Lifestyle
Begini Cara Orangtua Mendamaikan Anak-anaknya Jika Sering Tak Akur
"Itu normal, setiap hubungan manusia memiliki konflik karena itu adalah dua individu dengan kebutuhan yang berbeda,” kata Laura Markham
"Bawalah sedikit perhatian padanya agar dia dapat merasakan momen kebanggaan ini bahwa, 'Ya, aku sudah besar dan sudah besar, dan aku sudah membantu juga,'" saran Dr. Volling.
Dan ketika anak yang lebih besar merasa frustrasi dengan saudara kandungnya, seperti yang akan terjadi, akui perasaannya, tetapi juga menetapkan batasan.
Seperti saat si bungsu merebut boneka kesayangan sang kakak, lalu kakak menjadi marah dan memukul adiknya.
Beri pengertian bahwa adik masih belum mengerti bahwa boneka itu adalah milik kakaknya.
Sangat penting untuk tidak menunjukkan pilih kasih kepada satu anak di atas yang lain.
Ini tidak berarti segala sesuatu harus sama setiap saat, tetapi cobalah untuk membuat segala sesuatu tampak adil.
Jika Anda mengajak anak yang lebih besar untuk makan es krim, beri tahu yang lebih muda bahwa Anda akan membawanya untuk cupcakes besok.
3. Dalam perkelahian jadilah mediator, bukan arbitrator
Para psikolog biasa menasihati orang tua agar tidak terlibat dalam konflik saudara kandung.
Orangtua diminta berpikir bahwa ini akan membantu anak-anak belajar bagaimana menyelesaikan masalah sendiri.
Tetapi mulai pada akhir 1990-an, penelitian mulai menunjukkan bahwa pendekatan ini sebagian besar menjadi bumerang.
Ketika dibiarkan sendiri, saudara jarang menyelesaikan konflik dengan hormat dan konstruktif.
Seringkali, anak yang lebih tua atau lebih dominan “menang” melalui kekuatan atau paksaan, meninggalkan anak yang lain kesal dan marah.
Penelitian menunjukkan bahwa saudara kandung yang dibiarkan menyelesaikan konflik menggunakan kompromi atau rekonsiliasi mereka sendiri hanya 12 persen dari waktu.
Pada akhirnya, pengalaman-pengalaman ini dapat mengajar anak-anak bahwa paksaan dan intimidasi adalah cara terbaik untuk menyelesaikan konflik.