Lockdown Malaysia
Kampus Tutup Total, Mahasiswa Aceh di Malaysia Bertahan di Asrama
Namun, banyak juga mahasiswa yang memilih tetap tinggal di kampus selama masa lockdown berlaku, 18-31 Maret 2020.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM, KUALA LUMPUR – Kebijakan lockdown atau penutupan tempat publik dan perintah tinggal di rumah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Malaysia, membuat kegiatan di kampus-kampus di negara itu terhenti total.
Sebagian mahasiswa memilih pulang ke kampung halaman atau negara asal, saat lockdown diumumkan pada tanggal 16 Maret 2020, atau dua hari sebelum diberlakukan.
Namun, banyak juga mahasiswa yang memilih tetap tinggal di kampus selama masa lockdown berlaku, 18-31 Maret 2020.
Di antara mahasiswa yang memilih bertahan di asrama adalah 30 mahasiswa asal Aceh yang saat ini menempuh pendidikan di kampus International Islamic University Malaysia atau juga dikenal dengan sebutan Universiti Islam Antarabangsa Malaysia.
“Kampus ini berlokasi di wilayah Selangor, yang mana data terakhir menunjukkan bahwa angka tertinggi kasus corona di Malaysia ada di wilayah selangor dengan angka mencapai 263 kasus,” tulis Arif Zidni, mahasiswa IIUM asal Aceh melalui pesan WhatsApp kepada Serambinews.com, Jumat (21/3/2020) malam.
• Perangi Coronavirus, Malaysia Akan Kerahkan Tentara untuk Perkuat Perintah Tinggal di Rumah
• Sempat Viral, Pria Jatuh di SPBU Diduga karena Corona, Ini Penjelasan Polisi
Ia mengatakan, sejak lockdown diberlakukan tanggal 18 Maret, semua aktifitas di negara itu dihentikan, dengan tujuan memutus rantai penyebaran virus corona (COVID 19).
“Penerbangan ditunda, pertokoan ditutup, jalanan tampak sepi, data terakhir yang diperoleh bahwa angka kasus COVID 19 di Malaysia sudah menyentuh angka 1030 pada tanggal 20 Maret 2020,” kata Arif.
“Salah satu kampus terbesar di Malaysia, International Islamic University Malaysia atau juga dikenal dengan sebutan Universiti Islam Antarabangsa Malaysia terlihat sangat sepi, semua aktifitas diberhentikan hingga bulan Maret berakhir,” kata pemuda asal Uleekareng, Banda Aceh ini.
Arif mengatakan, sebagian mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di kampus ini memilih pulang ke daerah masing masing.
Namun ada juga yang tetap bertahan di kampus selama masa lockdown.
“Semua kegiatan belajar mengajar diliburkan sampai akhir bulan Maret, perpustakaan ditutup, masjid dan mushalla ditutup, olahraga dilarang, semua aktifitas dilakukan di asrama, bahkan shalat jumat pun tidak dilaksanakan untuk saat ini,” ungkap putra dari Dosen Unsyiah, Dr Husaini Ibrahim MA ini.
Beruntungnya, para mahasiswa ini masih bisa mendapatkan makanan untuk kebutuhan sehari hari.
“Beberapa kantin masih tetap buka dan menyediakan makanan, namun makanan yang dibeli tidak boleh dimakan di tempat, tapi harus bawa dan makan di asrama masing-masing,” ujarnya.
“Selain itu pihak kampus juga meyediakan makanan gratis kepada mahasiswa setiap harinya,” kata dia.
“Semoga dengan diberlakukannya sistem lockdown ini, wabah tersebut cepat berlalu, agar semua aktifitas bisa berjalan kembali seperti biasa,” pungkas Arif Zidni.(*)