Berita Aceh Timur

BMU-WPU Serahkan Rumah Permanen untuk Janda Miskin di Peureulak Aceh Timur

Penyerahan kunci rumah dengan kode BMU-WPU 053 ini oleh Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau lebih dikenal Tu Sop.

Penulis: Seni Hendri | Editor: Mursal Ismail
Dokumen BMU
Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop, menyerahkan satu unit rumah permanen kepada Rosnita M Yusuf (33), janda miskin warga Gampong Blang Batee, Kecamatan Peureulak Kota, Aceh Timur, Selasa, (23/06/2020). 

Penyerahan kunci rumah dengan kode BMU-WPU 053 ini oleh Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau lebih dikenal Tu Sop.

Laporan Seni Hendri l Aceh Timur

SERAMBINEWS.COM, IDI - Gerakan filantrophy Barisan Muda Ummat (BMU) Pusat menyerahkan satu rumah permanen untuk Rosnita M Yusuf (33) pada Rabu (23/6/2020). 

Wanita ini adalah janda miskin warga Gampong Blang Batee, Kecamatan Peureulak Kota, Aceh Timur.

Penyerahan kunci rumah dengan kode BMU-WPU 053 ini oleh Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau lebih dikenal Tu Sop. 

Penyerahan ini disaksikan Perwakilan Muspika Peureulak Kota, Keuchik, Perangkat Desa dan Tokoh masyarakat setempat pada. 

"Rosnita, janda miskin memiliki dua orang anak yang masih belia, yaitu Rama Fitriyani (8) dan Ahmad Dhaman Huri (5).

Selama ini, mereka menempati rumah berukuran 2x3 berlantai tanah, pintu plastik hitam, berdinding pelepah, dan atap daun rumbia," kata Humas BMU Al Fadhal lewat siaran pers kepada Serambinews.com tadi. 

Suami 3 Tahun Ngaku Bokek Tak Punya Uang, Istri Bongkar Pipa dan Kaget Temukan Tumpukan Uang Suami

ACT Gagas Sumur Wakaf Ureung Aceh Pertama di Palestina, Salurkan Donasi ke Nomor Rekening Ini

Kisah Sedih Rachmat, 3 Anaknya Hilang secara Misterius, Sempat Titip Kunci Lalu Pergi Tak Kembali

Al Fadhal menambahkan sehari-hari Rosnita hanya menjadi buruh upah cuci pakaian di rumah warga dengan pendapatan Rp 300 ribu per bulan.

Ketua Umum BMU pusat, Tgk M Yusuf Nasir yang lebih dikenal Abiya Jeunieb disela-sela acara berlangsung menyebut BMU kini mulai membangun rumah permanen.

Hal ini berbeda dengan rumah-rumah BMU sebelumnya dan biayanya juga akan bertambah.

Adapun donasi untuk rumah tersebut mulai dibuka pada 18-25 Maret 20020.

Selama tujuh hari itu,  dana yang masuk mencapai Rp 67.915.400 dari 345 donatur. 

Sedangkan realisasi anggaran 51. 366.000, rupiah belum termasuk biaya meteran dan instalasi listrik.

Sisanya Rp 16.549.400 akan digunakan untuk pembangunan rumah selanjutnya.

"Terima kasih kepada DPD BMU Aceh Timur, Tgk Saiful dan kawan-kawan yang telah menyelesaikan pembangunan rumah.

Begitu juga kepada Tgk Junaidi mewakili BMU-WPU perwakilan Malaysia yang melihat langsung penyerahan kunci serta kepada seluruh para donatur dan semua pihak di dalam maupun di luar negeri," ucap Abiya Jeunieb.

Sementara itu Imam Besar BMU Tu Sop dalam tausiahnya menyebut bukan hanya sebuah bangunan yang tercapai dari aksi gerakan ini.

Tetapi yang terbaik dan paling berharga dari gerakan membangun sebuah rumah adalah terbentuknya perilaku sosial saling peduli antar sesama.

"Kita sadari bahwa kehidupan kita saat ini berada pada generasi di mana tatanan sosial menjadi rusak dan hancur.

Bukan hanya itu, saat ini kita juga hidup di suatu masa di mana seakan-akan hidup hanya untuk menerima bukan memberi.

Hal ini bertentangan dengan moral dan akhlak yang diperjuangkan oleh Rasulullah SAW," terang Tu Sop yang juga Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA).

Diakhir tausiahnya Tu Sop menjelaskan tatanan sosial yang dibangun orang Aceh di masa kesultanan dulu hingga diwarisi ke generasi awal kemerdekaan RI adalah sebagai penyumbang.

Mereka kompak, sehingga Aceh dijuluki "Daerah Modal".

Hal ini tidak terlepas dari kekompakan dan tatanan sosial mereka berdasarkan nilai-nilai agama.

"Maka pergerakan BMU sebenarnya fisik dari konsekuensi keberhasilan membangun rasa peduli antar sesama.

Oleh karena itu, inti dari kehidupan menurut konsep perjuangan agama adalah berbuat baik terhadap orang lain.

Selama kita belum mampu berbuat baik terhadap orang lain, maka kita belum mempunyai arti kehidupan di mata agama," jelas Tu Sop yang juga Dewan Pembina Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) Aceh. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved