Berita Langsa
Tanggapi Pernyataan Manager PLN UP3 Langsa, Pelanggan: Percuma Melapor, tidak Ada Solusi
Warga harus membayar tagihan listrik rumah mereka yang melejit drastis dari bulan-bulan biasanya. Sementara penjelasan pihak PLN tidak masuk akal.
Penulis: Zubir | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Zubir | Langsa
SERAMBINEWS.COM, LANGSA - Menyikapi pernyataan Manager PLN UP3 Langsa, Hariadi Fitrianto, jika ada warga Langsa dan sekitarnya yang merasa tagihan listrik tidak wajar agar dapat mendatangi kantor PLN setempat untuk segera dilakukan koreksi.
Seorang tokoh masyarakat Langsa, Nasir atau akrap disapa Agam, kepada Serambinews.com, Sabtu (9/05/2020) menyampaikan, percuma saja melapor ke PLN, nyatanya tidak ada solusi apapun dari pihak perusahaan ber plat merah itu.
"Tagihan listrik bulai Mai 2020 ini melonjak drastis dari 50 - 200 persen, tapi masyarakat tetap harus membayarnya. Jika tak bayar, aliran liatrik ke rumah kita tetap akan diputus," ujarnya.
Ditambahkan Agam, bahkan baru berapa hari lalu, ia bersama warga lainnya datang ke Kantor Rayon PLN Langsa mempertanyakan lonjakan pembayaran tagihan liatrik.
Namun apa yang dijelaskan pihak PLN, semuanya tidak masuk akal. Mereka bilang, pembayaran bulan Mai diambil rata-rata dengan 3 bulan sebelumnya, karena bulan lalu tidak catat meter karena covid-19.
Agam membantah sistem tagihan rata-rata itu, karena jika rata-rata tidak mungkin mereka harus bayar tagihan cukup tinggi yakni melejit 50 persen sampai di atas 100 persen, bahkan ada warga lain sampai 200 persen lebih.
"Saya biasa bayar Rp 160 ribu, Rp 170 ribu, Rp 165 ribu setiap bulan, tapi bulan Mai saya harus bayar Rp 480 ribu. Jika rata-rata, tagihan listrik saya berada diangka Rp 165 ribu per bulannya. Apa mereka jelaskan tak masuk akal dan omong kosong," ujarnya.
Menurut Agam, buang-buang waktu saja melapor ke pihak PLN Langsa, apa yang mereka menjelaskan semua tak masuk akal sehat. Warga tetap harus bayar penuh sesuai tagihan.
Selain itu, alasan PLN selama bulan Ramadhan dan selama covid-19, umumnya banyak warga berdiam diri di rumah, sehingga banyak memakai aliran listrik.
Alasan itu juga tak logis, karena selama covid-19 walaupun warga banyak berdiam diri di rmah, paling pemakaian televisi saja bertambah. Lamu tak mungkin di siang hari pun hidup.
Dikatakannya bahwa alasan warga lebih banyak berdiam diri di rumah, tak logika, itu akalan saja. Walupun warga bablnyak di rumah apa pengaruhnya dengan listrik.
"Paling pemakaian TV saja beda lebih meningkat, tapi berapalah alisran listrik jika hanya TV hidup. Karena siang tak mungkin lampu kami hidupkan juga walaupun kami di rumah," rincinya.
Selain itu, jelas Agam lagi, pembayaran bulan Mai naik alasan PLN karena bulan Ramadhan pemakaian listrik meningkat. Padahal untuk pembayaran bulan Mai, baru sepekan bulan puasa, dan apa pengaruhnya.
Semua alasan PLN Langsa ini tak logika dan bisa diterima akal sehat. Kami curiga, karena angka di amper meter bisa naik drastis, sedangkan pemakaian listrik si rumah mereka sama saja sebelum bulan-bulan sebelumnya.