Menag Ingin Ada Lagi Bioskop di Aceh, Pisah Laki-laki dan Perempuan

Agar tidak mengganggu pelaksanaan syariat Islam, maka bioskop bisa saja menyediakan fasilitas kursi yang terpisah antara penonton

Editor: bakri
IST
FACHRUL RAZI, Menteri Agama 

JAKARTA - Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi berharap agar bioskop diizinkan beroperasi kembali di Aceh. Menag mengatakan, kehadiran bioskop akan membuka wawasan dan pengetahuan terhadap perkembangan dunia terkini. Agar tidak mengganggu pelaksanaan syariat Islam, maka bioskop bisa saja menyediakan fasilitas kursi yang terpisah antara penonton laki-laki dan perempuan.

"Saya ingin menyarankan di Aceh, tapi belum saya bilang. Mungkin di Aceh bisa ada bioskop lagi yang dimulai dengan (kursi penonton) laki-laki dan perempuan dipisah," kata Fachrul Razi saat wawancara bersama Tribun Network, di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) RI, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat (31/1).

Sejauh ini, menurut Menag, negara seperti Arab Saudi yang notabene juga menerapkan syariat Islam, memiliki bioskop. Fachrul Razi berharap, keinginannya tersebut tidak disalahartikan terlalu jauh. "Di Arab Saudi biasa kayak Indonesia enggak dipisah (kursi bioskopnya). Tapi, kalau Aceh dipisah, bagus juga. Dengan menonton, wawasan dan pikiran bisa terbuka," ungkap mantan Panglima TNI ini.

Keinginan agar di Aceh dihadirkan kembali bioskop diungkap Fachrul, ada saat ia mengunjungi negara maupun kota-kota di Timur Tengah. Menurut Menag, Islam di Timur Tengah kian menguatkan semangat Islam Rahmatan lil Alamin yang berarti Islam merupakan berkah/rahmat bagi seluruh alam semesta.

Agar bisa menjadi berkah/rahmat bagi semua, sambungnya, maka Islam harus membuka diri. "Saya baru saja berkunjung ke Timur Tengah. Di Arab Saudi misalnya, di sana sekarang berkembang sekali budaya keterbukaan, membuka diri kepada bangsa lain," jelasnya.

Fachrul Razi mengungkapkan, negara-negara di Timur Tengah termasuk Arab Saudi sadar betul bahwa keterbukaan tersebut akan menguntungkan mereka. "Di sudut-sudut kota, dipasang tulisan 'tollerance' (toleransi-red). Mereka welcome sekali terhadap turis, termasuk dari Jepang, Tiongkok, Eropa, serta barat," jelas Menag.

Ia juga mengatakan, kebiasaan berbusana masyarakat Timur Tengah pun kini mulai berubah. "Betul, masih kita temui ada perempuan berjilbab dan yang bercadar. Tapi, banyak juga kaum hawa yang tidak pakai hijab," tuturnya.

Dalam konteks Aceh, sambung Fachrul Razi, dirinya setuju bahwa agama harus dipegang teguh. Namun, katanya, menutup diri sepenuhnya juga tidak baik. "Lihat seperti dunia Arab yang mulai terbuka tadi. Sebab, kalau tertutup sekali, sulit menerapkan konsep Islam Rahmatan lil Alaamin. Menurut saya, perlu dibangun, misalnya bioskop," ujar Fachrul Razi.

Mengapa perlu bioskop, Menag menjelaskan, sebab tontonan film itu menambah pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan dunia terkini. Di Arab pun, sebutnya, bioskop sudah ada dan penontonnya sama seperti bioskop pada umumnya yaitu campur tempat duduk antara penonton laki-laki dan perempuan.

"Untuk di Aceh, karena masih memegang teguh syariat Islam, ya silakan tetap bersyariah. Di bioskop misalnya, kalau perlu bikin sekat, kursi-kursi untuk perempuan dan laki-laki, dipisah. Itu konteks mengembangkan agama yang menjaga kemajemukan, toleransi antarumat beragama, dan persatuan-kesatuan Indonesia," tutup Menteri Agama. (tribunnews.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved