Duka Ayah Korban Penembakan Polisi AS, Sir Jacob Blake Berderai Air Mata Saat Membaca Alfatihah

Sebuah cuplikan video yang memperlihatkan ayah dari Jacob Blake, sedang membaca surah Alfatihah, memicu gelombang dukungan di Amerika Serikat

Editor: bakri
ANADOLU AGENCY/TAYFUN COSKUN
Ayah Jacob Blake berbicara selama konferensi pers di depan Gedung Pengadilan Kenosha County di Kenosha, Wisconsin, Amerika Serikat, Selasa (25/8/2020). 

Sebuah cuplikan video yang memperlihatkan ayah dari Jacob Blake, sedang membaca surah Alfatihah, memicu gelombang dukungan di Amerika Serikat. Jacob Blake menjadi lumpuh setelah ia ditembak tujuh kali oleh petugas polisi AS di Kenosha, Negara Bagian Wisconsin, Amerika Serikat, Minggu (23/8/2020).

Rekaman video itu memperlihatkan Sir Jacob Blake membacakan Surah Alfatihah saat berpidato di hadapan publik, menceritakan tentang kehidupan dan peristiwa kekerasan petugas yang hampir merenggut nyawa putranya. Surah Alfatihah adalah bagian integral dari keimanan Islam dan salah satu surah paling agung dalam kitab suci agama Islam. Surah ini sering dibacakan oleh umat Islam dalam berbagai situasi.

Melansir dari Al Araby, Jumat (28/8/2020), tidak jelas apakah ayah Jacob Black mengidentifikasi dirinya sebagai seorang Muslim. Tetapi selama pidatonya, dia mengakui dalam keluarganya memiliki keragaman. "Keluarga saya sangat beragam, dan kami tidak hanya mewakili satu hal," kata ayah Jacob Blake, sebelum membaca Alfatihah.

Sir Jacob Blake yang berbicara bersama anggota keluarga lainnya dan pengacara, mengatakan kepada wartawan bahwa polisi menembak putranya tujuh kali. “Mereka (polisi) menembak tujuh kali, seolah dia tidak penting. Tapi anak saya penting. Dia manusia dan dia penting," katanya.

Sir Jacob Blake berbicara di depan umum beberapa hari setelah penembakan putranya, yang membuat organisasi Muslim mengeluarkan pernyataan bersama, mengutuk insiden tersebut. "Sekali lagi, petugas polisi telah melakukan kekerasan yang mengerikan dan menyebalkan terhadap seorang kulit hitam. Hati kami tertuju pada Jacob Blake, yang kami harap selamat dari penembakan ini," kata pernyataan itu.

Ibu Jacob Blake, Julia Jackson, mengatakan hal pertama yang dikatakan putranya ketika dia melihatnya adalah bahwa dia menyesal. "Dia berkata, 'Saya tidak ingin menjadi beban bagi kalian,'" kata Julia.

"Saya ingin bersama anak-anak saya, dan saya tidak berpikir saya akan berjalan lagi." kata Jacob Blake yang diutarakan oleh ibunya.

Protes anti-rasisme

Pengacara Jacob Blake mengatakan ke publik bahwa butuh sebuah ‘keajaiban’ bagi Jacob untuk bisa berjalan lagi. Ia meminta petugas yang menembaki Jacob segera ditangkap dan orang lain yang terlibat dalam insiden itu juga diusut.

Peristiwa penembakan Jacob Blake pada hari Minggu (23/8/2020) di Kenosha, terekam dalam sebuah video. Peristiwa ini memicu protes baru atas ketidakadilan rasial di beberapa kota. Gelombang protes baru ini terjadi hanya tiga bulan setelah kematian George Floyd di tangan polisi Minneapolis, yang menimbulkan kerusuhan di Amerika dan gelombang demonstrasi di berbagai negara.

Beberapa demonstrasi terbaru ini juga berubah menjadi kerusuhan, termasuk pada malam ketiga di Kenosha, di mana beberapa suara tembakan terdengar. Penduduk dan beberapa orang yang terlihat membawa senjata api, tetap berada di jalan pada malam hari. Padahal pihak kepolisian telah memberlakukan jam malam di kota itu.

Dua orang ditembak mati pada malam protes anti-rasisme di Kenosha dalam kemungkinan serangan main hakim sendiri. Diduga main hakim sendiri itu dilakukan oleh seorang pemuda kulit putih yang tertangkap kamera melepaskan tembakan di tengah jalan dengan senapan semi-otomatis. Tembakan senjata meletus Selasa (25/8/2020) malam, selama tiga malam kerusuhan.

Gubernur Wisconsin, Tony Evers telah menyerukan warga untuk tenang. Dia juga menyatakan keadaan darurat dan menggandakan penempatan Garda Nasional di Kenosha dari 125 menjadi 250 personel.

Malam sebelumnya kerumunan massa menghancurkan puluhan bangunan dan menyebabkan lebih dari 30 kebakaran di kota pusat kota itu. "Kami tidak dapat membiarkan siklus rasisme dan ketidakadilan sistemik berlanjut," kata Evers.

Ia juga menghadapi tekanan yang meningkat dari Partai Republik atas penanganan kerusuhannya. "Kami juga tidak bisa terus menempuh jalur kerusakan dan kehancuran ini," katanya.(agus ramadhan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved