Ayah dan Anak Hanya Minum Air Selama Tersesat di Hutan
Suwarno (47) dan anaknya, Hardi Pratama (23) yang berhasil ditemukan Satgas SAR Aceh Tamiang setelah tersesat tiga hari di hutan
KUALASIMPANG - Suwarno (47) dan anaknya, Hardi Pratama (23) yang berhasil ditemukan Satgas SAR Aceh Tamiang setelah tersesat tiga hari di hutan, ternyata bertahan hidup dengan hanya minum air.
Keduanya dinyatakan hilang saat mencari kayu alim di kawasan hutan dekat permukiman mereka, Harumsari, Tamiang Hulu, Aceh Tamiang sejak Jumat (27/3). Saat ditemukan, ayah dan anak ini berada di kawasan pegunungan hutan Baturong, Kampung Kaloy, Tamiang Hulu, Aceh Tamiang, Senin (30/3) petang.
Ketua Satgas SAR Aceh Tamiang, Khairul menjelaskan lokasi ini berjarak cukup jauh dari titik awal kedua korban masuk hutan. Keduanya didera kelelahan yang sangat parah, sebelum dievakuasi ke rumah dan sempat menjalani pemeriksaan medis di Klinik Ampli. "Cukup jauh, karena itu sudah beda kampung (desa)," kata Boy, sapaan akrab Khairul, Selasa (31/3).
Boy menambahkan selama tersesat keduanya sama sekali tidak mendapat asupan makanan karena bekal roti yang dibawa sudah habis. Keduanya hanya bertahan hidup dengan minum air putih yang sejak awal dibawa menggunakan jirigen. "Karena niatnya kan mau pulang hari, jadi tidak ada bawa bekal makanan. Cuma air yang mereka konsumsi," kata Boy, sapaan Khairul, Selasa (31/3/2020).
Menurut Boy, keduanya sempat bercerita awal tersesat ini terjadi dalam perjalanan pulang. Ketika itu, teman mereka Udin yang menjadi penunjuk jalan melangkah terlalu cepat. Dalam kondisi fisik yang mulai melemah, Suwarno dan anaknya tidak sanggup mengimbangi kegesitan Udin sehingga tertinggal beberapa langkah. Semakin jauh melangkah, jarak ini semakin melebar dan Udin mulai hilang "ditelan" semak belukar.
"Mereka sempat berteriak, tapi gak ada sahutan dari Udin. Selanjutnya mereka sudah tidak tahu lagi arah jalan pulang," lanjut Boy. Selain harus hanya mengonsumsi air putih, keduanya juga harus tidur di alam terbuka dengan beralaskan dedaunan yang dilapisi plastik. Keduanya pun hanya bisa pasrah ketika hujan mengguyur dalam dua hari terakhir.
Kapolsek Tamiang Hulu Ipda Surya Dharma menambahkan proses pencarian kedua korban terbilang sulit akibat posisi keduanya menjorok ke dalam hutan yang sudah tidak memiliki sinyal telekomunikasi.
Pada awalnya petugas masih bisa menghubungi ponsel korban dan mengarahkan keduanya menandai lokasi dengan api. Namun saran ini tidak dilakukannya karena ketiadaan mancis.
"Pada hari ketiga pencarian, kami menyadari jarak semakin dekat karena teriakan dari tim penolong mendapat sahutan dari korban," kata Surya.
Strategi pencarian pun langsung diubah dengan membagi tim menjadi dua. Masing-masing tim menyusuri daerah berlawanan yang dilakukan seara melingkar. Strategi ini pun ternyata ampuh karena kemudian keduanya berhasil ditemukan dan langsung dievakuasi ke rumah.(mad)