Breaking News

Berita Pidie Jaya

Rumoh Beut Menghilang di Gampong-gampong, Ini Saran Waled Nu

15 tahun terakhir, pengajian di gampong-gampong khusus di rumah-rumah warga berangsur menghilang.

Penulis: Abdullah Gani | Editor: Taufik Hidayat
Serambinews.com
Tgk H Nuruzzahari, Pimpinan Dayah Ummul Aiman Samalanga-Bireuen. 

Laporan Abdullah Gani | Pidie Jaya

SERAMBINEWS.COM, MEUREDU - Sekitar 10 atau 15 tahun terakhir, pengajian di gampong-gampong khusus di rumah-rumah warga berangsur menghilang. 

Dulu, semua gampong pada malamnya marak dengan pengajian anak-anak, sementara sekarang agak langka kendati tak mau disebut menghilang.

Hal itu disampaikan Pimpinan Dayah Ummul Aiman Samalanga-Bireuen, Tgk H Nuruzzahari atau lebih akrab disapa Waled Nu, kepada Serambinews,com, di dayah tersebut, Sabtu (8/2/2020).

Lebih jauh Waled Nut mengatakan, bahwa keberadaan "Rumoh Beuet" di semua gampong, merupakan sebuah tradisi atau ciri khas Acee sejak dahulu kala. 

Karena dari sana lah berawal anak-anak usia dini mendapatkan ilmu agama. Mereka yang berusia SD belajar mengaji aleh ba, ta sa, jim ha hingga seterusnya.

Malah oleh Tgk seumebeut di gampong-gampong yang kala itu umumnya imam desa setempat termasuk isterinya atau disebut Ummi, lanjut Waled Nu, mengajarkan qur'an ubit hingga dua kali tamat.

Hal itu dimaksudkan supaya si anak tadi lebih mahir atau mampu menghafal termasuk ayat-ayat pendek. Ketika giliran mengaji atau pindah k qur'an rayek mrka suah tahu arah.

Dengan adanya rumoh beut di gampong-gampong, anak-anak  dari keluarga miskin pun tak mesti ke dayah yang letaknya terkadang berjauhan. 

Begitu pula bagi anak-anak cacat. Karena jika ke dayah khusus mungkin mereka minder atau merasa malu sesama temannya.  

Oleh sebab itu, Waled Nu mengajak pemuka agama atau tokoh masyarakat agar "mari galakkan kembali pengajian di rumoh-rumoh di gampong". kepada mereka perlu ditanamkan aqidah dan akhlaq yang mulia.

Menyangkut dengan jerih itu hal gampang. Apalagi selama ini dari dana gampong pun sudah di plot alakadar untuk bidang agama. 

Dulu untuk minyeuk panyot (lampu teplok-red) yang hanya dari sedekah orangtua anak-anak atau zakat pengajian di gampong-gampong lebih maju. 

Kenapa sekarang sudah ada bantuan atau pos tersendiri, kita beralasan terkadang beralasan tak  bisa dilakukan, kan hal yang aneh, papar Pimpinan Dayah Ummul Aiman-Samalanga.

Kepada Serambinews,com, Waled Nu mengaku sangat prihatin dengan kondisi sebagian anak-anak sekarang yang hanya lalai menghabiskan waktu di tempat-tempat yang tidak berguna.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved