Ombak di Perairan Aceh Masih Tinggi

Sebagian besar nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaradja, Lampulo, Banda Aceh, belum berani pergi melaut

Editor: hasyim
SERAMBINEWS.COM/M ANSHAR
Nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo, Banda Aceh melakukan aktifitas bongkar muat ikan usai melaut, Selasa (12/3/2019). 

* Banyak Nelayan belum Berani Melaut

BANDA ACEH - Sebagian besar nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaradja, Lampulo, Banda Aceh, belum berani pergi melaut. Hal itu dikarenakan kawasan perairan Aceh masih dilanda angin kencang dan tinggi gelombang. Ketinggian gelombang saat ini berkisar 2,5-6 meter. Kondisi itu dinilai beresiko jika melakukan aktivitas di tengah laut.

Kepala Syahbandar PPS Kutaradja Lampulo, Tommy menjelaskan, meski banyak boat-boat besar sudah mengambil surat izin melaut, namun sebagian besar di antaranya menunda beraktivitas di tengah lain karena memang gelombang tinggi dan angin kencang.

“Para nelayan lebih memilih menghindari resiko, sehingga masih banyak boat-boat yang sandar di dermaga di kawasan PPS Lampulo,” katanya kepada Serambi,   Minggu (9/8/2020).

Dijelaskan, total nelayan yang mengambil surat izin melaut pada Jumat (7/8/2020) siang sebanyak 50 kapal. Sedangkan pada hari Sabtu (8/8/2020) ada 17 kapal. Tapi, kata Tommy,  dari hasil pengecekan petugas Syahbandar di Dermaga PPS Kutaradja Lampulo, Minggu kemarin, boat nelayan yang terparkir di kolam dermaga PPS Kutaradja, masih cukup banyak.

“ Ini artinya, banyak boat nelayan yang sudah ambil surat melaut, tapi belum pergi melaut karena alasan angin badai di tengah laut masih kencang,” ujarnya.

Dikatakan Tommy, menurut data dari BMKG, tekanan angin di tengah laut, terutama di wilayah barat-selatan Aceh dan Samudera Hindia. Tekanan angin berkisar 19-20 knot, serta tinggi gelombang 2,5-4 meter. Dengan kondisi itu, sangat riskan bagi nelayan yang beraktivitas di tengah lain.

Sedangkan bagi boat-boat yang tetap nekat pergi melaut, biasanya untuk mengurangi resiko dari angin dan gelombang tinggi, mereka berlindung di balik-balik pulau kecil yang ada di tengah laut. “Tadi (kemarin, red) ada beberapa boat yang pulang melaut, setelah pergi melalui pada Rabu (5/8/2020), dengan membawa pulang hasil tangkapan tidak terlalu banyak. Diantaranya KM Panglima Muda, membawa hasil tangkapan sekitar 5-7 ton, dan KM Alepo dengan hasil tangkapan  5-6 ton,” terangnya.

Tommy mengatakan, dari hasil konfirmasi pihaknya kepada para nelayan, mereka baru akan melaut jika tekanan angin di laut pada angka 8-12 knot. ”Tapi jika masih badai, para nelayan masih akan menunda mencari ikan,” pungkasnya.

Harga Ikan Mahal

Kepala Syahbandar PPS Kutaradja Lampulo, Tommy, juga menjelaskan, sejak minggu pertama Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriah, harga ikan laut di PPS Kutaradja Lampulo, sudah mahal, Ikan tongkol kualitas bagus, dijual dengan harga Rp 450.000-Rp 500.000/keranjang (30 kg), sedangkan harga ecerannya Rp 25.000-Rp 30.000/kg. Begitu juga dengan ikan dencis Rp 30.000/Kg.

Mahalnya harga ikan juga dibenarkan Saiful, pedagang di PPS Kutaradja Lampulo. Dikatakan, sejak musim badai harga jual ikan terus bergerak naik. Kalau pun ada yang murah, kondisinya sudah rusak. Tapi, untuk ikan yang masih baik dijual cukup mahal. “Ikan tongkol kecil harganya Rp 20.000-Rp 30.000/kg. Pada musim  banyak ikan, harganya cuma berkisar Rp 10.000-Rp 15.000/kg,” terangnya.

Sementara harga ikan bandeng, lele, gurami di PPS Kutaradja Lampulo, tetap stabil. Ikan bandeng, mujair dan lele dijual harganya Rp 25.000-Rp 30,000/kg.(her)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved