Dinsos Jemput Jenazah Warga Aceh, Meninggal Dalam Kapal Ikan Milik Cina

Pemerintah Aceh melalui Dinas Sosial (Dinsos) Aceh menjemput dua jenazah warga Aceh yang meninggal dalam kapal ikan

Editor: bakri
For Serambinews.com
Kadinsos Aceh, Alhudri memberi keterangan terkait meninggalnya dua warga Aceh dalam kapal ikan milik Cina saat konferensi pers di Dinas Sosial, Senin (17/8/2020). 

BANDA ACEH - Pemerintah Aceh melalui Dinas Sosial (Dinsos) Aceh menjemput dua jenazah warga Aceh yang meninggal dalam kapal ikan milik salah satu perusahaan Cina. Korban kapal ikan Cina itu masing-masing Musnan (26) dan Syakban (22), warga Gampong Pante Paku, Kecamatan Jangka, Bireuen. Dinsos Aceh menjemput di Bandara Kuala Namu Medan, lalu dibawa pulang ke kampung halaman untuk dimakamkan.

Informasi ini disampaikan Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Aceh, Alhudri dalam konferensi pers di Dinas Sosial Aceh, Senin (17/8/2020). Sekira pukul 14.30 WIB kemarin, kedua jenazah tersebut diterbangkan dari Batam menuju Medan. Lalu, Pemerintah Aceh langsung menjemputnya menggunakan ambulans bersama beberapa keluarga untuk dibawa pulang ke Kabupaten Bireuen.

"Semalam ambulans dari Bireun sudah ke Medan. Pukul dua hari ini (kemarin) diterbangkan dari Batam dan pukul tiga mungkin sudah di Kuala Namu. Selanjutnya, langsung diberangkatkan ke Bireuen, ke rumah duka," kata Alhudri.

Seperti diberitakan sebelumnya, Musnan dan Syakban, sejak Oktober 2019 menjadi anak buah kapal (ABK) perusahaan ikan milik Cina di bawah perusahaan Surya Mitra Bahari. Keduanya bekerja di kapal Cina, Fu Yuan Yu dengan nomor lambung 829.

Alhduri mengatakan, keduanya meninggal dunia pada 2 Agustus di dalam kapal tersebut. "Namun kita belum mengetahui apa penyebab meninggalnya dua saudara kita ini," kata Alhudri.

Sebelumnya sempat beredar kabar, bahwa setelah meninggal dunia, jenazah Musnan (26) dan Syakban (22) diselundupkan ke darat oleh perusahaan itu. Jenazahnya diselundupkan dari tengah laut ke Batam menggunakan boat kecil. Bukan hanya jenazah Musnan dan Syakban yang diselundupkan, tapi juga satu jenazah WNI lainnya berasal dari Palu. Terungkapnya penyelundupan tiga jenazah ABK WNI ini setelah polisi berhasil menangkap tiga warga yang berusaha menyelundupkan jenazah ke Batam, Kamis (13/8/2020).

"Kita amankan tiga orang terkait pemasukan mayat ke Batam tanpa prosedural," ujar Direktur Reserse kriminal Umum Polda Kepri, Kombes Pol Arie Dharmanto sebagaimana diberitakan Tribun Batam, Kamis (13/8/2020) seperti diberitakan Serambi sebelumnya.

Kadinsos Aceh, Alhudri dalam konferensi pers membenarkan bahwa dua jenazah warga Aceh itu diselundupkan.

"Iya, sempat diselundupkan dari tengah laut. Kemudian ketahuan dan diikuti kepolisian dan langsung ditangkap. Dua orang pelaku sudah ditangkap dan saat ini sudah diamankan di Polda Kepri (Kepulauan Riau)," kata Alhudri.

Saat ditanya apa penyebab kematian dua warga Aceh tersebut, Alhudri belum bisa memberi penjelasan detail. "Ini belum bisa kami simpulkan. Persoalan ini sekarang sedang ditangani oleh Polda Kepri, belum ada informasi terkait itu," kata Alhudri.

Terkait informasi yang beredar bahwa kedua warga Aceh ini terlibat perkelahian di atas kapal, Alhudri juga tidak mengetahuinya. "Kita serahkan saja terkait ini kepada penegak hukum. Apa penyebab meninggal dua saudara kita ini, tentu kita juga ingin tahu," ujarnya.

Alhudri kemudian juga menjelaskan bahwa dirinya sudah melaporkan hal ini kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah. "Saya sudah lapor dan Pak Gubernur memerintahkan untuk terus kami ikuti, ini tidak boleh main-main," Alhudri.

Pemerintah Aceh lanjut Alhudri, juga meminta perusahaan tersebut untuk menjamin semua hakl-hak kedua almarhum. "Karena keduanya bekerja legal, bukan illegal," pungkas Alhuhdri.

Penyebab meninggal dua warga Bireuen yang bekerja di kapal Cina, Musna (26) dan Syakban (22), masih menyisakan tanda tanya. Salah seorang anggota keluarga yang menjemput ke Batam, Buni Amin, sempat bercerita tentang kedua saudaranya itu. Keduanya bekerja di kapal penangkap ikan berbendera Cina, hingga kemudian mendapat kabar telah meninggal.

Buni Amin tidak ingat persis sejak kapan mereka bekerja di kapal Cina, namun ia perkirakan sejak sekitar 6 atau 7 bulan lalu.

Sejak saat itu, hanya sekali pihak keluarga mendapat kabar dari Musna. “Saat itu Musna mengabari kalau dia sudah bekerja di kapal,” ungkap Buni Amin kepada Serambi, Minggu (16/8/2020).

Sejak komunikasi tersebut, lanjutnya, pihak keluarga tak pernah lagi menerima kabar, dan tiba-tiba kabar menggejutkan itu datang di akhir Juli lalu. “Tanggal 23 Juli kami dapat kabar Musna sakit, sehari kemudian dapat kabar lagi sudah meninggal dunia,” imbuhnya.

Pihak keluarga di Bireuen kemudian dihubungi oleh perusahaan agency agar berangkat ke Batam menjemput jenazah. Tiket pulang pergi ditanggung oleh pihak perusahaan.

“Kami bertiga berangkat ke Jakarta tanggal 28 Juli, dan kemudian ke Batam pada tanggal 9 Agustus,” sebut Buni Amin.

Ketibaan mereka di Batam beberapa hari sebelum terbongkarnya penyelundupan tiga jenazah ke kawasan tersebut pada tanggal 12 Agustus 2020.

Begitu tiba di rumah sakit, pihak keluarga langsung datang untuk melihat dan memeriksa kondisi jenazah. Dan ternyata tidak ada tanda kekerasan. Pihak keluarga kemudian mengajukan permohonan kepada kepolisian agar jenazah tidak diautopsi.

Awalnya, polisi berencana melakukan autopsi untuk mencari tahu penyebab kematian keduanya. Namun pihak keluarga yakin, keduanya meninggal karena sakit, bukan karena kekerasan.

Buni Amin mengatakan, pihaknya sudah menyelidiki kondisi Musna sebelum meninggal dunia, termasuk kepada rekan kerjanya satu kapal, M Yani yang berasal dari Pidie. “Memang benar sakit, sakit dalam perut,” sebut Buni Amin. (dan/yos)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved