Francis Ngannou

Kisah Francis Ngannou, Pemilik Pukulan Terkuat di UFC yang Ternyata Pernah Jadi Tukang Ojek

"Saya bertekad mengejar mimpi saya. Saya menjual motor saya. Lalu keluarga saya, semua orang berkata, 'Francis sudah gila'," imbuhnya.

Editor: Eddy Fitriadi
Instagram @francisngannou
Petarung kelas berat UFC, Francis Ngannou. 

SERAMBINEWS.COM - Perjuangan Francis Ngannou menjadi bintang UFC tidak mudah. Tekad kuat membuatnya bertahan hingga impiannya terwujud.

Francis Ngannou menjadi petarung yang berhasil mencuri perhatian pada UFC 249 di Jacksonville, Florida, Amerika Serikat (9/5/2020).

Pasalnya, Francis Ngannou berhasil membuat lawannya, Jairzinho Rezenstruik, KO ketika pertandingan baru berjalan 20 detik.

Ini menjadi keempat kalinya secara beruntun bagi Ngannou sukses membuat lawannya teler ketika ronde pertama belum berakhir.

Pukulan yang keras menjadi senjata utama Ngannou. Reputasinya sebagai tukang pukul di UFC sudah terbentuk sejak beberapa tahun yang lalu.

UFC Performance Institute pada 2017 mencatat pukulan sang petarung kelas berat itu memiliki kekuatan 129.161 unit, rekor tertinggi di UFC.

Pada 2017, komentator UFC, Joe Rogan, bahkan menyebut Francis Ngannou sebagai titisan legenda tinju, Mike Tyson, di UFC.

Kekuatan petarung asal Kamerun tersebut tidak muncul begitu saja.

Ayah Ngannou dikenal sebagai jagoan di lingkungannya. Namun begitu, Ngannou tidak ingin mengikuti jejak negatif ayahnya sebagai petarung jalanan.

Ngannou bertekad untuk menjadi seorang petinju. Usaha Ngannou tidak mudah. Selain minim fasilitas, keluarganya juga tidak mendukungnya.

Ngannou sempat dibuat frustrasi dengan kehidupannya. Hal itu diungkapkannya dalam podcast Hotboxin' bersama Mike Tyson.

"Saya dulu menjadi taksi motor (tukang ojek) di Afrika. Suatu saat saya berpikir saya tak bisa melakukan ini selamanya, bagaimana dengan mimpi saya?" tutur Ngannou.

"Umur saya saat itu 22 tahun. Saya berhenti sekolah saat usia 17 tahun. Saya berpikir apa yang saya lakukan selama ini, tidak ada?"

"Saya bertekad mengejar mimpi saya. Saya menjual motor saya. Lalu keluarga saya, semua orang berkata, 'Francis sudah gila'," imbuhnya.

Ngannou memahami kekhawatiran keluarganya. Akan tetapi tekadnya untuk mengejar mimpi sebagai petinju sudah bulat.

"Mereka bilang saya harus tetap bekerja lalu menikah. Saya menjawab, 'Jadi saya akan punya anak dan tetap hidup susah? Saya tidak mau'," tutur Ngannou.

Ngannou lantas merantau keluar dari kampung halamannya. Dia sempat pindah ke Maroko selama satu tahun sebelum akhirnya tinggal di Prancis.

Kehidupan Ngannou di Prancis tidak mudah. Dia tidak punya rumah dan hidup menggelandang. Kesempatan yang dia tunggu baru datang ketika dia berusia 27 tahun.

"Saya masuk ke gym. Saya berkata sebenarnya saja kepada mereka bahwa saya ingin berlatih tetapi saya tidak memiliki uang," kata Ngannou.

"Mereka memberi kesempatan kepada saya. Mereka bilang akan berbicara dengan pelatih kepala dan mendengar apa pendapatnya."

"Empat hari kemudian mereka memanggil saya dan memberi tahu bahwa pelatih setuju saya bisa berlatih bersama mereka."

"Saya sangat senang. Saya merasa ini adalah awal dari segalanya," ucap Ngannou.

Francis Ngannou pada akhirnya tidak mengejar karier sebagai petinju seperti yang dia impikan melainkan sebagai atlet seni bela diri campuran (MMA).

Dari awalnya tidak tahu apa-apa soal MMA, Ngannou hanya butuh empat bulan untuk memenangi pertandingan profesional pertamanya di Prancis.

Titik balik kehidupan Ngannou terjadi ketika dia menelan kekalahan pada pertandingan keduanya.

Pengalaman kekalahan pertama itulah yang membuat Ngannou semakin mantap untuk melakoni karier sebagai petarung MMA.

"Saya tidak bisa meninggalkan MMA dengan kekalahan. Mereka akan berpikir saya sudah menyerah, jadi saya harus menyelesaikannya," kata Ngannou.

Performa apik membuat Ngannou mendapatkan kontrak dari UFC pada 2015. Startnya di UFC mulus setelah selalu menang dalam enam pertandingan pertama.

Puncaknya, Ngannou berhasil menganvaskan penantang gelar juara kelas berat UFC, Alistair Overeem, dengan pukulan kerasnya pada ronde pertama.

Ngannou berkesempatan untuk menghadapi sang juara bertahan, Stipe Miocic pada 2018. Sayangnya, dia kalah angka mutlak dari Miocic.

Ngannou bangkit dari kegagalannya. Dia memenangi empat laga terakhirnya hingga kini berada di antrean kedua dalam perebutan sabuk juara kelas berat UFC.

Kendati sudah mencapai kesuksesan di UFC, apakah Ngannou melupakan impiannya sebagai petinju seperti idolanya, Mike Tyson? Jawabannya tidak.

"Saya masih memiliki impian itu dan saya percaya bahwa saya bisa menggapainya," kata Ngannou.

"Saya percaya Anda bisa melakukannya," kata Tyson menimpali. (*)

Artikel ini telah tayang di bolasport.com dengan judul ‘Kisah Sukses Francis Ngannou, Dulu Tukang Ojek Sekarang Titisan Mike Tyson di UFC’

Sumber: BolaSport.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved