Video

VIDEO - PT Trans Continent Tarik Alat Kerja Dari Kawasan Industri Aceh, Ini Pernyataan Ismail Rasyid

Sejak dua hari lalu, perusahaan multimoda nasional milik Ismail Rasyid, putra kelahiran Matangkuli Aceh Utara ini mulai menarik kembali alat kerja.

Penulis: RezaMunawir | Editor: RezaMunawir

Laporan Reza Munawir | Aceh Besar

SERAMBINEWS.COM, LADONG - Setelah lebih sembilan bulan bertahan, akhirnya PT Trans Continent mulai menghitung ulang investasi mereka di Kawasan Industri Aceh (KIA) di Ladong, Aceh Besar.

Sejak dua hari lalu, perusahaan multimoda nasional milik Ismail Rasyid, putra kelahiran Matangkuli Aceh Utara ini mulai menarik kembali alat-alat kerjanya dari kawasan industri tersebut.

Apa yang melandasi Ismail Rasyid mengambil kesimpulan tersebut? Simak pernyataan lengkapnya dalam video wawancara di atas.

Diberitakan sebelumnya, CEO Trans Continent Ismail Rasyid, Jumat (15/5), mengatakan, keputusan itu terpaksa diambil pihaknya karena sudah lebih dari 9 bulan sejak ground breaking, belum punya kepastian hukum tentang bagaimana skema perjanjian dan tata kelola antara PT PEMA yang mewakili Pemprov Aceh dengan PT Trans Continent sebagai investor.

Selain itu, hingga kemarin, KIA Ladong ini belum layak disebut sebagai kawasan industri, karena belum memiliki infrastruktur dasar.

“Air bersih belum ada, listrik belum memadai, kawasan tergenang karena drainase belum sempurna, jalan di dalam kawasan juga belum teraspal. Pagarnya juga baru tersedia di bagian depan,” ungkap Ismail Rasyid.

Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unsyiah Jakarta dan sekitarnya periode 2018-2022 ini mengatakan, infrastruktur dasar di Kawasan Industri Aceh itu menjadi tanggung jawab pihak pengelola kawasan, dalam hal ini PT Pembangunan Aceh (PEMA).

Sementara PT Trans Continent akan membangun dan menyediakan fasilitas pendukung untuk menjadikan kawasan itu sebagai Pusat Logistik Berikat (PLB).

Berdasarkan komitmen itu, kata Ismail Rasyid, sejak enam bulan lalu atau tiga bulan setelah ground breaking, pihaknya telah memobilisasi alat-alat berat seperti excavator, crane, forklift, genset, container dan personel operator dari Regional Hub Trans Continent di Tanjung Morawa di Sumatera Utara ke Ladong, maupun yang diimport langsung dari luar negeri “Terakhir yang kita bawa adalah Reach Stacker yang kita beli baru dengan harga Rp 6 miliar lebih dan khusus untuk operasional di Aceh,” ujarnya.

Reach stacker adalah kendaraan berat yang digunakan untuk menangani kontainer kargo intermodal di terminal di pelabuhan depo container.

Kendaraan berat ini mampu mengangkat kontainer dengan sangat cepat dan effisien serta menyusun sesuai kebutuhan dan maximum daya angkat 45 tons.

Dirut PT Pembangunan Aceh (PEMA), Zubir Sahim yang dikonfirmasi Serambi sore kemarin mengatakan, dirinya tidak berhak memberikan keterangan terkait keputusan PT Trans Continent yang memindahkan alat kerja dari KIA Ladong. Ia pun menyarankan agar hal tersebut ditanyakan kepada bidang kehumasan Kantor Gubernur Aceh.

"Gini aja nanti, rencana kita berkaitan dengan ini saya kasih ke Humas Kantor Gubernur. Saya enggak boleh berbicara masalah ini. Kehumasan aja nanti ya," ujarnya singkat.

