Covid 19

Tak Sanggup Tangani Covid-19, Menteri Dalam Negeri Turki Ajukan Pengunduran Diri

Alasan pengunduran diri itu karena ia menganggap dirinya telah gagal dalam mengatasi penerapan lockdown di Turki yang merupakan tanggung jawabnya.

Editor: Taufik Hidayat
aa.com.tr
Suleyman Soylu, Menteri Dalam Negeri Turki 

Laporan Yeni Hardika

SERAMBINEWS.COM – Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu mengajukan pengunduran dirinya dalam pemerintahan di tengah pandemi covid-19 yang juga melanda negerinya.

Dilansir dari ahvalnews.com, Soylu mengajukan pengunduran dirinya melalui sebuah pesan singkat yang diunggah pada tweetnya, Minggu (12/4/2020) malam.

Diketahui, alasan pengunduran diri itu karena ia menganggap dirinya telah gagal dalam mengatasi penerapan lockdown di Turki yang merupakan tanggung jawab sepenuhnya atas Soylu.

“Saya mengundurkan diri dari tugas saya, yang saya pimpin dengan penuh hormat, sebagai menteri dalam negeri. Semoga Tuhan melindungi bangsa kita,” kata Soylu melalui tweetnya.

Akan tetapi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak pengunduran diri menteri dalam negeri tersebut.

“Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu mengajukan pengunduran dirinya kepada Presiden dan Presiden kami mengatakan kepadanya bahwa ia tidak menganggap permintaan itu cocok,” kata Direktorat Komunikasi Turki dalam pernyataan tertulis,” dikutip dari media Turki anadolu agency, aa.com.tr.

Suleyman Soylu merupakan tokoh yang paling senior dalam pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Ia diangkat sebagai menteri dalam negeri pada Agustus 2016 dan telah memiliki pengalaman yang banyak dalam mengatasi permasalahan negerinya.

Diketahui, Suleyman Soylu mengundurkan diri dari pemerintahan di malam terakhir penerapan lockdown yang secara tiba-tiba ditetapkan di Turki.

Turki mulai mengunci wilayahnya sejak Jum’at (10/4/2020) malam dan berlangsung selama 48 jam.

Ada 31 Kota di Turki yang terkena kebijakan itu, termasuk kota besar Ankara dan Istanbul.

Bagi menteri dalam negeri Soylu, implementasi kebijakan lockdown itu dianggap gagal dan tidak berjalan dengan lancar.

Pasalnya, 2 jam sebelum penerapan kebijakan, terjadi panic buying yang dilakukan oleh masyarakat Turki.

Ratusan ribu masyarakat berbondong-bondong menyerbu pasar dan toko roti.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved