Tradisi Kuping Panjang Mulai Punah, Simbol Kecantikan Perempuan Dayak, Selalu Pakai Puluhan Anting
Tradisi khas suku dayak ini telah banyak dikenal oleh masyarakat luas. Keunikannya kerap mencuri perhatian.
SERAMBINEWS.COM - Tradisi khas suku dayak ini telah banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Keunikannya kerap mencuri perhatian.
Namun, kini sudah tak ada lagi generasi baru yang meneruskannya
Kita tentu bangga dengan warisan nenek moyang memanjangkan telinga.
Ini sebuah identitas budaya yang telah mendunia dan menjadi simbol keagungan perempuan Dayak.
Meski demikian, banyak di antara kita yang tidak tahu bahwa kebanggaan pada warisan pitarah itu kini berada di ambang kepunahan.
Betapa tidak, para pewaris simbol kecantikan dan strata sosial Dayak itu diperkirakan tak lebih dari 100 orang seantero Kalimantan.
Para perempuan berkuping panjang itu rata-rata telah berusia di atas 60 tahun, bahkan ada yang melalui usia satu abad.
Perempuan-perempuan dengan hisang pada cuping telinganya itu masih bisa ditemui di desa adat Pampang, Samarinda, Kalimantan Timur.
Sebagian besar di antara mereka bermukim di kampung-kampung pedalaman Mahakam Ulu.
Tak mudah untuk mencapai tempat tinggal para pewaris budaya leluhur tersebut.
Ribuan kilometer perjalanan harus ditempuh untuk bersua mereka yang masih setia dengan identitas budaya pada hisang yang tergantung di cuping telinga mereka.

Melansir Kompas.com (10/2), Tipung Ping (69) dan Kristina Yeq Lawing (71) adalah generasi terakhir perempuan dayak di Kampung Long Isun, Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur yang masih mempertahankan tradisi kuping panjang.l
Tipung dan Kristina adalah generasi angkatan tahun 1950-an.
Setelah mereka, tidak ada lagi perempuan di kampungnya yang melakukan tradisi kuping panjang.