14 Warga Iran Terdampar di Aceh Barat: Dibajak di Somalia, Mati Mesin dan Terseret ke Aceh

eberadaan kapal asing berisikan 14 warga negara Iran di perairan Aceh Barat menyimpan misteri. Mereka mengaku dibajak di Somalia

Editor: bakri
SERAMBI/SA'DUL BAHRI
Warga Negara Iran yang terdampar saat tiba di Pelabuhan Meulaboh, Aceh Barat, Selasa (28/1/2020). 

Keberadaan kapal asing berisikan 14 warga negara Iran di perairan Aceh Barat menyimpan misteri. Mereka mengaku dibajak di Somalia, mati mesin di perairan Maldives, dan terkatung-katung hingga terseret ke perairan Aceh Barat. Mengaku sebagai nelayan, tapi tak memiliki peralatan nelayan.

SEBUAH kapal asing berisikan 14 warga negara Iran ditemukan terombang-ambing di perairan Aceh Barat akibat mati mesin. Kapal ditemukan oleh nelayan setempat Senin (27/1/2020) sore dan kemudian ditarik oleh kapal KM OEN IJO ke kawasan Pelabuhan Jetty, Ujong Karang, Meulaboh.

Petugas gabungan yang terdiri dari tim Personel Sat Polair Polres Aceh Barat, Airud BKO Polda Aceh, Angkatan Laut Pos Meulaboh, BAIS, SAR Pos Meulaboh, Karantina, Imigrasi dan Syahbandar langsung mendatangi kapal. Masih belum jelas status ke-14 warga negara Iran tersebut. Aparat keamanan hingga kini masih melakukan pemeriksaan.

Pantauan Serambi, para warga negara Iran itu terlihat hanya mondar-mandir di atas kapal. Usia mereka berkisar antara 31 hingga 65 tahun. Salah seorang bernama Abdul Nasir (52) sedang dalam kondisi sakit dan hanya terbaring lemas di lantai kapal. Sesekali ia mengatakan bahwa ia mengalami sakit pada bagian perut yang diserta diare, demam, dan lemas. Mereka berkomunikasi menggunakan bahasa Arab dan Inggris.

Pihak Imigrasi hingga kini masih menyelidiki siapa sebenarnya para warga Iran tersebut, nelayan atau bukan, dan apa tujuan mereka sebenarnya. Apalagi mereka tak dilengkapi dengan dokumen. “Kita belum bisa pastikan. Kapal itu juga tidak memiliki dokumen,” kata Kepala Imigrasi Meulaboh, Azhar, kepada Serambi, Selasa (28/1/2020).

Karena itu, sesuai dengan ketentuan, para warga asing itu tak diizinkan ke luar dari kapal. Hanya mekanik yang diizinkan naik ke darat memperbaiki mesin kapal yang rusak. Sementara sambil menunggu mesin selesai diperbaiki, segala kebutuhan logistik akan dipasok ke kapal.

“Kemungkinan besar setelah mesin kapal diperbaiki, bisa jadi mereka akan kita biarkan berlayar kembali ke daerah asalnya. Namun saat ini kita akan selidiki dulu siapa mereka dan apa misi mereka sebenarnya. Jika telah ada kesimpulan yang jelas, tentu akan ada kebijakan untuk mereka,” ujar Azhar lagi.

Maldives

Kapolres Aceh Barat AKBP Andrianto Argamuda melalui Kasubbag Humas AKP Usmas A Yani kepada Serambi, Selasa (28/1/2020), mengatakan telah mendata seluruh warga Iran yang di dalam kapal. Masing-masing bernama Lal Muhammad (43), Annar (38), Al Abbas (41), Abdullah Raisyi (42), Muhammad Rafiq (47), Abdul Nasir (52), Abdullah Fariziq (65), Jawid (31), Ismail (42), Muhammad Rafiq (33), Nathim (24), Adam (31), Syahaqi (41) dan Amir Muhammad (31).

“Menyangkut kebijakan terhadap para WNA tersebut, itu ada sama pihak Imigrasi, apakah mereka nantinya akan dipulangkan ke tempat asalnya atau akan berlayar sendiri,” ujar AKP Usmas A Yani.

Terkait kerusakan mesin kapal, Usmas A Yani, menjelaskan, kerusakan terjadi pada bagian pompa oli yang tidak berfungsi, sehingga menyebabkan kapal tidak bisa berlayar. Berdasarkan informasi yang ia terima, kapal tersebut mengalami mati mesin di kawasan perairan Maldives pada koordinat 04° 26' 616 N 064° 22' 488 E. Kapal kemudian terombang-ambing hingga ke perairan Meulaboh dengan jarak kurang lebih 15 mil dari garis pantai.

Perompak Somalia

Informasi lainnya disampaikan Kepala Pos SAR Meulaboh, Dwi Hetno. Sebagaimana diberitakan detik.com, Dwi mengatakan, berdasarkan pengakuan warga Iran kepada petugas, kapal berangkat dari Iran untuk mencari ikan. Namun ketika tiba di Somalia kapal dibajak perompak.

"Mereka mencari ikan tapi kena bajak di daerah Somalia, kemudian mati mesin jadi terapung-apung hingga ke Aceh. Itu kalau dari pengakuan mereka. Tapi sekarang masih diselidiki pihak terkait," jelas Dwi.

Selain itu, ada hal lain yang membuat pihaknya curiga, dimana kepada petugas para warga Iran tersebut mengaku sebagai nelayan, tetapi tak ditemukan satu pun alat nelayan di atas kapal. “WN Iran tersebut mengaku sebagai nelayan. Tapi mencurigakan (karena) nggak ada alat-alat nelayan," sebutnya.(sa'dul bahri)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved