Prof Dessy R Emril, Menggapai Seluruh Passion dalam Hidup
wanita berparas ayu ini tengah bersiap mengisi sebuah acara. Setelan seragam biru, khas seorang dokter membalut tubuhnya
Benci jadi dokter
Dessy R Emril mengawali kariernya sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsyiah dan lulus pada tahun 2000.
Ia menikah dengan Dr Teuku Yuliar Arif ST MKom, dosen Fakultas Teknik Elektro Unsyiah yang dikenalnya semasa ikut prajabatan PNS di Unsyiah tahun 2000.
Buah cinta keduanya, dikaruniai dua orang putra T Muhammad Faraz Deyarabi dan Teuku Muhammad Kibria Faizi.
Setahun kemudian ia melanjutkan pendidikan spesialis saraf (neurologi) pada Universitas Indonesia (UI), dan lulus tahun 2005.
Ketertarikannya di bidang manajemen nyeri mendorongnya mengikuti fellowship di Pain Management Centre Singapore General Hospital tahun 2009.
Gelar doktor diraihnya dalam bidang neuroscience (ilmu saraf) pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada tahun 2014.
Pada 2016, bersama rekan-rekannya di RSUZA Banda Aceh, Dessy R Emril merintis berdirinya pusat pendidikan dan pelatihan (fellowship) bagi dokter spesialis saraf untuk bidang keilmuan pain management.
“Peserta yang datang belajar itu dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Mereka adalah para dokter spesialis saraf yang memperdalam ilmunya bidang pain management. Sekarang sudah angkatan delapan,” ungkapnya.
Tak banyak yang tahu, sosok Dessy R Emril semasa remaja ternyata sangat membenci dunia kedokteran.
Tapi karena keinginan kakek dan mamanya, ia akhirnya ‘terjebak’ dalam profesi yang penuh tantangan ini.
“Saya sempat marah (jadi dokter), karena sangat melelahkan menjalani pendidikan. Sampai saya berpikir kelak anak saya tidak boleh sekolah di kedokteran,” tuturnya.
Kado terindah
Beberapa penelitiannya kini kerap menjadi rujukan dalam penanganan kasus pasien dengan nyeri kepala karena sistem saraf yang terganggu.
Seperti halnya temuan obat citicoline untuk penderita stroke digunakan untuk mencegah nyeri neuropatik yang novelity-nya (memiliki kebaruan) dari obat tersebut telah dipatenkannya.