Dulmusrid dan Istri Jalani Isolasi

Dulmusrid sedang berbincang-bincang dengan Serambi seusai mengecek persedian obat di Dinas Kesehatan Aceh Singkil

Editor: bakri
FOR SERAMBINEWS.COM
Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid 

* Positif Covid-19

* Wadek III FKH Unsyiah Meninggal Dunia

SINGKIL - Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid, dan istrinya Ny Atmah Dulmusrid, terkonfirmasi positif Covid-19. Ia dinyatakan terinfeksi berdasarkan hasil pemeriksaan swab di Laboratorium Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang keluar Selasa (11/8/2020).

Informasi tersebut disampaikan sendiri oleh Dulmusrid. Saat menerima hasil pemeriksaan kemarin, Dulmusrid sedang berbincang-bincang dengan Serambi seusai mengecek persedian obat di Dinas Kesehatan Aceh Singkil.

Dulmusrid mengatakan, secara fisik, kondisi dirinya dan istri dalam keadaan baik, tidak merasakan keluhan apapun. Meski demikian, sebagai bentuk kepatuhan pada protokol kesehatan, apalagi dirinya sering melakukan kontak dengan banyak orang, pada Minggu (9/8/2020) dia dan istri melakukan swab di RSUD Aceh Singkil.

Dulmusrid melakukan pemeriksaan swab bersama 23 tenaga medis dan warga, hasil tracking dengan dua dokter yang lebih dulu dinyatakan positif Covid-19. "Hasilnya dinyatakan positif," kata Bupati.

Lantaran tidak mengalami gejalan klinis apapun, Dulmusrid bersama istri dan sejumlah staf yang sehari-hari mengalami kontak langsung, menjalani isolasi mandiri di Pendopo Bupati di Pulo Sarok, Singkil. Untuk itu ia menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Aceh Singkil, untuk sementara waktu tidak bisa bertemu secara langsung. Akan tetapi dia tetap membuka diri jika ada yang ingin berkomunikasi via telpon seluler.

Pada bagian lain Dulmusrid juga meminta doa kepada seluruh masyarakat Aceh Singkil agar pada uji swab kedua nanti hasilnya negatif. "Mohon doa dari seluruh masyarakat agar pada swab kedua setelah menjalani isolasi mandiri hasilnya negatif," harapnya.

Dulmusrid mengatakan, apa yang terjadi pada dirinya merupakan takdir. Akan tetapi sebagai manusia, tetap harus berusaha. Caranya dengan menjaga kondisi fisik dan mematuhi protokol kesehatan. Terakhir ia berpesan agar masyarakat jangan panik, yang penting patuhi protokol kesehatan. Pemkab Aceh Singkil akan terus bekerja keras melakukan tindakan preventif dan kuratif dalam melakukan pencegahan penyebaran Covid-19.

Sementara itu, dr Darul Amani, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Aceh Singkil, menyebutkan, dari hasil uji swab sebanyak 23 orang yang dilakukan pada 9 Agustus lalu, sebanyak 15 orang dinyatakan positif Covid-19. "Termasuk di dalamnya pimpinan kami dan istri beliau," ujar Darul.

Dari 15 itu, empat orang merupakan tenaga medis. Masing-masing YM (40), AA (32), DA (36) tinggal di Singkil dan SG (52) tinggal di Gunung Meriah. Sedangkan masyarakat S (47), WS (48), AP (17), SM (15), RJ (28), OP (19), JF (14) dan NF (9) dan A (7).

Dua lagi merupakan Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid dan istrinya Ny Atmah Dulmusrid. Berdasarkan hasil uji swab total ada 19 warga Aceh Singkil yang dinyatakan positif Covid-19. Dua orang yang merupakan dokter tinggal di Banda Aceh, sedangkan 17 lagi tinggal di Aceh Singkil.

Satu Meninggal

Sementara itu, kabar duka juga berhembus dari Unsyiah. Wakil Dekan 3 (Bidang Kemahasiswaan dan Alumni) Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unsyiah, Dr drh Razali MSi dikabarkan meninggal dunia kemarin malam.

Kepergian Razali terasa begitu cepat. Pasalnya, baru sore sehari sebelumnya, Rektor Unsyiah, Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng mengabarkan kepada Serambi bahwa Dr Razali positif Covid-19 berdasarkan hasil uji swab di Laboratorium Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unsyiah. Dr Razali mengembus napas terakhir di kediamannya tanpa sempat dibawa ke rumah sakit.

Manajer Operasional Laboratorium Penyakit Infeksi FK Unsyiah, dr Ichsan MSc yang dihubungi Serambi kemarin menyatakan, hasil lab kemarin langsung diantarkan ke rumah Dr Razali oleh salah seorang laboran dari FKH Unsyiah dengan harapan supaya beliau bisa segera ke RSUZA Banda Aceh. Tapi sepertinya tidak sempat ke rumah sakit. “Covid ini sangat berbahaya memang,” kata Ichsan.

Sementara itu, Rektor Unsyiah, Prof Samsul Rizal, atas nama pribadi dan pimpinan universitas menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya ke rahmatullah Dr Razali. “Unsyiah kehilangan salah satu ilmuwan terbaiknya. Semoga Allah mengampuni dosa almarhum dan menerima segala amal ibadahnya,” kata Samsul.

Rektor berharap, istri almarhum, Dr Safrida yang juga dosen di Fakultas Pertanian Unsyiah hendaknya tabah dan sabar menghadapi cobaan ini. Menurut seorang kerabatnya, almarhum  meninggalkan seorang anak yang masih duduk di bangku SMA. Jenazah almarhum dimakamkan kemarin secara protokol Covid-19.

Rektor juga kembali mengingatkan kepada segenap civitas akademika Unsyiah agar benar-benar disiplin mematuhi protokol kesehatan demi mencegah penularan Covid-19. Apalagi, sudah tiga dosen, tiga tenaga kependidikan (staf akademik), dan 39 mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) dari Unsyiah terinfeksi Covid-19. “Jangan tambah lagi jumlah korban Covid di kampus kita dan di Aceh umumnya,” harap Samsul Rizal.

Tambah 74 Kasus

Laboratorium Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unsyiah, Selasa (11/8/2020) kemarin kembali mengeluarkan hasil uji swab. Tercatat, dari 168 spesimen atau sampel swab yang diperiksa, 74 di antaranya positif Covid-19.

Kali ini, jumlah kasus dari Aceh Singkil yang dua pekan lalu masih zona hijau, tergolong banyak. "Dari 23 sampel yang dikirim dari Singkil, 15 di antaranya positif Covid-19," kata sumber Serambi di lab tersebut.

Ketika hal itu dikonfirmasi kepada Rektor Unsyiah, Prof Dr Samsul Rizal MEng, ia tak membantah. "Ya, sama. Yang dikirimkan ke saya juga segitu angkanya," kata Samsul.

Dalam sepekan terakhir, data pasien positif Covid-19 di Aceh hampir semua berasal dari Lab Penyakit Menular Fakultas Kedokteran Unsyiah. Soalnya, saat ini Laboratorium Balitbangkes Aceh di Gampong Bada, Aceh Besar, sedang tidak beroperasi karena masuk tahap sterilisasi setelah sejumlah staf lembaga tersebut positif Covid-19.

Sebelumnya Unsyiah merilis data mingguan (3-8 Agustus 2020) bahwa sudah 1.161 spesimen swab lendir tenggorokan dan lendir hidung para suspek Covid-19 yang diperiksa laboran si Lab Penyakit Infeksi FK Unsyiah. Dari jumlah tersebut, 259 sampel di antaranya positif Covid-19.

Kemarin 96 kasus positif Covid bertambah di Aceh. Hari ini 74 kasus, ini hanya dari Lab Unsyiah saja. Jika ditambahkan dengan total jumlah yang dilaporkan Satgas Penanganan Covid-19 Aceh ke pusat, maka totalnya mencapai 748 kasus. Sebanyak 205 dari pasien yang positif itu dilaporkan sembuh, 22 orang meninggal dunia.

