Sungai Tiro Berubah Hitam, Ikan Mati dan Gatal-Gatal
Ikan mati dan warga mengalami kulit gatal-gatal akibat terkena air hitam pekat tersebut dan warga mengeluhkan kondisi air sungai yang telah terkontami
SIGLI - Daerah aliran sungai (DAS) Tiro, Pidie mendadak berubah menjadi hitam, diduga akibat tercemar limbah. Dampaknya, ikan mati dan warga mengalami kulit gatal-gatal akibat terkena air hitam pekat tersebut dan warga mengeluhkan kondisi air sungai yang telah terkontaminasi tersebut.
Pantauan Serambi, kemarin, warga berbondong-bondong ke pinggir sungai untuk menyaksikan DAS Tiro yang tiba-tiba berubah menjadi hitam yang pernah terjadi dua tahun lalu. Sebagian warga mengambil ikan yang muncul ke permukaan dengan berdiri di tebing sungai, lainnya memilih tidak turun, karena air yang berwarna hitam pekat itu dapat menimbulkan gatal-gatal jika terkena kulit.
Keuchik Sukon, Kecamatan Kembang Tanjong, Pidie, Fadlun, kepada Serambi, Rabu (29/1) mengatakan, perubahan air sungai menjadi hitam terjadi pada Selasa (28/1) sekitar pukul 16.00 WIB. Namun, puncak air sungai menjadi hitam pekat terjadi pada malam hari, sehingga pada, Rabu (29/1) pagi, banyak ikan ditemukan mati terapung di permukaan air.
Dikatakan, sebagian warga mengambil ikan jenis kakap, sembilang, king manggrove, belut dan lainnya yang mabuk di dalam air. "Air sungai yang diduga terkontaminasi dengan limbah sangat mengganggu warga, terutama wanita tidak bisa memanfaatkan air sungai untuk mencuci pakaian," jelasnya yan dibenarkan warga lainnya.
Di a menambahkan, dinas terkait harus turun ke lapangan untuk memeriksa penyebab air berubah menjadi hitam, debab, dugaan warga akibat tercemar limbah sagu. Menurutnya, air sungai menjadi hitam pernah terjadi dua tahun lalu, tapi sekarang justru terjadi lagi. "Warga sangat resah dengan air sungai berubah hitam dan pemkab harus meninjau darimana sumbernya ," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pidie, Safrizal SSTP MEc Dev, kepada Serambi, kemarin, menjelaskan, pihak DLH Pidie telah turun mengambil sample air di DAS Tiro. Sampel air tersebut akan dilakukan uji di laboratorium DLH Pidie. " Hasilnya akan kita ketahui lima hari mendatang setelah dilakukan uji lab," ujarnya.
Kabid Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan DLH Pidie, Neni Safriani, kepada Serambi, Rabu (29/1) mengungkapkan, warga seharusnya melaporkan secara cepat kepada DLH Pidie ketika adanya perubahan air sungai seperti di Gampong Sukon, Kecamatan Kembang Tanjong. Sebab, dengan adanya laporan warga, petugas bisa langsung ke lapangan.
Dia menambahkan, untuk kasus burung kuntul putih yang meresahkan warga Masjid Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga telah ditangani BKSDA Aceh, sehingga warga tidak perlu khawatir lagi.(naz)