Ramadhan 1441 H
Bulan Ramadhan Bukan Hanya Sekedar Berpuasa, Simak Penjelasannya
Pada bulan Ramadhan, umat muslim tidak hanya dituntut untuk menahan lapar, tapi banyak aktivitas lain yang bisa dikerjakan.
SERAMBINEWS.COM - Puasa pada bulan suci Ramadhan hanya tinggal beberapa hari lagi, Ibadah yang dikerjakan setiap setahun sekali ini menjadi keberkahan tersendiri bagi orang beriman.
Namun, sebenarnya pada bulan Ramadhan, orang beriman tidak hanya dituntut untuk menahan lapar sejak matahari terbit sampai terbenam.
Banyak aktivitas lain yang bisa dikerjakan, selain mengisi waktu dengan berdiam diri di rumah.
Kali ini, kita akan membahas mengenai Ramadhan bukan hanya sekedar puasa menurut Prof Dr Syekh Abdul Halim Mahmud (1910-1978 M), Grand Syekh al-Azhar yang ke-46 yang dikutip dari islam.nu.or.id.
Grand Syekh al-Azhar yang ke-46. Syekh Abdul Halim Mahmud memandang Ramadhan bukan sekadar bulan puasa, tapi juga bulan dzikir dan doa.
Beliau menempatkan dzikir (mengingat Allah) sebagai salah satu hikmah diwajibkannya puasa Ramadhan (laqad dzakara Allah SWT min hikmah fardlih).
Dasar argumentasinya adalah firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS al-Baqarah [2]: 183)
Dalam ayat di atas, terdapat kalimat “agar kalian bertakwa”, artinya takwa menjadi salah satu alasan diwajibkannya puasa.
Takwa sendiri sangat terkait dengan, “imtitsâl awâmirillah wa ijtinâb nawâhîhi—menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi laranganNya”
Karena itu, untuk bertakwa, seseorang harus berlatih keras untuk selalu mengingat Allah (dzikir), sehingga dapat merasakan karunia dan pengawasanNya.
Ketika kita hendak melakukan keburukan, kita merasakan pengawasanNya, dan ketika kita hendak melakukan kebaikan, kita tak lupa bersyukur kepadaNya.
Dalam pandangan Syekh Abdul Halim Mahmud, dzikir berperan penting dalam menjaga ketakwaan seseorang. Beliau membagi pendekatan anjuran dzikir dalam dua kelompok.
Allah menganjurkan dzikir dalam bentuk amar (perintah)
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut) nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS al-Ahzab [33]: 41)
Firman Allah lainnya yang menunjukkan amar (perintah):
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS al-A’raf [7]: 205)
Allah menganjurkan dzikir dalam bentuk âkhkhâdz (pikatan/memikat)
Dikatakan “âkhkhâdz” karena Allah menjanjikan secara langsung imbalannya, atau ada janji timbal balik yang sangat jelas.
Tidak hanya itu, Allah menjanjikan imbalan yang jauh lebih besar dari dzikir yang diungkapkan hamba-Nya. Allah berfirman:
“Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku maka Aku ingat (pula) kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan jangan kalian mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS al-Baqarah [2]: 152).
Bagi Syekh Abdul Halim Mahmud, diwajibkannya puasa untuk memastikan ketakwaan seseorang dan merealisasikannya.
Beliau menggambarkan takwa sebagai komitmen terhadap sesuatu yang telah ditetapkan Allah (iltizâm mâ rasama Allah) dalam segala sesuatu, misalnya dalam kekayaan dan kemiskinan, dalam sehat dan sakit, dalam gerak dan diam.
Memang Allah telah menetapkan segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang luput dari ketetapanNya. Meski demikian, Syekh Abdul Halim Mahmud memandang ketakwaan seseorang bisa menjadi jalan keluarnya.
Dengan alasan, Allah yang menetapkan, maka Allah pula yang dapat mengubahnya.
Dalam hal ini, menurut Syekh Abdul Halim Mahmud, kuncinya adalah ketakwaan. Ia mengatakan:
“Karena itu, jika seseorang berkomitmen dalam ketakwaan, Allah akan menjadikan untuknya kelapangan disetiap kesulitan, jalan keluar disetiap kesusahan, dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
Dasar pendapatnya adalah firman Allah yang mengatakan:
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan mengadakan jalan keluar untuknya. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS al-Thalaq [65]: 2-3).
Ayat tersebut oleh Syekh Abdul Halim Mahmud digunakan sebagai jalan pembuka ketetapan (takdir) Allah.(SERAMBINEWS.COM/ SYAMSUL AZMAN)
• Lihat Prediksi Cuaca Sebagian Aceh Hingga Tiga Hari ke Depan di Sini
• Misteri Laboratorium di Institut Virologi Wuhan, Jadi Sorotan Disebut Sumber Virus Corona
• Ratusan Mahasiswa Malaysia yang Baru Pulang dari Aceh Dikarantina di Hotel Bintang 5 di Melaka
• Ini Empat Golongan yang Mendapatkan Keringanan tak Berpuasa Ramadhan