Sosok

Simak Perjuangan Nadya, Mahasiswi Cantik Asal Aceh di Tengah Pandemi Covid-19 di Perancis

Tak hanya itu, pemerintah Perancis juga telah menutup sekolah, universitas dan semua tempat umum kecuali supermarket, bank, dan apotik.

Penulis: Saiful Bahri | Editor: Nur Nihayati
For Serambinews.com
Nadya Husna Keumala 

Tak hanya itu, pemerintah Perancis juga telah menutup sekolah, universitas dan semua tempat umum kecuali supermarket, bank, dan apotik.  

Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Salah seorang putri kelahira n Lhokseumawe, Aceh, Nadya Husna Keumala, saat ini sedang menempuh pendidikan nya di Universite De Limoges, Perancis. 

Ia mengikuti mobilit y programe yang diadakan oleh kampus tempat Ia belajar, IIUM, Kuala Lumpur, Malaysia. 

Kesempatan belajar di salah satu negara Eropa ini sudah jalani alumni Dayah Modern Arun (Damora) Lhokseumawe ini sejak bulan Januari lalu dan akan berlangsung hingga Juni mendatang.

“Meski sedang heboh dengan Covid-19, awalnya kegiatan belajar mengajar di sini sempat berjalan dengan lancar.

 Namun sejak 17 Maret 2020 lal u, pemerintah Perancis menutup  perbatasan dengan semua negara Uni Eropa (EU Schengen) selama 30 hari,” kata Nadya.

Viral Video Bocah Dicekik Ayah Kandung hingga Menangis, Ibu Korban Terkejut hingga Lapor Polisi

Fakta Emak-emak Marahi Petugas Corona, Baru Datang dari Jakarta hingga Wali Kota Balas Memarahinya

Bandara Cut Nyak Dhien Disemprot Disinfektan  

Nadya menceritakan, WHO telah menyat akan bahwa COVID-19 telah menj adi pandemik global. 

Eropa saat ini telah manjadi salah satu pusat pandemik COVID-19. Perancis sendiri merupakan salah satu negara yang  memiliki dampak paling besar  dalam penyebaran virus ini.

Hingga tanggal 5 April 2020, telah terjadi 89.953 kas us di Perancis, dengan angka k ematian mencapai 7.560 orang. 

Karenanya pemerintah Pe rancis telah menetapkan Kebija kan Mitigasi State 3 dengan melarang warga untuk  keluar rumah, kecuali untuk me mbeli kebutuhan rumah dan bebe rapa alasan penting lainnya.

Setiap warga yang ingin keluar rumah diwajibkan membawa surat keter angan (attestation). 

“Jika melanggar akan dikenakan denda mulai dari 135 sampai dengan 3.7 00 euro,” katanya.

Tak hanya itu, pemerintah Perancis juga telah  menutup sekolah, universitas  dan semua tempat umum kecuali  supermarket, bank, dan apotik. 

Semua kampus menerapkan sistem pembelajaran  online. Beberapa kampus mengg unakan aplikasi seperti zoom,  big blue button sebagai media untuk mel angsungkan kegiatan belajar mengajar. 

Sehingga sampai saat ini, Nadya mengaku  tidak ada kendala  yang berarti, kecuali koneksi  internet yang terkadang sedikit menghambat. 

“Beberapa pelajaran yang  harus dilakukan di laboratorium juga terpaksa dit unda hingga kondisi kembali am an. 

Beberapa ujian juga dilaks anakan secara online dan dipan tau langsung oleh para dosen melalui kamera laptop masing ma sing siswa,” kata gadis kelahiran 15 Juli 1998.

Nadya juga mengaku mendapat bantuan makanan dari Kedutaan Besar Republik  Indonesia (KBRI) di Paris.

Paket yang diberikan untuk masing-masing mahasiswa berupa satu kilogram beras, tujuh bungkus mi instan, masker SFM empat buah, sarung tangan  tiga pasang, dan hand gel satu botol. 

“Hingga saat ini, kondisi di d aerah Limoges masih kondusif. Kita masih bisa pergi berbelan ja ke supermarket terdekat asa lkan membawa surat keterangan.  

Warga juga masih diperbolehka n untuk olahraga satu jam per hari, dengan syarat hanya  dalam radius satu kilometer dari rumah dan harus  sendiri,” pungkas putri sulung dari Zainal Bakri dan Marzaini.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved