Wawancara Eksklusif

Targetkan Vaksinasi 1 Juta Orang per Hari  

SEJUMLAH pihak meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia di quarter ketiga (Q3) 2020 akan kembali negatif, sehingga negeri ini memasuki

Editor: bakri
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
AIRLANGGA HARTARTO, Menko Perekonomian 

SEJUMLAH pihak meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia di quarter ketiga (Q3) 2020 akan kembali negatif, sehingga negeri ini memasuki era resesi ekonomi. Pada Q2 tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,3 persen. Hal itu dipicu oleh rendahnya daya beli masyarakat dan sepinya ivestasi sebagai akibat pandemi Covid-19.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KP-PEN), yang diketuai  Menteri Koordinator Bidang (Menko) Perekonomian, Airlangga Hartarto. Ketua Umum DPP Partai Golkar itu yakin pada Q4 alias akhir 2020 nanti, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali plus meski tidak begitu tinggi.

Dalam wawancara eksklusif dengan Tribun Network, Selasa (1/9/2020), Airlangga menjelaskan secara rinci berbagai upaya untuk menangggulangi pandemi Covid-19 dan berbagai cara untuk menggerakkan roda ekonomi. “Pada Q3 dan Q4, indikator-indikator ekonomi mulai membaik.  Semisal purchasing manager index atau PMI manufaktur, naik mendekati 50,8 dari 46,9,” kata Airlangga.

Keputusan menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), menurut Airlangga, merupakan langkah tepat dibanding melakukan lockdown. Petikan lengkap wawancara dengan Airlangga Hartarto akan kami turunkan dalam dua edisi mulai Kamis (3/9/2020) hari ini.

Menurut Anda, bagaimana kondisi ekonomi Indonesia saat ini?

Trennya ke arah positif. Tinggal positifnya berapa persen. Pada Q2 kita minus 5,3 persen sehingga  membutuhkan pertumbuhan ekonomi di kuartal ke-3 (Q3) sebesar Rp 700 triliun. Angka Rp 700 triliun dari mana, satu dari segi anggaran pemerintah di Juli penyerapannya Rp 125 triliun. Pada Agustus bisa tidak ini meningkat, berikutnya pada September berapa yang bisa kita dorong. Bapak Presiden sudah mengumpulkan 34 gubernur dan disampaikan ada 13 daerah yang pertumbuhannya lebih rendah dari pertumbuhan nasional.

Sebut saja Provinsi DKI, Bali, Jawa Barat, pertumbuhan ekonominya di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Padahal daerah-daerah lah yang mengontribusikan 65 persen dari PDB kita. Pertumbuhan ekonomi itu kan agregat dari daerah-daerah. Sektor yang bisa memicu pertumbuhan antara lain sektor industri, perdagangan, dan sektor lainnya termasuk pertanian dan pertambangan. Seperti daerah Sumatera, pertumbuhan ekonominya di atas rata-rata ekonomi nasional, karena basisnya perkebunan.

Kelapa sawit, demand-nya masih tinggi, harganya masih bagus. Kalau kita lihat di sektor pertambangan, Sulawesi Tengah  pertumbuhannya 0,25 karena dia masih bisa dijaga oleh industri nikel,  komoditas yang tidak jatuh. Perlu diketahui di masa pandemi Covid-19  terjadi krisis kesehatan. Krisis kesehatan terkait sumber daya manusia. Akibatnya yang terdampak adalah human capital kita.

Untuk menyelesaikan krisis kesehatan, yang perlu didorong yaitu pelayanan kesehatan. Selain itu juga ketersediaan vaksin dan perencanaan untuk imunisasi (vaksinasi) massal.  Program imunisasi kami targetkan 1 juta per hari pada 2021.

Berapa jumlah warga yang perlu mendapat vaksin?

Secara teknis 2/3 dari jumlah penduduk, sekitara 180 juta orang. Tapi, karena harus dilakukan dua kali vaksinasi, jumlahnya jadi 360 juta.

Targetnya kapan 180 juta warga itu divaksinasi?

Tentu terkait dengan kesediaan produksi. Ketersediaan vaksin hingga akhir 2020 diperkirakan 30 juta. Vaksin ini bahannya kita dapatkan dari luar, kemudian dimanufaktur di PT Biofarma (Bandung). Bahannya berasal dari Sinovac (sebuah perusahaan di Cina).

Apa bedanya resesi ekonomi dan krisis ekonomi?

Pada saat ini ada 215 negara yang mengalami resesi ekonomi (pertumbuhan ekonominya minus).

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved