Luar Negeri
Kelompok Bersenjata Kongo Brutal, Dari Pemerkosaan Sampai Mutilasi Mayat
Kelompok bersenjata di Republik Demokratik Kongo, salah satu negara miskin di Afrika bertindak brutal.
"Serangan dan sifat kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata telah menjadi semakin mengerikan," ujar Bachelet
Ditambahkan, termasuk penculikan para wanita dan anak-anak perempuan, kekerasan seksual, pemenggalan dan mutilasi mayat.
Sejak Oktober 2019, lebih dari 531 warga sipil telah dibunuh oleh kelompok-kelompok bersenjata di Provinsi Ituri, kata PBB, termasuk 375 orang sejak Maret 2019.
Di Provinsi Kivu Utara, kelompok bersenjata yang dikenal sebagai Pasukan Demokrat Sekutu telah melakukan serangan balasan sejak militer melancarkan operasi terhadap mereka pada November 2019.
Pemberontak ADF telah menculik anak-anak, menyerang sekolah dan rumah sakit serta menggunakan parang, kapak dan senjata berat.
Satu kelompok hak asasi setempat, Pusat Promosi Perdamaian, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, meminta pemerintah Kongo menilai kembali operasinya.
Dikatakan, serangan oleh ADF dan kelompok yang terkait dengan Negara Islam di beberapa desa bulan lalu telah menewaskan 40 orang.
Menurut kelompok hak asasi, lebih dari 627 warga sipil telah terbunuh sejak 30 Oktober 2019.
PBB pada Jumat (5/6/2020) meminta otoritas Kongo untuk membentuk otoritas negara di daerah konflik.
Terutama meningkatkan kehadiran pasukan keamanan dan memastikan perlindungan terhadap warga sipil.
PBB mengatakan lebih dari 110.000 warga sipil mengungsi di Provinsi Kivu Selatan, di mana 74 orang telah tewas sejak Oktober 2019.
Termasuk 36 wanita serta anak-anak diperkosa dalam kebangkitan kekerasan etnis.
"Ketika negara meninggalkan ruang hampa, orang lain cenderung mengisinya," kata pernyataan itu.
Konflik antara masyarakat Banyamulenge dan Bafuliro, Babembe, dan Banyindu telah dipicu oleh pidato kebencian yang disebarluaskan melalui media cetak, media sosial.
Petugas penjaga perdamaian PBB ujaran kebencian juga meluas dalam perbincangan publik.
Doctors Without Borders (MSF) asal Prancis minggu ini meminta organisasi internasional dan nasional untuk meningkatkan bantuan di Provinsi Ituri.