Virus Corona Serang Dunia

Ilmuwan Berhasil Lacak Evolusi Virus Corona pada Kelelawar di China, Ini Penjelasannya

Sekelompok ilmuwan internasional, termasuk peneliti dari Institut Virologi Wuhan, telah berhasil menganalisis semua virus corona yang ada pada kelelaw

Editor: Faisal Zamzami
TRIBUNNEWS / DANY PERMANA
Pedagang di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara, menggelar paniki (kelelawar) untuk dijual pada pembeli, Sabtu (9/3/2013). Pasar Tomohon banyak disebut warga sebagai pasar ekstrem karena menjual binatang-binatang yang tak lazim dikonsumsi seperti kelelawar, tikus, ular, anjing, sampai kucing.(TRIBUNNEWS / DANY PERMANA) 

SERAMBINEWS.COM - Sekelompok ilmuwan internasional, termasuk peneliti dari Institut Virologi Wuhan, telah berhasil menganalisis semua virus corona yang ada pada kelelawar China.

Menggunakan analisis genetika, para ilmuwan melacak kemungkinan asal virus corona baru dalam tubuh kelelawar berevolusi, hingga kelelawar tapal kuda.

Dalam laporan tersebut, seperti melansir dari New York Times, Rabu (3/6/2020), para ilmuwan menunjukkan berbagai macam virus yang ada di China selatan dan barat daya.

Berdasarkan analisis itu, mereka mendesak pemantauan lebih dekat terhadap virus kelelawar di wilayah itu.

Selain itu, dengan pemantauan ini diupayakan agar dapat mengubah perilaku manusia sebagai cara untuk mengurangi potensi pandemi di masa depan.

Penelitian ini didukung oleh organisasi nirlaba yang berbasis di New York, namun baru-baru ini hibah tersebut dibatalkan oleh National Institutes of Health dan memicu protes di komunitas ilmiah.

Laporan penelitian tersebut telah diterima jurnal Nature Communications, dan telah dipublikasikan di BioRxiv.

Para peneliti yang sebagian besar dari China dan Amerika Serikat, melakukan pencarian mendalam dan analisis terhadap virus corona pada kelelawar yang menyebabkan pandemi Covid-19 saat ini.

 Tujuannya, untuk mengidentifikasi titik rawan dari potensi penyebaran virus ini ke manusia yang dapat mengakibatkan mewabahnya penyakit.

Sejarah panjang evolusi virus corona kelelawar

Ilmuwan menemukan bukti genetik virus itu berasal dari kelelawar adalah hal biasa, khususnya spesies kelelawar tapal kuda.

Kelelawar ini dianggap sebagai inang karena limpahan penyakit yang muncul dari spesies cukup banyak.

Di antaranya wabah SARS pada tahun 2003, berasal dari virus yang dibawa kelelawar ini, yang merupakan keluarga dari genus Rhinolophus.

S
 Kelelawar dinilai menjadi inang virus corona(shutterstock)

Zheng-Li Shi, direktur Center for Emerging Infectious Diseases di institut itu, terkenal karena pekerjaannya melacak sumber virus SARS asli pada kelelawar dan mengidentifikasi SARS-CoV-2.

Para peneliti mengumpulkan penyeka oral dan dubur, serta pelet tinja dari kelelawar di gua-gua di seluruh Cina dari 2010 hingga 2015, dan menggunakan pengurutan genetik untuk memperoleh 781 sekuens parsial dari virus.

Para peneliti membandingkan data itu dengan informasi urutan yang sudah didokumentasikan dalam database komputer tentang kelelawar dan virus pangolin.

Hasilnya, mereka menemukan bukti bahwa virus corona baru mungkin telah berevolusi di Provinsi Yunnan, tetapi tidak dapat mengesampingkan asal di tempat lain di Asia Tenggara di luar Cina.

Keluarga kelelawar yang termasuk genus tapal kuda, Rhinolophus, tampaknya berasal dari Cina puluhan juta tahun yang lalu.

Spesies mamalia ini diketahui memiliki sejarah panjang co-evolution dengan virus corona, yang menurut laporan itu biasanya melompat dari satu spesies kelelawar ke spesies lainnya.

Virus corona melompat dari hewan ke manusia

Sementara itu, dalam laporan lain seperti dilansir dari Science Daily, tim ilmuwan juga mempelajari asal-usul virus SARS-CoV-2 telah menemukan bagaimana virus ini melompat dari hewan ke manusia.

S
Ilustrasi trenggiling yang diburu dan dijadikan bahan obat tradisional(SHUTTERSTOCK/PATRICK FONSECA)

Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Duke, Laboratorium Nasional Los Alamos, Universitas Texas di El Paso dan Universitas New York.

Melalui analisis genetik, para peneliti mengkonfirmasi bahwa kerabat terdekat virus itu adalah virus corona yang menginfeksi kelelawar.

Akan tetapi, kemampuan virus untuk menginfeksi manusia diperoleh melalui pertukaran fragmen gen kritis dari virus corona yang menginfeksi mamalia bersisik yang disebut pangolin, yang memungkinkan virus menginfeksi manusia.

Para peneliti melaporkan lompatan dari spesies ke spesies ini adalah hasil dari kemampuan virus untuk mengikat sel inang melalui perubahan materi genetiknya.

Dengan analogi, seolah-olah virus melengkapi kembali kunci yang memungkinkannya membuka kunci pintu sel inang, dalam hal ini sel manusia.

Dalam kasus SARS-CoV-2, "kunci" adalah protein spike yang ditemukan pada permukaan virus. Virus corona menggunakan protein ini untuk menempel pada sel dan menginfeksinya.

"Sangat mirip dengan SARS asli yang melompat dari kelelawar ke musang, atau MERS yang berubah dari kelelawar menjadi unta dromedaris, dan kemudian ke manusia," kata Feng Gao, MD, profesor kedokteran di Division of Infectious Diseases di Duke University School of Medicine.

Dalam studi yang diterbitkan online 29 Mei lalu di jurnal Science Advances, Gao mengatakan nenek moyang virus corona pandemik ini mengalami perubahan evolusioner dalam materi genetiknya yang memungkinkannya untuk akhirnya menginfeksi manusia.

Dengan melacak jalur evolusi virus corona ini, peneliti berharap ini akan membantu mencegah pandemi di masa depan yang timbul dari virus dan memberi panduan dalam penelitian vaksin.

Para peneliti menemukan bahwa virus corona pangolin atau trenggiling yang khas terlalu berbeda dari SARS-CoV-2, sehingga tidak secara langsung menyebabkan pandemi pada manusia.

Namun, mereka mengandung situs pengikat reseptor, pada protein spike yang diperlukan untuk mengikat membran sel untuk menginfeksi manusia.

Elena Giorgi, staf ilmuwan di Los Alamos National Laboratory mengatakan dalam penelitian ini, mereka menunjukkan sejarah evolusi virus SARS-CoV-2.

"Virus ini memiliki sejarah evolusi yang kaya yang mencakup perombakan bahan genetik antara virus corona pada kelelawar dan pangolin sebelum memperoleh kemampuannya untuk melompat ke manusia," jelas dia.

Hari Ini 10 Tahun Lalu, Deklarator GAM Dr Hasan Tiro Meninggal Dunia

UPDATE Corona di Indonesia 3 Juni 2020: Total Kasus 28.233, 8.406 Pasien Sembuh, 1.698 Meninggal

Baru Bebas dari Penjara, 160 Napi Asimilasi Lakukan Kejahatan Lagi

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Evolusi Virus Corona pada Kelelawar Terlacak, Ini Penjelasan Ilmuwan"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved