Luar Negeri

Menlu Jerman Kunjungi Libya, Minta Dunia Bantu Akhiri Konflik Dua Pihak yang Sedang Bertikai

Menteri Luar Negeri (Menlu), Jerman Heiko Maas, Senin (17/8/2020) melakukan kunjungan mendadak ke Tripoli, Libya.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Menlu Libya yang diakui PBB, Mohamed Taha Siala (kanan) menyambut kedatangan Menlu Jerman Heiko Maas di depan markas besar Dewan Kepresidenan Libya di Tripoli, Senin (17/8/2020). 

SERAMBINEWS.COM, BERLIN - Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Heiko Maas, Senin (17/8/2020) melakukan kunjungan mendadak ke Tripoli Libya.

Dia mengatakan dunia tidak boleh tertipu oleh ketenangan yang menipu di Libya saat ini dan harus menemukan cara untuk mengakhiri konflik.

Maas mengatakan setibanya di negara Afrika Utara itu melakukan pertemuan dengan para pejabat pemerintahan yang diakui PBB di ibu kota Tripoli, seperti dilansir AP, Senin (17/8/2020).

Dia membahas jalan keluar dari situasi yang sangat berbahaya ini, di mana kedua belah pihak dalam perang saudara yang berdarah sedang dipersenjatai oleh sekutu internasional.

Libya jatuh ke dalam kekacauan ketika pemberontakan yang didukung NATO pada 2011 menggulingkan diktator lama Muammar Khadafi, yang kemudian terbunuh.

Sejak itu, negara itu terpecah antara saingan yang berbasis di timur dan barat, masing-masing didukung oleh kelompok bersenjata dan pemerintah asing.

Negoisator Mesir Kunjungi Jalur Gaza, Redakan Ketegangan, Tentara Israel Tembak Pria Tuli

Turki Bakar Hubungan dengan UEA, Tetapi Mempertahankan Hubungan dengan Israel, Mengapa?

UEA Menepis Kritikan Presiden Turki, Hubungan dengan Israel tidak Terkait Iran

Komandan militer Jenderal Khalifa Hifter dan pasukan gadungannya melancarkan serangan pada April 2019 mencoba merebut Tripoli.

Tetapi upayanya gagal pada Juni 2020, ketika milisi sekutu Tripoli, dengan dukungan Turki, berada di atas angin, mendorong pasukannya dari pinggiran Tripoli dan kota-kota barat lainnya mundur.

Hifter didukung oleh Mesir, Uni Emirat Arab, dan Rusia.

Turki, saingan berat Mesir dan UEA dalam perjuangan regional yang lebih luas atas politik Islam, menjadi pelindung utama pasukan Tripoli, yang juga didukung oleh negara Teluk yang kaya, Qatar.

Jerman telah mencoba bertindak sebagai perantara, dimana pada Januari 2020 mengadakan pertemuan puncak di Berlin.

Peserta berasal dari kedua belah pihak yang setuju untuk menghormati embargo senjata dan mendorong pihak yang bertikai di Libya gencatan senjata penuh.

Tetapi perjanjian tersebut telah berulang kali dilanggar.

Awal bulan ini, AS mengatakan Washington sangat terganggu oleh konflik yang meningkat di Libya.

Washington juga sangat menentang keterlibatan militer asing, termasuk penggunaan tentara bayaran dan kontraktor militer swasta oleh semua pihak.

Gedung Putih menyerukan zona demiliterisasi di sekitar Sirte untuk menghindari pertempuran memperebutkan kota pesisir yang menjadi benteng militan ISIS.

Pada Senin (17/8/2020) malam, Maas melakukan perjalanan ke Abu Dhabi untuk bertemu dengan mitranya di sana.

Mendesaknya menggunakan pengaruh UEA dengan Hifter yang sejalan dengan KTT Berlin agar bersedia gencatan senjata.

"Hanya mereka yang mengambil bagian dalam proses politik yang akan menjadi bagian dari masa depan Libya," kata Maas.

Para pejabat Libya mengatakan Turki sedang bekerja membangun dua pangkalan militer di bagian barat negara itu.

Saat Maas mengunjungi Tripoli, Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar juga berada di negara itu.

Dia mengamati aktivitas yang dilakukan sejalan dengan kesepakatan yang dicapai antara Turki dan pemerintah di Tripoli.

Seorang pejabat pemerintah Tripoli mengatakan Akar didampingi oleh Menteri Pertahanan Qatar Khalid bin Mohammad al-Attiyah.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved