Imbas Kenaikan Harga Emas, Dari Minta Mertua Kurangi Mahar hingga Tunda Menikah
Kenaikan harga emas yang dipicu oleh pandemi global Covid-19 alias Corona sangat dirasakan dampaknya di Aceh, terutama mereka para pemuda
Kenaikan harga emas yang dipicu oleh pandemi global Covid-19 alias Corona sangat dirasakan dampaknya di Aceh, terutama mereka para pemuda yang telah berencana menikah tahun ini. Ada yang berharap calon mertua menurunkan mahar dan ada pula yang memilih menunda pernikahan hingga tahun depan.
PUPUS sudah harapan Rahmad. Pemuda 28 tahun asal Banda Aceh ini sudah jauh-jauh hari ingin menikahi gadis pilihannya pada tahun ini. Uang untuk membeli mahar pun sudah ia kumpulkan. Tetapi apa boleh buat, mahalnya harga emas membuat dirinya tak berdaya.
Rahmad mengaku berat jika harus memenuhi mahar sebagaimana keinginan calon mertuanya, mengingat harga emas naik gila-gilaan. "Berat kali ini, harapan tunda menikah tahun depan," ucapnya kepada Serambi, Selasa (14/4/2020).
Meski demikian, Rahmad yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai swasta mengaku akan terus berusaha mengumpulkan mayam emas agar dapat menikah tahun ini. Namun ia berharap gadis pilihannya agar bersabar, apalagi di tengah suasana pandemi Corona saat ini.
"Paling sampaikan dulu sama calon untuk sabar. Apalagi sedang wabah virus Corona, kalau bekerja juga tidak seperti hari-hari biasa sebelum adanya virus ini," kata dia.
Hal senada juga disampaikan Fadhil. Pemuda berusia 25 tahun ini memang berencana akan meminang gadis pilihannya tahun ini. Tapi ia baru mengumpulkan 1 mayam emas, dan sepertinya berat untuk bisa menambah mayam pada tahun ini.
Tak tahu lagi apa yang bisa dilakukan, Fadhil hanya berharap pemerintah bisa turun tangan agar harga emas stabil serta mensosialisasikan kepada para calon mertua agar tidak terlalu mahal dalam menetapkan mahar. “Pemerintah juga harus mengedukasi kepada calon mertua dan pengantin perempuan supaya tidak terlalu mahal dalam meminta mahar," harapnya.
Untuk diketahui, sejak pandemi Corona terjadi, harga emas terus mengalami kenaikan. Seminggu terakhir ini saja, harga ‘si kuning’ naik sebesar Rp 80.000 per mayam menjadi Rp 2.750.000 per mayam. Harga tersebut belum termasuk ongkos buat, sehingga bila ditotal nyaris mendekati Rp 3 juta per mayamnya. Sementara untuk ukuran per gram, harga jualnya Rp 848.500, dan harga beli Rp 852.500.
Informasi yang diperoleh Serambi dari Pedagang emas di Jalan Tgk Chik Pante Kulu, Banda Aceh, kenaikan harga emas itu dipicu oleh para investor yang panik sehingga memborong logam mulia. Para investor saat ini lebih memilih untuk menyelamatkan mata uangnya dengan berinvestasi emas daripada saham.
Seorang pedagang, Murizal, mengatakan, saat ini harga emas dunia naik pada angka 1.720 per troy ounce. "Untuk menyelamatkan mata uangnya, warga luar negeri banyak yang membeli logam mulia. Saat ini untuk investasi di luar negeri banyak yang memilih emas dari pada saham," ucapnya.
Namun yang terjadi di Banda Aceh justru sebaliknya. Masyarakat lebih banyak yang menjual dari pada membeli emas, dengan perbandingan 90:10. “Karena harga emas sedang tinggi, jadi banyak masyarakat yang menjual. Alasannya karena lagi mahal, dan kalau harga turun beli lagi. Disamping itu banyak yang jual juga untuk keperluan bangun rumah, ambil DP rumah dan lainnya," ungkap pedagang tersebut.
Sementara bagi yang membeli, sebut Murizal, biasanya untuk membayar utang piutang dalam bentuk emas. Harga emas juga sangat fluktuatif. Dalam sehari bisa beberapa kali terjadi perubahan. "Kadang pagi lain harga, pas siang sudah lain lagi harganya," sebutnya.(mawaddatul husna)