Karo Humas dan Protokol Kantor Gubernur Aceh, Muhammad Iswanto yang dihubungi terpisah mengatakan pihaknya baru mendengar informasi tersebut saat Serambi meminta konfirmasi.

“Kita akan mengecek kebenaran dari PEMA, DPMTSP, dan Disperindag,” kata Iswanto.

Sudah surati PEMA
CEO Trans Continent, Ismail Rasyid mengatakan, rencana penarikan atau pemindahan alat kerja dari KIA Ladong ini sudah disampaikan pihaknya kepada Direktur Utama Perusahaan Milik Aceh (PEMA) melalui surat tertanggal 15 Mai 2020.

Surat bernomor 022/TC-BNA/OPS/V/2020 itu juga ditembuskan kepada Plt Gubernur Aceh dan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Aceh, Kepala BKPM Aceh, Kadisperindag Aceh, dan Direktur Utama PT Patriot Nusantara.

Dalam surat tersebut, Ismail mengatakan, jumlah investasi riil PT Trans Continent di Aceh (KIA Ladong dan KEK Arun) telah mencapai Rp 30 miliar lebih.

Investasi itu dalam bentuk alat kerja, infrastruktur, human investment, office, dan lain-lain.

“Khusus untuk di KIA Ladong, alat-alat yang kami investasikan sudah lebih dari 6 bulan belum bisa bekerja, namun kami tetap harus membayar cicilan plus overhead untuk operasional khususnya cabang kami di Aceh setiap bulan sekitar angka lebih dari 600 juta, plus depresiasi dan terjadi kerusakan secara alamiah karena lokasi yang sangat tidak kondusif,” tulis Ismail Rasyid.

Dikatakan, hingga kemarin pihaknya belum melihat adanya perkembangan signifikan dari Komitmen PT PEMA dalam memenuhi time line yang sudah mereka buat untuk progress di KIA Ladong.

Berdasarkan time line pemenuhan fasilitas Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong yang dibuat oleh PEMA, antara lain kesepakatan kerja sama pemakaian lahan KIA Ladong akan selesai paling telat pada tanggal 2 April 2020.

Pada tanggal tersebut, KIA Ladong juga sudah memiliki jaringan dan instalasi listrik dalam kawasan.

Sementara jaringan air bersih selesai paling telat pada tanggal 2 Mei 2020.

Selanjutnya jaringan internet dan instalasi telepon pada tanggal 3 Mei, pembuatan badan jalan utama dan penerangan jalan pada tanggal 2 Juni 2020, pagar keliling kawasan pada tanggal 3 Juni, dan drainase keliling kawasan pada tanggal 4 Juni.

“Tapi setelah kami mengecek ke lokasi dua hari lalu, nyaris tidak ada pekerjaan apa-apa di KIA Ladong. Melihat waktu yang semakin mepet, kami memperkirakan semua pekerjaan tersebut tidak akan selesai seperti yang dituangkan dalam time line,” ujarnya.

“Karena pertimbangan ekonomis dan komersial serta prospect project lain, maka kami memutuskan untuk memindahkan alat-alat kerja tersebut ke luar dari KIA Ladong agar lebih bermanfaat dan bisa diberdayagunakan secara komersial, serta meminimalisasi kerugian yang kami alami setiap bulannya,” ujarnya.

“Dengan sangat berat hati dan terpaksa kami mohon izin untuk memindahkan sementara alat-alat kerja tersebut dari Kawasan Industri Aceh secara bertahap,” lanjut dia.

Namun demikian, Ismail Rasyid mengatakan pihaknya akan tetap mempertahankan eksistensi perusahaan yang sudah dirintis di Aceh, terutama dengan sudah selesainya kantor operasional di Setui dan juga Lhokseumawe.

“Namun kami akan mengkaji serta mempertimbangkan kembali kelanjutan investasi tersebut di KIA Ladong untuk kedepan,” pungkas Ismail Rasyid.

NARATOR : ILHAM
EDITOR : REZA MUNAWIR

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved