibangun oleh China 

SERAMBINEWS.COM - China begitu ngotot ingin menguasai Laut China Selatan, dengan banyak yang mengklaim Beijing berusaha menguasai 80% wilayah maritim penuh sengketa itu.

Bahkan, sempat disebut upaya reklamasi lahan yang mereka lakukan dam membangun 'pulau buatan' di kepulauan Spratly, beserta pembangunan markas senjata adalah karena alasan ekonomis, bukan karena historis maupun geografis.

Tanpa ampun, China telah mengklaim dengan mudah wilayah perairan penuh sengketa ini, tetapi apa pasal?

Dilansir dari oilprice.com, tahun 2018 Menteri Luar Negeri yang saat itu menjabat, Wang Yi, mengatakan jika niat mereka bukanlah untuk kepentingan finansial.

"Usaha Beijing untuk melindungi perdamaian dan stabilitas Laut China Selatan tidak dapat digoyahkan," ujarnya.

Sembari menanmbahkan, Wang juga mengatakan masalah di wilayah tersebut adalah karena 'paksaan luar negeri' yang membuat China 'mengirim kapal perang penuh senjata dan tentara ke Laut China Selatan untuk menunjukkan kekuatan militer mereka.'

Yang ia sebut sebagai paksaan luar negeri adalah peningkatan perjalanan jumlah kapal Tentara Angkatan Laut Amerika Serikat yang berlayar di Laut China Selatan.

Tujuan mereka pun bermacam-macam, salah satunya adalah menjalankan mandat PBB mengecek jalur perdagangan tersibuk di dunia.

Rupanya di tahun 2018 Australia dan Inggris telah ikut menantang klaim Beijing terhadap sengketa wilayah maritim tersebut.

Kepentingan China bertentangan dengan klaim Filipina, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Brunei Darussalam, dan China mengklaim hampir 90% dari wilayah laut yang kemudian mereka sebut sebagai 'nine-dash line'.

Lalu mengapa China, negara super power baru dengan nilai ekonomi kedua terbesar mau bersaing dengan tetangga-tetangga Asia Tenggaranya?

Tindakan China tidak hanya dinilai buruk, tetapi juga menyebabkan pihak Internasional memandang mereka sebelah mata.

Jawabannya, adalah sama seperti penyebab persaingan lainnya: minyak bumi.

Dilansir dari Forbes.com, rupanya di bawah Laut China Selatan tersimpan kira-kira 213 milyar barrel minyak, berdasarkan analisis seorang analis China.

Namun pihak Survei Geologi Amerika 1993/1994 (USGS) mengestimasi jumlah sumber yang sudah dan belum ditemukan di lepas pantai Laut China Selatan mencapai 28 millyar barrel minyak.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved