WHO: Covid-19 Masuki Fase Baru dan Berbahaya  

Virus Corona masih menjadi isu penting yang diperhatikan masyarakat. Apalagi, Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)

Editor: hasyim
SERAMBINEWS.COM/RIZWAN
Sekretariat Gugus Tugas Covid-19 Pemkab Nagan Raya di Gedung PSC-119 Kompleks Perkantoran Suka Makmue, April 2020. 

JENEWA - Virus Corona masih menjadi isu penting yang diperhatikan masyarakat. Apalagi, Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa virus Corona sedang meningkat. Padahal, masyarakat kini mulai lebih santai menghadapi Covid-19.

Karena itu, WHO kembali mengingatkan bahwa wabah Covid-19 yang kembali meningkat dengan cepat, berada di fase baru dan berbahaya.

Virus Corona masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Di Indonesia misalnya, pada Sabtu (20/6/2020), terjadi penambahan 1.226 kasus baru Covid-19. Sehingga, kini total kasus virus Corona di Indonesia menjadi 45.029 orang. Dari jumlah tersebut, 17.883 orang dinyatakan sembuh dan 2.429 orang meninggal dunia.

Menurut NZ Herald, lebih dari 150.000 kasus infeksi baru virus Corona dilaporkan ke badan kesehatan global itu pada Kamis (18/6/2020). Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada konferensi pers di Jenewa, Swiss, Jumat (20/6/2020) waktu setempat, jumlah itu merupakan angka tertinggi saat ini yang terjadi dalam satu hari. "Hampir separuh dari kasus-kasus yang dilaporkan berasal dari Amerika, dengan angka tinggi yang juga dilaporkan dari Asia Selatan dan Timur Tengah," ujar Tedros.

Tedros juga mengatakan, dunia saat ini sedang memasuki fase baru Covid-19 dan berbahaya. Karena itu, ia menyarankan agar masyarakat untuk tetap lebih banyak berada di rumah. "Banyak negara sangat bersemangat untuk kembali membuka masyarakat dan ekonomi mereka. Namun virus ini masih menyebar dengan cepat, masih mematikan, dan kebanyakan orang masih sangat rentan," ujar Tedros mengingatkan.

Kemungkinan 'diimpor'

Menurut Dr Michael Ryan dari WHO, virus Corona di Beijing saat ini kemungkinan ‘diimpor.’ Data genom yang diterbitkan oleh Cina pada Jumat (19/6/2020), menunjukkan bahwa virus berbagi beberapa kesamaan dengan galur virus yang ada di Eropa. Namun, menurut Ryan, bukan berarti virus itu ‘diimpor’ dari Eropa. "Ketika kita berbicara tentang galur virus di Eropa, kita harus berhati-hati," katanya. "Ada berbagai galur yang beredar, tapi jujur saja, galur virus telah berpindah di seluruh dunia,” timpal Ryan.

Misalnya jika Anda pergi ke New York, sebut Ryan, banyak virus yang beredar di New York yang berasal dari Eropa. “Bahkan, tempat-tempat seperti Jepang sudah mengimpor ulang kasus-kasus infeksi dari Eropa," ujarnya. Meski begitu, Ryan mengatakan bahwa bukan berarti Eropa adalah asal mula penyakit Covid-19. "Maksudnya, kemungkinan besar penyakit itu diimpor dari luar Beijing," ujar Ryan. (tribunnews.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved