Mengunjungi Leumang Wak Saleh Lhokseumawe, Santapan Buka Puasa yang Legendaris
Bagi warga Lhokseumawe, tentu tak asing lagi dengan Leumang Wak Saleh. Usaha kuliner yang legendaris ini berdiri sejak tahun 1975
Bagi warga Lhokseumawe, tentu tak asing lagi dengan Leumang Wak Saleh. Usaha kuliner yang legendaris ini berdiri sejak tahun 1975 di Jalan Angsana Dusun Blang Rayeuk, Gampong Tumpok Teungoh, Lhokseumawe. Kini, usaha yang dirintis almarhum Muhammad Saleh ini telah dilanjutkan oleh anaknya.
Ramadhan memang membawa berkah bagi usaha Leumang Wak Saleh. Jumat (24/4/2020) pagi, Serambi berkesempatan untuk mengunjungi dan mengecek tempat kuliner tersebut. Apalagi di tengah kondisi wabah Corona saat ini, berbagai tempat usaha ikut terdampak akibat sepinya konsumen.
Marzuki, anak legenda pembuat Leuemang di Kota Lhokseumawe itu menceritakan, pada tahun ini ia tidak terlalu banyak memproduksi leumang karena kondisi pasar masih sepi.
"Sebelumnya paling sedikit 25 kilogram beras ketan. Tapi tahun ini tidak segitu, paling 60 potong bambu," katanya.
Marzuki mengaku masih ragu dengan geliat pasar di tengah situasi seperti sekarang ini. Apalagi sebagian besar warga berdiam diri di rumah untuk menghindari penyebaran virus corona. "Jadi untuk tahap awal Ramadhan ini kami coba dengan 60 potong bambu, sambil melihat situasi pasar dululah," ungkapnya.
Untuk diketahui, dapur lemang Wak Saleh berada tepat di belakang rumah Marzuki. Asap sudah mulai mengepul dari dapur itu sejak pukul 10.00 WIB. Di tempat itulah disiapkan ratusan bambu berisi ketan. Ukurannya sepanjang satu meter.
Proses pembuatan lemang lumayan lama. Pertama, siapkan potongan-potongan bambu sekitar 60 cm, selanjutnya daun pisang muda digulung dan dimasukkan ke dalam bilah bambu. Lalu beras ketan yang sudah dicuci dimasukkan ke dalamnya, dan beri santan serta bumbu racikan. "Terakhir, ujung bambu ditutup dan ditata rapi di atas api tungku panggangan. Pemanggangan leumang sekitar satu jam setengah, dengan cara dibalik-balik agar merata masaknya," kata Marzuki.
Di tangan Marzuki dan keluarganya, resep leumang Wak Saleh dapat dipertahankan. Hingga kini, rasanya tetap lembut, gurih, dengan aroma wangi santan dan daun pisang. Oh ya, leumang asli Wak Saleh ada spanduk di rak jualannya. Selamat mencoba!(zak)
