Plotkan Dana Desa untuk Bantu Warga Miskin yang Mengisolasi di Rumah
Anggota Komisi 1 DPRK Banda Aceh, Husaini, mengharapkan Wali Kota dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong (DPMG) Banda Aceh
BANDA ACEH - Anggota Komisi 1 DPRK Banda Aceh, Husaini, mengharapkan Wali Kota dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong (DPMG) Banda Aceh, dapat memberikan perhatian khusus terhadap gampong-gampong agar bisa memanfaatkan dana desa, untuk membantu masyarakat miskin yang mengisolasi diri rumah.
“Ini harus menjadi prioritas dan perhatian khusus Pemerintah Kota Banda Aceh dan DPMG . Kondisi kita saat ini sudah mulai genting dan emergency. Karena ssudah ada 4 orang yang dinyatakan positif terinfeksi corona di Aceh,” kata Politisi Partai Nanggroe Aceh (PNA) ini.
Ia berani mengusulkan hal tersebut, kata Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah, pernah meminta bupati dan wali kota memanfaatkan dana desa untuk pencegahan penyebaran virus corona.
“Penegasan Plt Gubernur Aceh pada saat itu memang lebih kepada upaya pencegahan penyebaran virus corona dengan memanfaatkan dana desa. Tapi, apa salahnya kalau dana desa itu juga diarahkan untuk menyediakan bahan pokok untuk membantu masyarakat miskin yang saat ini mengisolasi diri di rumah,” ungkap Husaini.
Karena di satu sisi, sebutnya pemerintah mengimbau masyarakat tetap berada di rumah sampai batas waktu yang akan ditentukan guna memutuskan mata rantai penyebaran virus corona. Namun, di sisi lain, semua pihak juga agar mempertimbangkan bagaimana dengan masyarakat miskin yang harus bertahan di rumah. Sementara mereka kalau tidak bekerja tidak makan. “Kalau tidak ada perhatian sama sekali terhadap mereka, akhirnya mau tidak mau mereka akhirnya memilih keluar rumah untuk bekerja. Kalau tidak bekerja, mereka tidak makan. Itulah tujuan kami, agar dana desa tersebut, minimal 10 persen dari anggaran dana desa bisa dipergunakan untuk membeli kebutuhan pokok guna membantu masyarakat miskin,” kata Husaini yang duduk di Komisi I DPRK Banda Aceh dan membidangi Pemerintahan dan Hukum itu.
Husaini menerangkan kondisi wabah corona (Covid-19) yang mulai merambah Aceh tersebut ibarat fenomena gunung es. Artinya, 4 orang yang sudah dinyatakan positif, tapi tidak tertutup kemungkinan ada belasan bahkan bisa jadi puluhan orang yang sudah terinfeksi.
Misalnya kata Husaini, seseorang yang pernah kontak dengan orang yang sudah meninggal dan orang itu dinyatakan positif, maupun ada orang yang baru pulang dari kota pandemi, tapi tidak secara sadar mau memeriksa diri atau mengisolasi diri secara mandiri di rumah. Melainkan orang dimaksud tetap berkeliaran siapa tahu orang itu positif atau tidak.
“Harusnya kita menyadari saat ini hanya beberapa rumah sakit di Aceh yang menjadi rujukan penanganan virus corona, salah satunya RSU Zainoel Abidin. Bisa bayangkan kalau semua yang positif dirujuk di sini, saya rasa paramedis kita kan juga terbatas dan tidak sanggup menanganinya. Maka situasi bertambah genting,” ungkap Husaini.
Untuk itu, sebelum terlambat, dirinya menyarankan semua pihak bergerak cepat, termasuk penggunaan dana desa agar diplotkan membantu masyarakat miskin yang mengisolasi diri di rumah, tanpa bertentangan dengan hukum dan aturan. “Tentunya penggunaan dana desa untuk tanggap darurat membantu orang miskin yang mengisolasi di rumah itu juga harus transparan. Karena itu butuh dukungan pemerintah dan DPMG,” ujarnya.
Kepada masyarakat juga diharapkan bisa lebih waspada dan lebih baik berada di rumah serta menghindari keramaian. Karena, ungkap Husaini, jauh sebelum virus corona itu ada seperti saat ini, pada zaman Kekhalifahan Umar bin Khatab juga pernah ada wabah menimpa kaum muslimin dan ribuan kaum muslimin wafat. Pada waktu wabah itu melanda, kaum muslimin itu juga memilih berdiam di rumah, pungkas Anggota DPRK Banda Aceh Dapil 5, Kutaraja-Meuraxa.(*)