Inilah Camp Bucca, Penjara Milik AS di Irak yang Melahirkan Para Teroris Kejam di Dunia

Camp Bucca adalah fasilitas penahanan yang dikelola oleh militer AS di sekitar Umm Qasr, Irak, yang kini telah ditutup.

Editor: Amirullah
TribunWow.com/Rusintha Mahayu
Ilustrasi Teroris 

Ada skenario yang telah lama membingungkan penegak hukum tentang bagaimana menindak ekstremisme tanpa menciptakan lebih banyak anggotanya?

Karena, bukanlah hal yang baru bahwa penjara adalah kumpulan ekstremisme eksplosif yang menunggu percikan.

Berawal dari Medsos, Dua Keluarga Cacat di Aceh Utara Dapat Bantuan dari Kapolres Lhokseumawe

Di Camp Bucca, percikan semacam itu tak ada kurangnya, seperti saat Baghdadi masuk di sana, mantan komandan penjara James Skylar Gerrond mengingat banyak di antara.

"Re: Baghdadi," tulis James di Twitter pada bulan Juli 2014, "Banyak dari kita di Camp Bucca khawatir bahwa alih-alih hanya menahan tahanan, kami telah menciptakan kompor tekanan untuk ekstremisme."

James bekerja di penjara antara 2006 dan 2007, ketika itu dipenuhi dengan puluhan ribu radikal, termasuk Baghdadi.

Banyak dari tahanan di Camp Bucca yang bersalah menyerang tentara Amerika, namun banyak juga yang tidak.

Menurut Times, hanya dengan menjadi seseorang yang 'mencurigakan' di sekitar serangan saja sudah cukup untuk membuat orang tersebut masuk penjara.

Anthony Shadid dari The Washington Post melaporkan bahwa banyak orang di tahun 2009 yang dijebloskan ke penjara tanpa dakwaan atau tanpa melihat bukti, sehingga tahanan yang dibebaskan mungkin akhirnya masuk dalam barisan pemberontak.

Puncak lonjakan Irak terjadi pada 2007, ketika penjara itu dipenuhi 24.000 narapidana, penjara itu dipenuhi ekstremisme.

Para tahanan ekstrimis Islam tidak segan melukai atau membunuh sesama tahanan karena perilaku mereka yang mereka anggap bertentangan dengan keyakinan mereka.

Demi Lolos Tes Doping, Mike Tyson Akui Pernah Pakai Penis Palsu dan Gunakan Urine Orang Lain

Dari awal terbentuknya, rupanya ISIS memiliki jumlah kekayaan yang sangat fantastis.

Kelompok yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghadadi telah berkembang sangat cepat dan juga memperoleh kekayaanya dengan cara cepat.

"Mereka menggunakannya untuk membayar gaji para pejuang dan sampai batas tertentu untuk mengatur kekhalifahan dan membayar pegawai sipil," menurut laporan intelijen AS.

Selain itu dinyatakan bahwa kelompok itu akan mengirim uang kepada para pejuang ISIS yang selamat yang terlibat dalam pertempuran.

Seluruh organisasi memiliki sekitar 20.000 hingga 31.000 pejuang, sesuai dengan data intelijen AS.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved