Alat Semprot Hama Laris Manis
Penjualan alat semprot hama dan cairan pembersih karbol pada masa wabah virus Corona (Covid-19) laris manis
BANDA ACEH - Penjualan alat semprot hama dan cairan pembersih karbol pada masa wabah virus Corona (Covid-19) laris manis. Warga banyak mencari kedua jenis barang itu untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang saat ini sudah merenggut nyawa belasan ribu orang di seluruh dunia.
Sejumlah pedagang bangunan di Banda Aceh dan Aceh Besar mengaku penjualan alat semprot hama dan karbol mengalami peningkatan tajam. Hal tersebut bertolak belakang dengan penjualan bahan bangunan lainnya, yang saat ini anjlok hingga 70 persen.
“Banyak warga membeli alat semprot hama dan karbol sebagai bahan baku disinfektan. Karena tingginya permintaan, kami harus memesan banyak ke Medan,” tandas Marwan Effendi, karyawan toko bangunan Baru Tabina, di Pasar Peunayong, Banda Aceh kepada Serambi, Senin (6/4/2020).
Dikatakan, sebelum ada imbuan pemerintah agar masyarakat berdiam diri rumah guna mencegah penularan virus Corona, daya terhadap bahan bangunan seperti cat masih normal. Sehari mereka hanya menjual 10-20 kaleng saja. Tapi setelah diberlakukan darurat pencegaan Covid-19, warga yang membeli cat meningkat dua kali lipat. “Mungkin karena adanya pembatasan keluar rumah, warga lebih memilih berdiam diri sambil memperindah rumahnya,” ungkap Marwan.
Tak hanya cat, warga juga banyak membeli alat semprot hama untuk menyemprotkan cairan disinfektan ke ruang-ruang publik, seperti masjid, meunasah, serta berbagai fasilitas umum lainnya guna mencegah penyebaran Covid-19. Selain alat penyemprot hama, cairan pembersih lantai juga banyak dicari warga. Cairan tersebut untuk menjadi bahan disinfektan pencegahan penyebaran virus Corona serta bakteri lainnya.
Hal senada juga diungkapkan Edy, pedagang bahan bangunan Toko Usaha Jaya, Setui, Banda Aceh. Menurutnya, ditengah-tengah lesunya permintaan semen maupun besi, permintaan cat, alat semprot dan cairan pembersih lantai meningkat tajam.
“Permintaan sejumlah bahan bangunan saat ini sangat sepi. Penurunan permintaannya juga sangat drastis, mencapai 70 persen dibanding masa-masa sebelum merebaknya virus Corona. Menurunnya permintaan tersebut karena dihentikannya berbagai pembangunan fisik oleh pemerintah,” tuturnya.
Dia berharap, kondisi sulit seperti ini bisa segera berlalu sehingga roda pembangunan di Aceh dan Indonesia bisa kembali berputar. Dengan begitu, akan banyak bahan bangunan yang terjual.(her)