Kasus Covid-19 terus meningkat di Aceh. Pemerintah Aceh dan Laboratorium Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam, Banda Aceh, saling mengabarkan informasi terkini terkait perkembangan kasus terbaru.

Dari data terbaru yang dirilis Unsyiah pada Selasa (11/8/2020), menyebutkan adanya penambahan kasus positif sebanyak 74 orang. Sedangkan data dari Pemerintah Aceh menyebutkan ada penambahan 1 kasus dari Aceh Besar, sehingga total kasus yang direkap pemerintah sebanyak 675 orang.

Juru Bicara Pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani yang ditelpon Serambi mengatakan belum menerima laporan penambahan kasus, selain dari laporan Tim Surveilan Gugus Tugas Covid-19 Aceh. Ia baru menerima laporan dari Dinas Kesehatan Aceh pada pukul 15.00 WIB setiap harinya, itupun berbentuk tabel.

Padahal, informasi yang diterima Serambi, data penambahan 74 orang positif Covid-19 berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium Unsyiah sudah keluar sekitar pukul 09.00 WIB. Bahkan data itu menurut sumber Serambi, sudah disampaikan ke Dinas Kesehatan Aceh.

Perbedaan ini bukan kali ini saja terjadi. Data tanggal 4 Agustus, Unsyiah melaporkan 51 kasus positif. Tapi Pemerintah Aceh hanya laporkan ke pusat 7 kasus yang positif Covid-19. Esoknya, tanggal 5 Agustus, baru dilaporkan  ke pusat 43 kasus lagi. Totalnya 50 orang, masih kurang satu dari data Unsyiah.

Perbedaan dalam penyampaian informasi terbaru Covid-19 ini mendapat sorotan dari LSM Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA). Koordinator MaTA, Alfian, mempertanyakan mengapa dua lembaga pemerintah mengeluarkan data berbeda terkait informasi Covid-19.

"MaTA mempertanyakan menyangkut tata kelola terhadap data positif yang telah keluar dari hasil swab. Karena setelah kita telusuri, data (jumlah) yang dihasilkan oleh Lab Unsyiah berbeda dengan data yang diupdate setiap hari oleh Pemerintah Aceh," kata Alfian.

Ia mengungkapkan, kondisi ini membuat semua pihak bingung dengan ekspose data yang berbeda-beda. "Motifnya apa? Apa untuk melahirkan tren rendahnya positif tiap hari di Aceh atau bagaimana? Publik tambah bingung ketika hal yang sama terjadi berulang," ungkapnya.

Seharusnya, kata Alfian, Pemerintah Aceh mengeluarkan data yang valid soal kasus postif Covid-19, termasuk dengan alamat pasien positif. Publik membutuhkan informasi akurat menyangkut perkembangan hari ke hari sehingga menjadi kewaspadaan dalam menghadapi pandemi ini.

"Beberapa temuan kami, juga terjadi ketidakpastian menyangkut waktu keluarnya hasil swab. Kadang-kadang hasil swab bisa lama keluarnya, tetapi ada juga yang cepat. Ada hasil swab tidak sampai satu jam sudah keluar dan ada juga sampai sepuluh hari malah belum keluar," ungkapnya.

Kondisi ini membuat kepercayaan masyarakat hilang kepada pemerintah. Alfian mengatakan, Pamerintah Aceh perlu memberi kepastian menyangkut dengan waktu berapa lama hasil swab keluar, sehingga warga yang terpapar virus bisa mengetahui kapan keluarnya hasil swabnya.

"Pemerintah Aceh perlu serius sedikit dalam tata kelola data dan informasi, agar publik percaya dan ini bukan rekayasa untuk kepentingan ekonomi semata. MaTA menduga kuat, ada resistensi Pemerintah Aceh terhadap data yang dikeluarkan oleh Unsyiah sehingga data yang dilaporkan berbeda dengan yang diumumkan oleh Pemerintah Aceh," duga Alfian. (de/dik/mas)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved